Novel Baswedan Yakin Niat Pelaku Penyiram Air Keras Tak Sekadar Melukai Namun Juga Membunuhnya
"Jadi kalau saya melihat ini bukan hanya untuk melukai. Saya yakin ini untuk membunuh," ujar Novel.
Penulis: Noorchasanah Anastasia Wulandari | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
Pasalnya, hampir 2 tahun berlalu, belum ada titik terang terkait kasus penyiraman air keras terhadap dirinya, tepatnya sejak 11 April 2017.
Ia khawatir jika presiden, sosok yang paling ia harapkan bisa membantu menuntaskan kasusnya, justru takut untuk mengungkapnya.
Pernyataan ini pernah Novel sampaikan pula dalam sebuah diskusi di KPK pada November 2018 lalu.
• Kuasa Hukum Novel Baswedan Sebut Tim Gabungan Hanya Akan Zero Hasil
"Pertanyaannya, kira-kira Presiden takut enggak mengungkap ini? Kalau Presiden takut mengungkap ini, saya sangat sedih," ujar Novel.
Novel pun kemudian memberikan penilaiannya terkait bantuan presiden jika membentuk tim gabungan untuk mengusut kasus-kasus yang mengancam penyidik KPK.
Ia menegaskan tidak akan ada risiko jika presiden benar-benar menerjunkan tim gabungan untuk mengungkap kasus penyerangannya.
• Polri Bentuk Tim Khusus untuk Mengusut Kasus Novel Baswedan
"Tentunya saya punya banyak indikator untuk mengatakan soal itu,"
"Logika saya adalah kalau presiden membentuk tim gabungan pencari fakta, risikonya apa?"
"Tidak ada risiko apapun, kecuali risikonya akan bisa terungkap,"
"Apakah itu risiko yang positif atau negatif?" kata Novel kepada Pandji.
• Novel Baswedan Berharap Jokowi Desak Polri Ungkap Kasus Teror ke KPK
Penilaian tersebut yang menjadi kekhawatiran Novel terhadap presiden yang dimungkinkan takut untuk mengungkap kasusnya.
Selain itu, Novel juga menyayangkan pihak-pihak yang justru diam saja melihat banyaknya ancaman yang datang kepada anggota KPK.
"Orang-orangnya KPK yang sedang mengungkap, semuanya digangguin," kata Novel.
"Persekongkolan jahat itu tidak boleh dibiarkan, mau sampai kapan?"
• Novel Baswedan Butuh Peran Aktif Presiden Jokowi untuk Ungkap Kasus Penyerangan Terhadapnya
"Siapa pun yang mengetahui korupsi-korupsi yang luar biasa di Indonesia, harusnya marah,"
"Sangat tidak nasionalisme kalau kemudian mengetahui begitu parahnya korupsi namun tidak marah," pungkasnya. (*)