Sniper yang Begitu Ditakuti ISIS itu Ternyata Bernama Joanna Palani, Seorang Perempuan
Sniper yang Begitu Ditakuti ISIS itu Ternyata Bernama Joanna Palani, Seorang Perempuan
Keluarga Palani harus meninggalkan Iran Kurdistan karena alasan politik dan kebudayaan.
Terutama karena pemerintahan oleh mantan pemimpin tertinggi Iran, Khomeini.
"Keluarga saya menentang perang Islam yang dimulai oleh Khomeini terhadap kaum Kurdi Sunni," ujarnya.
"Kedua ayah dan kakek saya adalah pejuang Peshmerga. Pada akhirnya, kami harus meninggalkan Kermanshah menuju Ramadi di Irak," tambahnya.
Denmark menjadi dunia yang sama sekali baru bagi Palani dan keluarganya, di mana dia tumbuh menjadi remaja dan sadar akan budaya patriarkal yang telah menyebar luas ke wilayah Timur Tengah.
Palani menjadi terdorong untuk memulai revolusi melalui aksi militan.
Pergi ke Medan Perang
Pada 2014, Palani memilih keluar dari perguruan tinggi di usia 21 tahun dan melakukan perjalanan ke Suriah.
Palani menceritakan pengalamannya berperang di garis terdepan ke dalam buku karyanya, yang berjudul "Freedom Fighter: My War Against ISIS on the Frontlines of Syria", yang dirilis pada awal tahun ini.
"Saya mengawali dengan menjadi penyabot militan, tetapi selama pertempuran terakhir di Suriah, saya menjadi sniper," kata Palani.
"Saya dilatih oleh banyak kelompok di Kurdistan dan di luar wilayah Kurdi di Suriah," tambahnya.
Selama di Timur Tengah, Palani adalah bagian dari pasukan yang membebaskan sekelompok gadis Yazidi yang diculik untuk dijadikan budak seks di Iran.
Dia juga dilaporkan memerangi pemerintahan rezim Bashar al-Assad di Suriah.
Pulang ke Denmark
Kembali ke Denmark, Joanna Palani, menghadapi kehidupan yang berbeda dengan saat sebelum dirinya ke Suriah.