Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

15 Santri Jadi Korban Pencabulan Pimpinan dan Guru Pondok Pesantren di Aceh

15 santri di Muara Dua, Lhokseumawe, diduga menjadi korban pelecehan seksual oleh pimpinan pesantren berinisial AI dan seorang guru berinisial MY (26)

Editor: Fachri Sakti Nugroho
Trbunnews.com
Ilustrasi perkosaan 

TRIBUNSOLO.COM - Sebanyak 15 santri di Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, diduga menjadi korban pelecehan seksual oleh pimpinan pesantren berinisial AI (45) dan seorang guru berinisial MY (26).

Kapolres Lhokseumawe AKBP Ari Lasta, dalam konferensi pers di Lhokseumawe, Kamis (11/7/2019), mengatakan bahwa keduanya kini telah ditangkap.

Ia juga mengatakan bahwa kasus ini berawal dari laporan orang tua santri ke Mapolres Lhokseumawe pada 29 Juni 2019 dan 6 Juli 2019.

“Jadi ada dua laporan terhadap kasus pelecehan seksual itu,” kata AKBP Ari.

Breaking News: Mayat Wanita Ditemukan Membusuk di Kamar Kos

Dia menyebutkan, pelecehan itu berupa oral seks yang diminta pada santri oleh pimpinan dan guru pesantren tersebut.

Mayoritas santri yang jadi korban adalah anak di bawah umur, berusia 13-14 tahun.

“Sejauh ini 15 santri yang teridentifikasi menjadi korban. Namun yang sudah diperiksa itu lima orang. Kita belum tau apa motifnya, tersangka sampai sekarang pun belum mengaku,” sebutnya.

Dia menjelaskan, pelecehan seksual itu terjadi sejak September 2018 hingga tersangka ditangkap tiga hari lalu.

Kasus itu terungkap setelah seorang santri melapor peristiwa memalukan itu pada orangtuanya.

Tidak terima atas tindakan pimpinan dan guru pesantren itu, orang tua langsung melapor ke Mapolres.

“Peristiwa itu terjadi di kamar pimpinan pesantren. Caranya, pimpinan meminta santri membersihkan kamar atau tidur di kamar pimpinan. Di sanalah peristiwa itu terjadi,” katanya.

Kenalan Lewat Facebook, Siswa SMP Lakukan Pelecehan Seksual, Korbannya Depresi hingga Enggan Sekolah

Dia mengimbau seluruh orangtua santri melaporkan kasus itu jika anaknya menjadi korban.

“Kami imbau bagi keluarga santri, jika anaknya menjadi korban silakan lapor ke kita. Kasus ini terus kami dalami,” katanya.

Trauma berat

Para korban pelecehan seksual tersebut dilaporkan mengalami trauma berat.

Polisi sudah meminta psikolog dari Banda Aceh untuk memeriksa kondisi psikologi korban.

Kasat Reskrim Polres Lhokseumawe, AKP Indra T Herlambang, dalam konferensi pers di Lhokseumawe, Kamis (11/7/2019) menyebutkan, psikolog memeriksa kondisi korban pada 6 Juli 2019 lalu.

Bahkan, psikolog sudah mengeluarkan hasil visum kondisi mental korban pelecehan seksual itu.

“Psikolog ini juga kami mintai keterangan sebagai ahli dalam kasus ini,” kata Indra.

Penyidik, sambung dia, sudah berkoodinasi dengan jaksa penuntut umum di Kejaksaan Negeri Lhokseumawe, pada 8 Juli 2019 terkait kasus pelecehan seksual tersebut.

“Setelah koordinasi dengan jaksa, pemeriksaan lima korban, pemeriksaan saksi, baru pada 9 Juli 2019 kami tangkap dua tersangka itu yakni AI dan MY. Keduanya kami tahan di Mapolres,” kata dia.

Dia menyebutkan, polisi terus melengkapi berkas penyidikan kasus itu.

Sejauh ini, ada 15 korban pencabulan yang sudah teridentifikasi.

Kronologi Pencabulan 3 Guru kepada 3 Muridnya, Korban Sempat Menolak dan Kabur Setelah Kejadian

Namun, baru lima korban yang dimintai keterangan oleh penyidik.

Sebelumnya diberitakan, seorang pimpinan pesantren dan seorang guru ditahan penyidik Polres Lhokseumawe, karena diduga melakukan pencabulan terhadap sejumlah santrinya. (Kompas.com/Masriadi)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Santri Korban Pencabulan Pimpinan dan Guru Pesantren Alami Trauma Berat"
Penulis : Kontributor Lhokseumawe, Masriadi

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved