Meski Miliki Nilai Tinggi, Remaja di Gunungkidul Tak Diterima di SMP Negeri Dekat Rumahnya

Seorang remaja di Gunungkidul tidak diterima di SMP yang berada di dekat rumahnya meski ia memiliki nilai tinggi.

Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
TRIBUNJOGJA.COM/Wisang Seto
Pasha saat ditemani kakeknya, menunjukkan peralatan sekolah yang telah dibeli, Kamis (11/7/2019). 

Pasha diasuh oleh neneknya sejak kecil, ibunya meninggal saat Pasha duduk di bangku kelas 3 SD.

Sedangkan sang ayah mengalami gangguan kejiwaan sehingga keperluan sekolah dicukupi nenek dan kerabatnya.

Sistem Zonasi PPDB Online SMA Dinilai Menghilangkan Kompetensi Siswa, Berikut Alasannya

"Saat liburan pasha sering dimintai tolong tetangga, dan sering diberi upah oleh tetangga. Upah yang didapat ia kumpulkan untuk membeli sepatu, tas, dan buku," kata sang nenek, Rebi (65).

Neneknya keseharian bekerja sebagai petani, sehingga jika pasha harus sekolah jauh dari rumahnya kesulitan membiayai transportasinya.

Ia mengaku membeli air untuk mengairi sawah pun dirinya merasa kesulitan.

"Membeli air saja susah, mengingat saat ini masa kekeringan dan sulit untuk mencari air untuk pengairan," imbuhnya

Sang nenek tetap menginginkan si cucu tetap bisa bersekolah seperti anak-anak diusianya.

Tetangganya Sarwanto juga dibuat keheranan, karena anak seusia Pasha lainnya yang mendaftar di SMP 2 Karangmojo banyak yang diterima sedangkan Pasha sendiri tidak diterima.

"Saya heran juga saat saya tanya nilai Pasha lumayan bagus yaitu total nilainya 15. Sedangkan teman-temannya daerah sini yang mendaftar di SMP 2 Karangmojo dengan nilai dibawahnya diterima, teman-temannya ada yang nilai 13, 10, bahkan jarak rumah lebih jauh dari Pasha," Kata Sarwanto.

Sarwanto mengetahui keseharian Pasha lantaran saat Pasha tidak diterima dirinyalah yang sering memberikan semangat untuk Pasha.

Saat mengetahui tidak diterima Pasha sempat mengurung diri di rumah.

"Lalu saya tanya kalau sekolah tidak di SMP 2 bagaimana. Pasha mengaku bingung harus naik apa kesekolah mengingat disini tidak ada angkutan umum. Sudah lama daerah sini tidak ada angkutan umum," ujarnya.

Kejadian serupa juga dialami oleh Romi Kurniawan (12), yang rumahnya tidak jauh dari rumah Pasha.

Romi juga tidak diterima di SMP 2 Karangmojo dan harus bersekolah Ke SMP Swasta yang berada di Wonosari.

"Saat mendaftar posisi berada di tengah-tengah lalu lama kelamaan tergeser dan akhirnya terlempar dari SMP 2 Karangmojo. Pilih di SMP 2 karena dekat dengan rumah, sedangkan tetangga ada 4 orang yang diterima di SMP 2 Karangmojo. Nilai saya 18 dan yang diterima nilainya kurang dari saya," katanya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved