Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Data Terbaru Dampak Gempa Banten dari BPBD: 106 Rumah Rusak di Pandeglang dan Lebak

"Di Mandalawangi 44 rumah rusak, paling parah di dua desa Panjang Jaya dan Sinar Jaya," kata Deni di kantornya, Sabtu.

Editor: Hanang Yuwono
Tribun Jabar/Firman Wijaksana
Dinding rumah warga di Kampung Pasir Kaum, Desa/Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut roboh pascagempa 7,4 magnitudo, Jumat (2/8/2019) 

TRIBUNSOLO.COM, BANTEN -- Data terbaru BPBD Pandeglang, Sabtu (3/8/2019), gempa Banten merusak 106 rumah warga di Kabupaten Pandeglang dan Lebak. 

Kepala BPBD Pandeglang, Deni Kurnia mengatakan, di Pandeglang jumlah rumah yang rusak hingga pukul 07.00 WIB sebanyak 94 rumah, dengan wilayah terdampak paling parah berada di Kecamatan Mandalawangi.

"Di Mandalawangi 44 rumah rusak, paling parah di dua desa Panjang Jaya dan Sinar Jaya," kata Deni di kantornya, Sabtu.

Terdapat dua warga terluka di Kecamatan Cikeusik dan Panimbang. 

Jadwal Thailand Open 2019: Jepang Superior di Semifinal, Tak Ada Wakil Indonesia

Sementara di Kabupaten Lebak, gempa menyebabkan 12 rumah rusak di delapan kecamatan. 

"Data sementara hingga tengah malam tadi 12 rumah rusak, saya terus pantau untuk update," kata dia.

Dari penemuannya dampak kerusakan terdapat di wilayah utara Kabupaten Lebak seperti di Rangkasbitung, Cipanas, Warunggunung dan Cimarga.

"Untuk korban jiwa maupun luka nihil," kata dia.

Mengaku Khilaf Perkosa Nenek 74 Tahun di Aceh Utara, Pelaku: Saya Bertanggungjawab Jika Korban Hamil

Kerusakan juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Serang yang tersebar di empat kecamatan yakni Pamarayan, Carenang, Cikeusal dan Cinangka.

Gempa Banten bermagnitudo 7,4 yang dimuktakhirkan menjadi 6,9 terjadi pada Jumat (2/8/2019). Gempa dirasakan di Jakarta hingga Yogyakarta. (Kontributor Banten/Acep Nazmudin)

Artikel ini telah dipublikasikan Kompas.com dengan judul: Data Terbaru Dampak Gempa Banten, 106 Rumah Rusak di Pandeglang dan Lebak

 Alasan Gempa Banten Terasa Sampai Yogyakarta dan Mataram, Berpotensi Besar Ada Gempa Susulan?

Gempa Banten dikabarkan bermagnitudo 7,4 terjadi Jumat (2/8/2019) pukul 19.03 WIB.

Gempa ini terasa cukup lama di Jakarta, Lampung, Yogyakarta, Banyuwangi, sampai Mataram.

Gayatri Indah Marliyani, pakar Tektonik Aktif Geologi Gempa Bumi dari Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM, mengatakan, sebaran getaran gempa tidak hanya terasa sampai Yogyakarta, Banyuwangi, tapi juga sampai Mataran.

"Karakteristik gempa merata seperti itu, biasanya (pusat) gempanya ada di bagian dalam dari zona subduksi."

"Atau istilah geologinya intra-slab," ujar Gayatri dihubungi Kompas.com, Jumat (2/8/2019).

Dilaporkan Farhat Abbas soal Konten Pornografi, Hotman Paris: Apakah Musuh Saya Sengaja Mencopet?

Hal ini biasanya karena ada lempeng samudera yang pecah, retak, atau patah sehingga hiposenter agak dalam dan getarannya bisa terasa sampai ratusan bahkan mungkin ribuan kilometer.

Gayatri menerangkan, untuk karakteristik gempa dengan kedalaman seperti ini umumnya sesar tidak bisa dipetakan.

"Karena dia (patahan) ada di bagian bawah zona subduksi, jadi gempa justru terjadi di batas-batas lempeng yang robek di bawah itu."

"Sehingga sesarnya sendiri tidak bisa dipetakan karena dia di lempeng samudera," papar Gayatri.

Beredar Isu Gempa di Banten Terasa Sampai Solo, Ini Penjelasan BPBD Solo

Gayatri menyebut, gempa di lempeng samudera memiliki karakteristik "lebih liat".

Istilahnya, tidak membentuk patahan yang konsisten atau bergerak.

"Ini agak beda dengan gempa megathrust," ungkap dia.

 Mungkinkah terjadi gempa susulan?

Gayatri menerangkan, gempa yang terjadi di zona intra-slab jarang memunculkan gempa susulan.

Ini karena di intra-slab sedikit lebih liat dan hiposenter cukup dalam.

"Gempa ini tidak seperti gempa di atas (gempa dangkal) yang memiliki sesar-sesar kecil dan menimbulkan gempa-gempa susulan yang kecil (kekuatannya)," jelas Gayatri.

"Kalau gempa di bawah (dalam) cenderung lebih cepat recovery atau lebih cepat kembali ke posisi awal. Sehingga gempa susulan tidak banyak, berbeda dengan gempa yang sesar," tukas dia.

Gayatri juga menyinggung, gempa dengan kedalaman 48 kilometer ini tidak akan menimbulkan tsunami.

Gerak Sesar Oblique

Gempa Banten dengan magnitudo 7,4 terjadi pada Jumat (2/8/2019) pukul 19.03 WIB.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa berpotensi tsunami.

Maling Bobol Apotek di Mojosongo Solo, Uang Rp 3,2 Juta Berhasil Digondol

Pakar tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Abdul Muhari, mengatakan bahwa gempa terjadi dengan mekanisme sesar naik.

"Tapi oblique, naik miring," ungkapnya ketika dihubungi Kompas.com.

Gerak sesar oblique pernah menyebabkan gempa besar di Aceh pada 2012 yang disertai tsunami kecil serta terjadi pula di Bali beberapa waktu lalu.

Mekanisme gempa sesar naik merupakan salah satu syarat terjadinya tsunami, selain magnitudo gempa yang besar serta lokasi gempa di zona subduksi atau pertemuan 2 lempeng.

Ratusan Peserta Ikuti Awwalussanah SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo

Gempa Banten yang terasa hingga Jakarta, Depok, Bekasi, dan bahkan Solo ini berpusat di Megathrust Selat Sunda, wilayah pertemuan dua lempeng yang berpotensi membangkitkan gempa hingga magnitudo 8,8 dan tsunami lebih dari 20 meter.

 Sejauh ini, informasi yang diketahui soal gempa Banten adalah magnitudonya 7,2, berpusat di Megathrust Selat Sunda, terjadi pada kedalaman sekitar 10 kilometer, dan punya mekanisme sesar oblique.

Abdul lewat analisis data telah mendeteksi gelombang tsunami di selatan Banten.

(Gloria Setyvani Putri/Yunanto Wiji Utomo)

Artikel ini telah dipublikasikan Kompas.com dengan judul: Kenapa Gempa Banten Terasa Sampai Yogyakarta dan Mataram?

Artikel ini telah dipublikasikan Kompas.com dengan judul: Gempa Banten, Ahli Katakan Sebabnya adalah Gerak Sesar Oblique

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved