Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Unjuk Rasa Berujung Ricuh di Deiyai Papua, 2 Warga Sipil Tewas karena Luka Tembak dan Anak Panah

Peristiwa itu bermula dari aksi unjuk rasa yang diikuti sekitar 150 orang di halaman Kantor Bupati Deiyai, Papua, Rabu.

Editor: Hanang Yuwono
(KOMPAS.com/Devina Halim)
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (20/6/2019). 

TRIBUNSOLO.COM, JAKARTA - Polri mengungkapkan bahwa salah satu warga sipil meninggal dunia akibat luka tembak saat aksi unjuk rasa yang berujung ricuh di Kabupaten Deiyai, Papua, pada Rabu (28/8/2019).

Sementara itu, satu korban lainnya meninggal akibat terkena anak panah di bagian perut.

"Satu orang massa kena tembakan di kaki dan meninggal dunia di RS Enarotali. Satu orang massa meninggal dunia kena panah di perut di halaman Kantor Bupati Deiyai," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo melalui keterangan tertulis, Rabu.

Sementara, dari pihak aparat keamanan, dua anggota TNI dan empat anggota polisi menjadi korban.

Belum Mau Berkomunikasi dengan Siapapun, Mahasiswa Papua di Surabaya Pasang Spanduk Kami Tolak

Kemudian, lima anggota lainnya mengalami luka akibat terkena anak panah.

Seluruh korban sudah dibawa ke Rumah Sakit Enarotali untuk mendapat perawatan.

Informasi tersebut sekaligus memperbarui keterangan sebelumnya yang menyebutkan terdapat satu anggota TNI meninggal dunia dan lima anggota polisi terluka.

Peristiwa itu bermula dari aksi unjuk rasa yang diikuti sekitar 150 orang di halaman Kantor Bupati Deiyai, Papua, Rabu.

Internet Diblokir, Warga Papua Tuntut Ganti Rugi dan Ancam Unjuk Rasa Susulan

Unjuk rasa tersebut memprotes tindakan diskriminatif dan lontaran kalimat rasis terhadap mahasiswa Papua di asramanya di Surabaya, Jawa Timur.

Dedi mengatakan, massa yang berunjuk rasa meminta bupati menandatangani perjanjian referendum.

 Namun, saat aparat bernegosiasi dengan massa, sekitar ribuan orang datang dari berbagai penjuru dengan membawa senjata tajam dan panah.

Kelompok itu datang sambil menari tarian adat perang.

Uang Muka untuk Bangun Ibu Kota Baru di Kaltim Diperkirakan Capai Rp 865 Miliar

Kemudian, massa yang baru datang menyerang serta memprovokasi aparat TNI dan Polri yang sedang berjaga.

"Pada saat proses negosiasi itu sedang berlangsung, muncul kurang lebih sekitar ribuan masyarakat dari berbagai macam penjuru dengan membawa sajam dan panah," ujar dia. 

Polisi, kata Dedi, menduga bahwa pihak yang tiba-tiba menyusup merupakan kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved