Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Lewat Kegigihannya, Anak Tukang Becak Asal Pamekasan Ini Raih gelar Doktor Dengan Nilai IPK 4

Mulai dari jenjang S2 ke S3 hanya ditempuh dalam jangka waktu tiga tahun.

Editor: Eka Fitriani
kompas.com
Lailatul Qomariyah berpose bersama para promotor dan penguji disertasinya dalam sidang terbuka yang digelar di kampus UTS Surabaya pada hari Rabu (4/9/2019) 

TRIBUNSOLO.COM – Lewat kegigihannya selama ini, seorang anak tukang becak asal asal Dusun Jinangka, Desa Teja Timur, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Lailatul Qomariah berhasil meraih gelar doktor teknik kimia di Fakultas Tekhnologi Industri, Institut Tekhnologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Mahasiswa ITS ini baru menginjak 27 tahun saat telah meraih gelar doktor teknik kimia tersebut.

Dari 80 mahasiswa lebih yang mengikuti program doktoral, hanya Lailatul Qomariyah yang siap mengikuti sidang terbuka dan dinyatakan lulus dengan nilai IPK 4.0.

Sekjen PDI-P Imbau Koalisi Indonesia Kerja Solid Jaga Kondusivitas Jelang Pelantikan Presiden

Disertasinya tentang aplikasi silika untuk solar sel yang berjudul "Controllable Characteristic Silica Particle and ITS Composite Production Using Spray Process", berhasil dipertahankan di hadapan para pengujinya pada Rabu (4/9/2019) kemarin.

Laila, sapaan akrabnya, juga merupakan satusatunya mahasiswa di kampusnya yang mampu menyelesaikan kuliah secara singkat.

Mulai dari jenjang S2 ke S3 hanya ditempuh dalam jangka waktu tiga tahun.

Lailatul menceritakan perjalanan akademiknya yang tergolong cukup singkat.

Setelah lulus dari SMAN 1 Pamekasan tahun 2011, Laila melanjutkan ke ITS Surabaya setelah berhasil meraih beasiswa.

Lulus S1 Fakultas Tekhnologi Industri, Laila kemudian melanjutkan ke program pasca-sarna S2 di fakultas yang sama.

Di jenjang ini, perempuan yang selalu meraih ranking 1 sejak SD hingga SMA ini, hanya menjalani studi selama tiga bulan melalui program fast track.

"Selama S2, ada target IPK harus 3,5 jika mau dinyatakan lulus dalam program fast track,” katnya.

“Alhamdulillah, IPK saya melampaui ketentuan itu karena IPK saya 4.0 sehingga S2 saya hanya tiga bulan," terang Laila, saat dihubungi, Minggu (8/9/2019).

Perempuan yang punya hobi nonton debat berbahasa Mandarin di tv ini kembali menceritakan, setelah lulus S2 program fast track, Laila kembali mendapatkan beasiswa melalui Program Magister Doktor Sarjana Unggul (PMDSU).

Baginya, orang miskin sama-sama memiliki kesempatan yang besar untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi. Tidak ada orang bodoh jika keinginan untuk belajar sangat kuat.

"Kata siapa orang miskin tidak bisa sukses? Saya sudah membuktikannya. Ayah saya tukang becak dan ibu saya buruh tani. Namun, tekad yang kuat untuk mengangkat martabat kedua orangtua saya, saya menjawabnya dengan prestasi pendidikan," ujar dia.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul : Cerita Anak Tukang Becak Raih Gelar Doktor di Usia 27 Tahun

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved