Kabut Asap Di Riau Dinilai BNPB Sudah Sangat Berbahaya
Kabut asap masih menyelimuti Riau merupakan imbas kebakaran hutan dan lahan (karhutla)
TRIBUNSOLO.COM – Kebakaran hutan dan lahan di Riau, Pekanbaru menimbulkan kabut asap pekat yang menutupi sejumlah wilayah.
Kabut asap masih menyelimuti Riau merupakan imbas kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
• Sebanyak 23 Penerbangan di Samarinda Dibatalkan Akibat Kabut Asap Makin Parah
Saat dikonfirmasi terkait kondisi kabut asap di Provinsi Riau, Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Agus Wibowo mengatakan kondisi karhutla terutama di Riau sudah parah.
Pasalnya selain terjadi di hampir sebagian wilayah, juga ada kiriman kabut asap dari Sumatera Selatan.
"Kalau titik api (Riau) tidak terlalu banyak, tapi gede-gede.
Soal kabut asap, ini sudah sangat bahaya.
Asap itu kan berbahaya," ujarnya.
Agus menambahkan, kualitas udara yang buruk dengan pekatnya kabut asap, imbuhnya mempunyai dampak yang cukup banyak, terutama bagi anak-anak.
Karena itu, sudah ada edaran dari Dinas Kesehatan untuk meliburkan sekolah guna menghindari adanya aktivitas di luar rumah agar terhindar atau menghidurp asap yang berbahaya tersebut.
"Kemarin kualitas udaranya sampai 360 lebih, itu kan membahayakan," papar dia.
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau saat ini, sambungnya, hampir mirip dengan kejadian kebakaran hutan dan lahan di tahun 2013-2014.
"Riau 2013-2014 mirip, sampai susah bernapas. Berat sekali, dari sisi kesehatan sangat berbahaya, menimbulkan dampak berbahaya," imbuh dia. Lebih lanjut, Agus mengatakan karhutla di Riau hampir menyeluruh.
"Kena semua," papar dia.
Untuk diketahui, kualitas udara di Riau dikabarkan sangat tidak sehat sejak beberapa hari terakhir.
Minggu (15/9/2019) pagi kualitas udara di beberapa tempat di wilayah Riau yakni di Siak memiliki catatan angka 202 berdasarkan AQI atau indeks kualitas udara dengan status sangat tidak sehat.
Sementara beberapa tempat di Dumai, Batam, Pekanbaru dan Rumbai memiliki status tidak sehat dengan indeks AQI masing-masing 173, 160, 158, dan 193.
Saat ini, upaya penanganan kebakaran hutan terus dilakukan.
BNPB terus mengerahkan personel untuk penanganan di beberapa provinsi.
Tujuh helikopter dikerahkan untuk pengeboman air dan patroli di wilayah Riau.
Terhitung sejak 19 Februari 2019 hingga 31 Oktober lalu lebih dari 124 juta liter air digelontorkan untuk pengeboman. Sementara, lebih dari 159 garam digunakan untuk operasi hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca. Berdasarkan data BNPB, luas lahan terbakar akibat karhutla di wilayah Riau seluas 49.266 hektar dengan luasan lahan gambut 40.553 hektar dan mineral 8.713 hektar.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul : Soal Kabut Asap di Riau, BNPB: Ini Sudah Sangat Bahaya