Menilik Lika-liku Perpustakaan 'Gerobak Buku' di Bawah Gunung Merbabu yang Jadi Penjaga Literasi
Warga Dukuh Gilingan Lor, Desa Urut Sewu membuat perpustakaan keliling dengan gerobak bekas HIK yang bertahan hingga kini demi menjaga literasi.
Penulis: Asep Abdullah Rowi | Editor: Asep Abdullah Rowi
Meskipun tidak mudah, tetapi perlahan tapi pasti anak-anak semakin tertarik dengan program literasi yang ditawarkannya.
Apalagi agar anak-anak tidak bosan, pada akhir pekan para pemuda Karang Taruna PUBG yang mengelola perpustakaan gerobak itu menyelenggarakan permainan menarik di desanya, layaknya outbond.
"Paling tidak mau melihat buku dulu, mau menyentuhnya, kemudian membaca," terang dia.
"Nah belum lagi kami buat permainan menarik, sehingga tidak bosan dengan perpustakaan keliling yang saat ini memang baru beroperasi di lingkungan tingkat dukuh saja," ungkapnya.

Gerobak Bekas hingga Sumbangan
Ada kisah menarik di balik terlahirnya Gerobak Buku tersebut.
Suami dari Saraswati (26) dan ayah dari Narayana Kresna (2) itu mengaku berdirinya perpustakaan sempat hanya menjadi angan-angan.
Tetapi berkat kerjasama dengan warga lain yang juga peduli terhadap nasib anak-anak yakni Sriyanta, Mas Tri bisa mewujudkan angan-angannya demi warga desa tersebut.
Lulusan Universitas Bangun Nusantara (Univet) Sukoharjo itu menceritakan, belum lagi ide pembuatan perpustakaan keliling bak disambut dengan tangan terbuka oleh warga yang sebagian besar bertani dan beternak.
Setelah persiapan beberapa minggu, Agustus 2018 perpustakaan yang dikenal dengan Gerobak Buku itu pun lahir hingga kini pada September 2019 masih terus dimanfaatkan.
"Ya tidak semudah membalikkan tangan, karena kan kita tidak punya modal," aku pria yang saat ini lebih banyak membuka les privat di berbagai tempat.
Dia menuturkan, Sriyanta sebagai patnert-nya di Karang Taruna PUBG dengan ikhlas menghibahkan gerobak bekas HIK yang selama ini mangkrak di rumahnya.
Karena beberapa tahun sebelumnya, Sriyanta menggunakan gerobak tersebut untuk berjualan sebelum dia beralih kepada pekerjaan lain.
"Gerobaknya rusak, kemudian kita berpikir memperbaiki sampai mengecat ulang pakai uang siapa," ungkap Mas Tri diiyakan Sriyanta.
Beruntung warga di lingkungan Dukuh Gilingan Lor yang memiliki sekitar 42 kepala keluarga (KK) turut membantu pendanaan untuk menyalakan harapan melalui perpustakaan keliling tersebut.