Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Curhat Eks Napiter Bom Bunuh Diri di Mapolres Solo, Akui dapat Pencerahan di Bui dan Kembali ke NKRI

Haryanto sendiri merupakan eks napiter kasus bom bunuh di diri di Mapolresta Solo pada petengahan tahun 2016 lalu.

Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Garudea Prabawati
TribunSolo.com/Agil Tri
 eks narapidana teroris (Napiter) Haryanto alias Hasan saat dialog dan silaturahmi dengan tema penanganan intoleransi, radikalisme dan terorisme di Sukoharjo, Kamis (10/10/2019). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Amir Mahmud Center Bersama Mabes Polri menghadirkan eks narapidana teroris (Napiter) Haryanto alias Hasan pada dialog dan silaturahmi dengan tema penanganan intoleransi, radikalisme dan terorisme di Sukoharjo, Kamis (10/10/2019).

Haryanto sendiri merupakan eks napiter kasus bom bunuh di diri di Mapolresta Solo pada petengahan tahun 2016 lalu.

Dalam materinya, Haryanto menceritakan awal dia terlibat dalam kasus bom bunuh diri di Mapolresta Solo.

"Dulu awalnya saya menganggur, kemudian saya berkumpul dengan kelompok teman kajian."

"Hingga saya mendapat doktrin yang masuk bahwa pemerintahan buruk dan tidak adil," katanya.

Sampai dia diperintahkan untuk menyiapkan sebuah sepeda motor, yang ternyata digunakan untuk aksi pemboman tersebut.

Pengamat Sebut Serangan Bisa Berlanjut Tidak Hanya ke Wiranto, Jaringan Pelaku Dinilai Kuat Sekali

Wanita Vegan Ini Laporkan Rekannya ke Polisi, Lantaran Iseng Membuatnya Makan Nugget Ayam

Cerita Nita Thalia Sebelum jadi Istri Kedua: Nurdin Pernah Bilang Suka saat Saya Diapelin Pacar

Haryanto mengaku, tidak tau mengenai rencana aksi teror tersebut.

"Saya tidak tahu kalau saat saya diminta menyiapkan sepeda motor itu ternyata untuk aksi bom Polresta," imbuhnya.

Terjerat dalam pusaran paham radikal, Haryanto mengaku mendapat pencerahan selama ia menjalani kurungan 3 tahun di dalam penjara.

Namun dia meyakinkan kepada masyarakat, saat ini dia telah kembali kepada NKRI.

Dalam dialog tersebut dihadiri oleh berbagai kalangan yang rawan terpapar paham radikalisme, seperti pelajar, mahasiswa, guru, dosen dan sejumlah praktisi.

TRIBUNSOLO.COM - Amir Mahmud Center Bersama Mabes Polri menggelar dialog dan silaturahmi dengan tema penanganan intoleransi, radikalisme dan terorisme di Sukoharjo, Kamis (10/10/2019).

Dalam dialog tersebut dihadiri oleh berbagai kalangan yang rawan terpapar paham radikalisme, seperti pelajar, mahasiswa, guru, dosen dan sejumlah praktisi.

Direktur Amir Mahmud Center, Amir Mahmud mengatakan, penanganan intoleransi, radikalisme, dan terorisme harus terus dilakukan, menyasar ke seluruh lapisan masyarakat.

Gerakan tersebut dinilai masih masiv dan bisa menjadi bahaya laten yang berbahaya, serta mengancam keamanan negara.

Dalam acara tersebut, juga dihadirkan eks narapidana teroris (Napiter) kasus bom bunuh di diri di Mapolresta Solo pada petengahan tahun 2016 lalu, Haryanto alias Hasan.

Sosok Haryanto sengaja diundang dengan tujuan untuk memberi gambaran, seperti apa, proses awal sebuah paham radikal itu merasuki hingga melibatkannya. Setelah menjalani masa hukuman penjara, kini ia mengaku sudah sadar.

"Kita hadirkan juga eks napiter agar masyarakat bisa mendengar langsung apa yang terjadi pada para eks napiter."

Awkarin Diundang Khusus Ganjar Pranowo, Berawal dari Postingan Giveaway Macbook Rp 30 Juta

"Bagaimana dia bisa terpapar, dan doktrin apa yang menjeratnya dan bagaimana ia bisa keluar," katanya.

Dia berharap, dengan kegiatan bisa mencairkan, atau mengurangi maraknya isu yang begitu booming, berkenaan dengan radikalisme.

"Sudah marak dimana-mana ini, hingga sudah ada di dunia kampus yang terindikasi paham itu," imbuhnya.

Kasubdit 3 Baintelkam Mabes Polri, Kombes Pol Yosep Sriyono menambahkan kegiatan dialog dengan tema radikalisme masih menjadi poin utama upaya pencegahan yang dilakukan Mabes Polri.

"Diharapkan dialog ini bisa membuka wawasan masyarakat mengenai bahayanya radikalisme."

"Dan informasi yang tersampaikan menjadi langkah antisipasif, agar khususnya pemuda bisa berpikir ulang untuk tidak tergoda paham radikal," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved