Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Heboh Sumur Bor Api di Karanganyar

Di Balik Temuan Sumur Bor 'Ajaib' Gondangrejo : Bak Kutukan, Musim Hujan Pun Sulit Dapat Air Bersih

Cerita Sumur Bor 'Ajaib' di Krendowahono, Awalnya Dibuat untuk Atasi Krisis Air Bersih

Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Aji Bramastra
TRIBUNSOLO.COM/ADI SURYA SAMODRA
Warga Dukuh RT 06 RW 01, Dusun Ngrawan, Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar , melihat dari dekat sumur bor yang bisa digunakan untuk menyalakan api, Kamis (13/2/2020). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Sebuah sumur bor di Dukuh RT 06 RW 01, Dusun Ngrawan, Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, bikin heboh, karena bisa dibuat menyalakan api.

Ihwal pembuatan sumur tersebut rencananya untuk menanggulangi krisis air bersih.

Heboh Temuan Sumur Bor Ajaib di Karanganyar, Bisa Buat Nyalakan Api, Begini Rasa Airnya

Sumur Bor di Desa Krendowahono Karanganyar Keluarkan Air dan Gas Bersamaan, Warga Terheran-heran

Ketua RT 06 Dukuh, Solihin (50) menyampaikan warga sampai saat ini masih krisis air bersih.

"Sebetulnya sumur itu diharapkan bisa menjadi sumber air bersih untuk warga di sini," terang dia kepada TribunSolo.com, Kamis (13/2/2020).

Krisis air bersih yang melanda warga RT 06 Dukuh membuat mereka harus mencoba melakukan pengeboran di beberapa titik.

Sayangnya, titik tersebut belum memberikan air yang layak konsumsi bagi mereka.

"Makanya kami mengebor kemana-mana, ya, harapannya supaya mendapat air bersih," tutur Solihin.

"Kalau di sini, kemarau tidak kemarau tetap tidak ada air bersih," imbuhnya membeberkan.

Warga pernah coba membuat sumur bor berjarak 150 meter dari yang saat ini berada di pekarangan rumah Solihin.

Namun, hasilnya air itu tidak layak konsumsi karena mengandung timbal dan kadar garamnya tinggi.

"Air pernah diperiksa Dinas Kesehatan dan hasilnya kadar garamnya 20 kali lipat dan kandungan besinya 10 kali lipat dibanding yang layak konsumsi," kata Solihin.

"Wargapun tidak berani mengkonsumsinya," tambahnya.

Warga RT 06 Dukuh hanya bisa mengandalkan sumber mata air bersih yang berjarak 1,5 kilo meter atapun galon.

Mau mengandalkan PAM, airnya pun keruh.

"Air untuk makan dan minum biasanya beli galon, kalau ndak ya ambil dari sumber mata air bersih yang ada," jelas Solihin.

"Air PAM biasanya cuma buat mandi sama mencuci saja," imbuhnya.

Sebanyak 38 Kepala Keluarga di RT 06 Dukuh sampai saat ini berjuang melawan krisis air bersih.

Jarak sumber mata air bersih yang cukup jauh tak menyurutkan langkah mereka.

Solihin biasanya menyiapkan dua jirigen berkapasitas 35 liter dan dibawanya ke sumber mata air bersih.

"Sumber mata air itu dikelola langsung masyarakat, satu jirigen dipatok tarif seribu rupiah, baik itu jirigen besar ataupun kecil," kata dia.

"Warga pun harus melewati turunan terlebih dulu sebelum mencapai sumber mata air bersih," tambahnya.

Warga harus pandai mengelola air uang diambilnya supaya bisa memenuhi kebutuhan seminggu, tak terkecuali keluarga Solihin.

"Air yang diambil itu ya biasanya digunakan untuk masak, merebus air untuk minum," ujar Solihin.

Warga RT 06 Dukuh merasa sungkan untuk meminta bantuan air bersih ke pemerintah.

"Apalagi ini musim hujan dimana air seharusnya melimpah, namun disini malah kebalikannya," kata Solihin.

"Itu yang membuat kami pekewuh (sungkan) untuk meminta air bersih ke pemerintah," imbuhnya.

Solihin beharap sumur bor yang telah dibuat di pekarangan rumahnya bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan warga.

Meski tidak bisa digunakan sebagai sumber mata air bersih, gas yang dihasilkan mungkin bisa dimanfaatkan.

"Siapa tahu gas yang muncul dari sumur bor bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan warga," harapnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved