Kegiatan Susur Sungai Akibatkan Korban Jiwa, Pakar UGM: Idealnya Dilakukan oleh Orang-orang Dewasa
Kegiatan susur sungai yang dilakukan SMPN 1 Turi hingga berita ini dibuat terdapat 7 korban meninggal.
TRIBUNSOLO.COM - Kegiatan susur sungai yang dilakukan SMPN 1 Turi hingga berita ini dibuat terdapat 7 korban meninggal.
Terkait kejadian yang yang dilakukan pihak sekolah ini pun jadi sorotan masyarakat.
• Cerita Heroik Siswa SMP Negeri 1 Turi Saat Susur Sungai: Selamatkan Teman Pakai Akar Pohon
Kegiatan susur sungai ini diketahui tidak diperuntukan bagi anak-anak dan remaja.
Hal itu disampaikan oleh Dosen Sumber Daya Air dan Sungai Fakutas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono, saat dihubungi oleh Kompas.com.
Agus Maryono mengatakan susur sungai idelanya dilakukan oleh orang-orang dewasa yang memiliki keterampilan.
"Idealnya susur sungai dilakukan oleh orang-orang dewasa, anak dan remaja tidak boleh susur sungai," kata Agus.
"Seperti TNI, Mapala, komunitas sungai, mereka-mereka yang telah terbiasa," ucap Agus Maryono.
Agus Maryono menyebut orang yang melakukan susur sungai bukan berarti harus masuk ke dalam aliran sungai, terlebih bagi anak-anak dan remaja.
Pasalnya, kegiatan susur sungai berisiko tinggi dan hanya diperkenankan dilakukan orang yang terlatih dan terbiasa.
"Bagi anak dan remaja, susur sungai bisa dilakukan di luar (aliran) sungai, tidak jalan-jalan di dalam (aliran) sungai," kata Agus Maryono.
Menurut Agus Maryono, susur sungai dapat disertai kegiatan lain, seperti pembersihan sungai.
Selain itu, susur sungai termasuk cara untuk mengenali potensi sungai.
Agus Maryono menyebut susur sungai juga harus memperhatikan kondisi cuaca.
Agus Maryono mengtakan kegiatan susur sungai tidak diperkenankan dilakukan saat musim hujan.
"Banjir bandang tidak bisa diduga, debit air bisa tiba-tiba meningkat" kata dia.
• Detik-detik Siswa Susur Sungai di Sleman Terseret Arus: Saat Berangkat dari Sekolah Hujan Deras

Seperti yang diketahui, ratusan siswa SMPN 1 Turi Sleman hanyut terseret arus Sungai Sempor ketika mengikuti kegiatan susur sungai pada Jumat (21/2/2020) siang.
Update terbaru hari Sabtu (22/2/2020) hingga pukul 07.00 WIB, tiga murid SMPN 1 Turi Sleman belum ditemukan.
Dilansir Twitter BPBD DIY, jumlah total peserta kegiatan Pramuka yang sebelumnya diberitakan berjumlah 250 siswa, kini dinyatakan valid berjumlah 249.
Hingga kini, jumlah siswa yang meninggal sebanyak 7 orang.
Sedangkan 3 orang masih belum ditemukan.
Peserta kegiatan tersebut berasal dari kelas 7 dan 8.
Sementara itu operasi pencarian dan penyelamatan dilanjutkan lagi pada pagi hari ini pukul 07.00 WIB.
Bupati Sri Purnomo akan Undang Kepala Sekolah di Sleman

Bupati Sleman, Sri Purnomo akan mengundang seluruh kepala sekolah yang ada di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Hal ini berkaitan peristiwa ratusan siswa SMPN 1 Turi Sleman yang hanyut terseret arus sungai Sempor ketika mengikuti kegiatan susur sungai pada Jumat (21/2/2020) siang.
Dikutip Tribunnews.com dari tayangan video yang diunggah kanal YouTube tvOneNews, Jumat malam, Sri Purnomo menyebut pihaknya akan mengudang seluruh kepala sekolah di Sleman untuk diberikan arahan terkait pentingnya menjaga keamanan dan keselamatan siswa.
"Kami dalam waktu dekat, besok pagi, akan kita kumpulkan kepala sekolah di Kabupaten Sleman yang menjadi kewenangan kami, baik TK, SD, SMP, Madrasah," kata Sri Purnomo.
"Nanti kita akan berikan arahan pentingnya menjaga keamanan dan keselamatan siswa ketika mereka berada di sekolah dan ketika ada kegiatan luar sekolah, betul-betul harus diperhatikan faktor keamanannya," tambahnya.
Dengan adanya koordinasi dengan seluruh kepala sekolah di Sleman, Sri Purnomo berharap tidak akan terjadi lagi peristiwa serupa.
"Sehingga jangan sampai situasinya mendung nanti mereka berada di tepi sungai di sekitar sungai itu sangat berbahaya," tambahnya.
Sri Purnomo mengatakan setiap sekolah memiliki kegiatan ekstrakurikuler masing-masing.
Ia menyebut kegiatan siswa yang berkaitan dengan kepandungan semestinya bisa dilakukan di lingkungan sekolah.
"Masing-masing sekolah punya ekstrakurikuler, sekarang ini dikembangkan jadi kegiatan pramuka kan banyak kegiatan, keterampilan, kelincahan dan kaitannya kepanduan, semestinya itu bisa dilakukan di area sekolah," ucapnya.
Sri Purnomo mengaku tidak mengetahui mengapa pihak sekolah mesti mengadakan kegiatan susur sungai saat sedang musim hujan.
Sri Purnomo mengatakan kegiatan susur sungai dilakukan sebaiknya saat musim kemarau atau cuaca cerah.
"Saya kurang tahu itu program sekolah yang bersangkutan."
"Saya tidak tahu kenapa mereka pada musim hujan begini dan cuacanya tidak mendung, mereka berani melakukan susur sungai, yang selama ini semestinya susur sungai dilakukan saat musim kemarau, pada matahari sedang terang, tidak ada hujan," katanya.
Sri Purnomo menyebut pihaknya sudah melakukan pengecekan ke SMPN 1 Turi Sleman.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan takziah ke rumah korban yang meninggal dunia.
"Besok pagi kami akan takziah ke siswa kami yang meninggal dunia karena musibah, kami akan takziah ke rumah masing-masing," kata Sri Purnomo.
• UPDATE Pencarian Korban Susur Sungai SMP N 1 Turi : 7 Siswa Meninggal, 3 Belum Ditemukan
Tanggapan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X, menyayangkan kegiatan susur sungai yang diadakan SMPN 1 Turi, Sleman dilaksanakan pada saat musim hujan.
Sri Sultan Hamengkubuwono X menyatakan turut berduka cita atas meninggalnya beberapa siswa SMP N 1 Turi, Sleman saat kegiatan susur sungai di Sungai Sempor pada Jumat siang.
"Ikut berduka cita atas meninggalnya anak-anak dari SMPN 1 Turi di Kabupaten Sleman atas musibah pada waktu punya aktivitas menyusuri sungai," kata Sri Sultan dalam keterangannya seperti diunggah twitter Humas Pemda DIY @humas_jogja.
Namun disisi lain Sri Sultan juga prihatin pada peristiwa tersebut dan menyayangkan mengapa kegiatan tersebut dilakukan di sungai pada saat musim hujan.
"Tapi juga saya prihatin kenapa justru pada waktu musim hujan ada aktivitas untuk menyusuri sungai," ucap Sri Sultan.
Sri Sultan berharap pihak sekolah bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
"Dan saya mohon pimpinan sekolah bisa bertanggung jawab atas musibah ini," kata Sultan
Sri Sultan mengimbau kepada semua tingkatan sekolah agar tak melakukan kegiatan di sungai ataupun di dekat sungai saat musim hujan.
"Saya hanya punya harapan kepada seluruh sekolah apapun tingkatannya, ini musim hujan jangan melakukan aktivitas dan berdekatan dengan sungai, apalagi menyusuri sungai, itu jelas sangat berbahaya," lanjut Sultan.
Ia berharap peristiwa tersebut tidak terjadi lagi dikemudian hari.
"Saya minta para kepala sekolah, aktivitas kelompok masyarakat, aktivitas organisasi-organisasi yang lain, hindarilah musim hujan ini punya aktivitas untuk menyusuri sungai, untuk tidak terulang lagi," pungkas Gubernur DIY.
Sri Sultan telah mengunjungi SMPN 1 Turi Sleman pada Jumat (21/2/2020) malam.
Ditemani oleh GKR Hemas, Sri Sultan menemuai orangtua korban siswa yang belum ditemukan.
Setibanya di sekolah, Sri Sultan dan GKR Hemas didampingi Bupati Sleman Sri Purnomo berdialog dengan para guru.
Dikutip Tribun Jogja, Sri Sultan mengatakan pihaknya sudah menyampaikan ke BPBD DIY untuk mengeluarkan edaran agar tak melakukan kegiatan di sekitaran sungai selama musim hujan.
"Entah itu alasannya untuk bersih desa ataupun bersih kali dan lainnya, ditunda saja dulu. Nggak usah pada waktu musim hujan," tuturnya.
Kronologi Kejadian
Dilansir dari tayangan langsung Kompas TV, reporter lapangan Kompas TV menyebut Badan SAR Yogyakarta mengungkapkan kronologi berawal ketika siswa-siswi SMPN 1 Turi mengikuti kegiatan susur Sungai Sempor.
Kegiatan tersebut adalah bagian dari kegiatan Pramuka yang dilaksanakan sekolah.
Pada saat kegiatan susur sungai, kondisi arus sungai masih normal.

Namun, tiba-tiba air dari arah hulu membesar dan menerjang dengan deras.
Tim SAR menduga para siswa terkena kepala arus deras.
Diduga, ratusan siswa kemudian berpencar menyelamatkan diri masing-masing.
Sebagian ada yang langsung pulang ke rumah.
Hal ini sempat menyulitkan petugas untuk mendata total siswa yang selamat.

Sementara itu dikutip dari Tribun Jogja, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan, membenarkan kegiatan siswa yang melakukan susur sungai dalam rangka kegiatan Pramuka.
Menurut keterangan yang berhasil dihimpun, ketika siswa-siswi tersebut turun untuk memulai kegiatan susur sungai, di lokasi tersebut belum turun hujan.
"Namun ternyata di hulu sungai hujan," katanya saat dihubungi Tribunjogja.com, Jumat (21/2/2020) sore.
Akibatnya sejumlah siswa dilaporkan hanyut akibat terseret arus air yang sangat deras.
Saat ini dilaporkan juga bahwa proses evakuasi dan pendataan anak, masih dilakukan.
"Tim SAR gabungan saat ini tengah menyusur sungai Sempor, sementara untuk yang terluka dibawa ke Rumah Sakit SWA," katanya.
(Tribunnews.com/Wulan KP/Tio/Wahyu Gilang P), (Kompas.com/Teuku Muhammad Valdy Arief) (TribunJogja.com/Yosef Leon P)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Siswa SMPN 1 Turi Sleman Hanyut, Pakar dari UGM Sebut Susur Sungai Bukan untuk Anak dan Remaja,