Inspirasi dari Solo
Begini Pesan Rektor UTP Surakarta Kepada Amirudin,Bakul Sayur Keliling yang Baru Dapat Gelar Sarjana
Amirudin, bakul sayur keliling yang baru di wisuda sarjana (S1) tidak menyangka disapa langsung Rektor UTP Surakarta Prof Tresna Priyana Soemardi.
Penulis: Asep Abdullah Rowi | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Asep Abdullah Rowi
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Amirudin, bakul sayur keliling yang baru di wisuda sarjana (S1) tidak menyangka disapa langsung Rektor Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta Prof Tresna Priyana Soemardi.
Orang nomor satu di perguruan tinggi yang berada di Jalan Walanda Maramis Nomor 39, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Solo itu menghampiri lulusan Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) FKIP itu.
Ya usai prosesi wisuda yang digelar di GOR UTP Kampus III di Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Sabtu (29/2/2020).
Bahkan Prof Tresna sempat menyalami dan memberikan selamat kepada penjual sayur keliling dari RT 02 RW 04 Desa Wukirsawit, Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar tersebut.
"Sukses ya," kata dia sembari mengacungkan jempol yang menandakan ungkapan top.
• Bisa Raup Rp 1,3 Juta/Hari, Ini Penghasilan Bakul Sayur Keliling yang Baru Wisuda di UTP Surakarta
Prof Tresna menurut putra pasangan Suwarno (55) dan Warsi (40) memintanya belajar terus mengejar cita-citanya sekuat tenaga.
Apalagi Amirudin telah terbukti menjadi sosok pemuda yang berani bekerja keras demi selesainya kuliah sejak 2014, tidak mau merepotkan orang tua hingga rajin bertahajud.
"Senang sekali bisa dikasih petuah dan disemangati Pak Rektor," akunya.
Dia berharap dengan raihan S1 itu bisa membuatnya tetap setara dengan anak-anak muda lainnya yang rata-rata sudah bergelar sarjana.
Termasuk membanggakan orang tuanya yang selama ini hanya bekerja serabutan jadi buruh tani.
"Saya tetap akan berjualan sayur dan bisa meraih mimpi saya jadi guru olahraga," harap dia.
"Saya buktikan dengan keterbatasan ini bisa tetap kuliah," pungkasnya.
• Pernah Diejek Jadi Bakul Sayur Keliling, Ini Cerita Amirudin yang Baru Lulus Kuliah di UTP Surakarta
Menginspirasi
Sebelumnya, ada kisah menginspirasi dalam prosesi 'sakral' wisuda di Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta kali ini dan bisa dibilang sangat berbeda, Sabtu (29/2/2020).
Ya, ada satu-satunya wisudawan yang berangkat ke tempat wisuda di GOR UTP Kampus III di Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar itu sembari membawa bronjong di sepeda motornya yang berisi sayur-mayur.
Dia adalah Amirudin, wisudawan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) angkatan 2014.
Aksinya membawa bronjong sayur dan memakai toga sembari menunjukkan tulisan 'Senadyan Balungan Kere, Alhamdulillah Iso Podo Kancane' pun viral di mana-mana.
• Kisah Bakul Sayur Keliling Jadi Sarjana di UTP Solo, Datang ke Wisuda Bawa Bronjong yang Buat Jualan
Pemuda kelahiran 8 September 1992 dari keluarga pas-pasan itu, ternyata memang penjual atau bakul sayuran keliling sungguhan.
Selama memasuki dunia yang sebelumnya asing baginya di perguruan tinggi, putra pasangan Suwarno (55) dan Warsi (40) itu ternyata pernah mengalami hal yang cukup 'menyakitkan' hati.
"Respon teman-teman banyak yang mendukung sebenarnya, ya kasih semangat," ungkap dia usai wisuda di GOR UTP Kampus III di Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar.
• Pesan Bupati Karanganyar Juliyatmono untuk Calon Kepala Desa : Mau Menang Jangan Andalkan Uang
"Tapi dulu banyak juga yang mengejek, ngopo wong ndeso kuliah barang, nyambet gawe ki go rabi wae (kenapa orang desa kuliah segala, kerja itu buat nikah)," kenangnya.
Namun pemuda yang gemar naik gunung itu mengaku ejekan orang lain justru menjadi pelecut semangat mendapatkan gelar sarjana yang diidam-idamkan oleh setiap anak muda.
Apalagi dia harus menunggu dua tahun agar bisa berkuliah, karena sempat berpikir panjang apakah bisa merengkuh sarjana atau tidak.
"Saya jawab santai saja, duit kui bakal entek, tapi ilmu pastine bermanfaat (uang itu bakal habis, tapi ilmu pasti bermanfaat)," jelasnya.
Dia mengaku tidak pernah gengsi menginjakkan kaki di lingkungan perkuliahan, meskipun setiap hari harus berjualan sayur kililing menggunakan sepeda motor ber-bronjong dari desa ke desa. (*)