Virus Corona
Soal Bahaya Penularan Melalui OTG, Dokter : Kita Harus Berasumsi Semua Bisa Menularkan
Berdasarkan data terakhir hingga Rabu (30/4/2020) total pasien positif virus corona sudah mencapai 9.771 kasus pasien positif.
Penulis: Naufal Hanif Putra Aji | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
TRIBUNSOLO.COM - Jumlah pasien virus corona di Indonesia masih terus melonjak tinggi.
Berdasarkan data terakhir hingga Rabu (30/4/2020) total pasien positif virus corona sudah mencapai 9.771 kasus pasien positif.
• 5 Fakta Hasanjr11 Pancing Orang Batalkan Puasa, Sosoknya Pernah Viral Saat Foto dengan Fadli Zon
Pasien sembuh bertambah 137 orang, sehingga total sembuh berjumlah 1.391 orang.
Adapun kasus kematian bertambah 11 sehingga total kasus kematian berjumlah 784 orang.
Terkait pertambahan tersebut beberapa waktu lalu dikutip dari kompas.com juru bicara pemerintahan terkait penanggulan virus corona, Achmad Yurianto mengatakan jika 70 persen kasus Covid-19 di Indonesia justru datang dari Orang Tanpa Gangguan ( OTG ).
Tanpa merasa demam, batuk dan menderita gejala virus corona lainnya, ternyata masih bisa berpotensi terjangkit Covid-19.
Oleh sebab itu tak lelah pemerintah meminta agar masyarakat betul-betul menaati anjuran yang sudah diberikan.
Achmad Yurianto pun meminta masyarakat untuk lebih waspada dan hati-hati.
"Hati-hati, sekarang gambaran yang terbanyak hampir sekitar di atas 60 persen atau ada yang mengatakan sampai 70 persen penderita positif Covid-19 ini tanpa gejala atau kita sudah mengenal dengan sebutan OTG yakni Orang Tanpa Gangguan," ujar Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, Senin (6/4), dikutip dari Kompas.com.
Yuri menjelaskan, mereka yang tak mengalami gejala bisa saja merasa tubuhnya baik-baik saja karena tak menemukan adanya gangguan.
"Atau bahkan dengan gangguan minimal, karenanya disebut tanpa gejala. Itu kemudian bisa menjadi potensi untuk terjadinya sumber penyebaran baru," lanjutnya.
• Pantauan Citra Satelit, Kereta Kim Jong Un Kembali Terlihat di Kota Wonsan

Setelah diusut, masalah yang sama ternyata juga sempat dialami oleh Wuhan, China.
Diketahui, virus corona yang mewabah awal di Wuhan, China, terus menunjukkan karakter yang berubah.
Sejumlah kasus menunjukkan adanya temuan pasien positif Covid-19 yang tidak disertai gejala asimptomatik, tetapi menularkannya ke orang lain.
Hal ini membuat pandemi virus corona menjadi sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat global.
Melansir Science Alert via Kompas.com, Pembawa virus corona tanpa gejala ini, kata Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Robert Redfield, kemungkinan berkontribusi besar pada penyebaran cepat virus corona di seluruh dunia.
Negara-negara yang melaporkan kasus infeksi tanpa gejala ini antara lain Amerika Serikat, China, Jepang, dan Singapura.
Hal ini pun tentunya perlu adanya kesadaran masyarakat soal adanya potensi bahaya orang tanpa gejala di Indonesia.
• Hari Ini Terakhir, Simak Cara Mudah Lapor SPT Online Melalui e-Filing di djponline.pajak.go.id
Dikutip dari tayangan Kompas TV Sapa Indonesia Pagi yang diunggah youtube Rabu (29/4/2020), dr. Corona Rintawan menjelaskan jika OTG bisa sembuh dengan sendirinya namun persebaranya sangat perlu diwaspadai.
"Bisa kalau memang daya tahan tubuhnya bagus nanti virusnya akan terbunuh sendiri, cuma permasalahanya jika dia tidak mengalami gejala maka dia merasa sehat dan kalau dia tidak aware bisa menularkan orang lain" ujarnya.
Untuk lama persebaranya dr. Corona menjelaskan jika persebaran virus corona melalui orang tanpa gejala atau OTG berkisar antara 7 hari hingga 20 hari lamanya.
Sementara itu dr. Corona juga mejelaskan cara mengklasifikasi diri untuk orang tanpa gejala (OTG) agar tidak berbahaya terhadap orang lain.
"Pertama banyak aplikasi yang bisa menyebutkan jika kita termasuk risiko tinggi atau tidak bisa dari pemerintah, dari NU atau Muhammadiyah itu bisa mengukur kita risiko tinggi atau tidak" Ujar dokter spesialis kedaruratan medis ini.
"Tapi secara aman maka kita semua harus berasumsi semua bisa menularkan jadi tentunya memakai masker itu wajib" tambahnya.
Aplikasi Pencegahan Corona PeduliLindungi
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika meluncurkan aplikasi PeduliLindungi untuk mencegah wabah virus corona.
Dengan mengandalkan setiap orang menghidupkan bluetooth di ponsel mereka, Kemenkominfo mengklaim aplikasi ini aman dari para peretas (hacker).
“Sudah bisa didownload di Play Store and App Store,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate dalam keterangan resminya di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Sabtu (18/4) dikutip Tribunjogja.com dari laman Covid.go.id.
Aplikasi ini mengandalkan kepedulian (peduli) dan partisipasi masyarakat untuk saling membagikan data lokasinya saat bepergian agar penelusuran riwayat kontak dengan penderita COVID-19 dapat dilakukan.
PeduliLindungi menggunakan bluetooth Anda untuk merekam informasi yang dibutuhkan.
Pertukaran data akan terjadi ketika ada gadget lain dalam radius bluetooth yang juga terdaftar di PeduliLindungi
PeduliLindungi selanjutnya akan mengidentifikasi orang-orang yang pernah berada dalam jarak dekat dengan orang yang dinyatakan positif COVID-19 atau PDP (Pasien Dalam Pengawasan) dan ODP (Orang Dalam Pengawasan), dilansir Tribunjogja.com dari laman PeduliLindungi.
Hal itu akan sangat membantu ketika orang tersebut tidak dapat mengingat riwayat perjalanan dan dengan siapa saja dia melakukan kontak.
• 7 Menu Sahur ala Anak Kost, Mudah Dibuat Sendiri dan Cepat Saji
Anda juga akan dihubungi oleh petugas kesehatan jika Anda pernah berada dalam jarak tertentu dengan penderita COVID-19 positif, PDP, dan ODP.
Mengingat pentingnya deteksi dini, Johnny G Plate, mengimbau kepada masyarakat, terutama ASN, TNI, Polri serta pegawai BUMN agar secepatnya bisa mengunduh aplikasi tersebut di ponsel pintarnya masing-masing.
Terkait data pribadi, kata Johnny, juga dijamin telah dilindungi melalui Surat Keputusan Menteri Nomor 171 Tahun 2020.
Semua pihak yang mengelola aplikasi tersebut diwajibkan untuk melakukan pembersihan data saat kondisi darurat kesehatan pandemi COVID-19 telah berakhir.
Menurut data Kominfo, aplikasi tersebut sudah dipasang oleh 1.915.874 pengguna di ponsel, demi memutus rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia.
Aplikasi PeduliLindungi bekerja dengan menggunakan cara tracking, tracing, dan fencing untuk mendeteksi pergerakan seseorang positif COVID-19 secara historis.
Berdasarkan hasil tracking dan tracing bluetooth, aplikasi akan mendeteksi keberadaan seseorang positif COVID-19 di sekitar pengguna dan memberikan peringatan untuk menjalankan protokol kesehatan.
Menurut Kominfo, semakin banyak orang yang memasang aplikasi PeduliLindungi, semakin tinggi pula tingkat akurasi deteksi penyebaran virus corona sehingga akan membantu menanggulangi sebaran COVID-19 di Indonesia.
“Aplikasi ini bertujuan untuk melindungi diri kita agar tidak tertular COVID-19. Dengan demikian akan memudahkan tugas pemerintah untuk memutus mata rantai COVID-19,” pungkas Johnny.
(TribunSolo / naufalhpa)