Virus Corona
Mengenal Penyebab 'Paru-paru Terendam' atau Badai Sitokin Akibat Corona, Reaksi Tubuh yang Mematikan
Dokter Hermawan pun menjelaskan jika ketika mengobrol dengan pasien yang sampai di fase tersebut akan seperti sedang tercekik dan tenggelam.
Penulis: Naufal Hanif Putra Aji | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
"Atau bahkan dengan gangguan minimal, karenanya disebut tanpa gejala. Itu kemudian bisa menjadi potensi untuk terjadinya sumber penyebaran baru," lanjutnya.
Lalu bagaimana kondisi terburuk orang yang terpapar virus corona hingga sering disebut paru-paru terendam dan sebabkan sesak napas bagi penderitanya?
Dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, dalam program Sapa Indonesia Pagi, Dokter Spesialis Paru-Paru, Hermawan Setiyanto menjelaskan bagaimana kondisi paru-paru terendam bisa terjadi.
Hermawan menjelaskan kondisi ini terjadi jika pasien sudah terinfeksi hingga ke alveolus.
"Ada beberapa orang yang menimbulakan gejala hingga parunya terendam, jadi infeksi virus ini bisa jadi saluran napas atas masuk ke dalam sampai turun ke bawah ke alveolus atau saluran napas terminal," ujar Hermawan.
" Di alveolus tubuh akan melakukan respons dengan mengeluarkan sitokin-sitokin anti inflamasi yang kemudian itu dinamakan badai sitokin, karena ini akan menimbulkan respons parunya terendam, banyak air, sehingga penderitanya sesak napas, seperti orang tenggelam" lanjutnya.
• Sekeluarga di Magelang Positif Corona, Diduga Tertular dari Kepala Keluarga yang Kerja Jadi Driver
Dokter Hermawan pun menjelaskan jika ketika mengobrol dengan pasien yang sampai di fase tersebut akan seperti sedang tercekik dan tenggelam.
"Jadi kalau saya ngobrol dengan penderita, yang dirasakan itu seperti tercekik dan tenggelam kayak banyak air di dalam, seperti itu katanya"ucap dokter Spesialis paru-paru ini.
Ia menyimpulkan jika kondisi paru-paru banjir terjadi karena reaksi tubuh yang mencoba melawan virusnya.
Jika dalam dunia medis kondisi ini dinamakan ARDS atau acute respiratory distress syndrome.
"Gejalanya memang seperti itu ya jadi parunya terendam, kalau melihat fotonya itu banyak bercak cukup luas menyeluruh, dengan kondisi ini akan menggangu difusi pertukaran oksigen dan Co2 dalam tubuh kita" tambahnya.
Untuk dalam kasus covid-19 Dokter Hermawan menjelaskan jika kondisi ini bisa terjadi cepat dan perlahan-lahan, tergantung kondisi tubuhnya masing-masing.
"Biasanya kalau sudah muncul seperti itu ya cepat memburuk, biasanya imunitasnya rendah" ujarnya.
Kematian akibat Corona Tinggi Mungkin karena Badai Sitokin
Dikutip dari Kompas.com menurut para ahli kesehatan dunia, tingginya angka kematian di sejumlah negara episentrum virus corona kemungkinan karena subkelompok pasien dengan Covid-19 yang parah memiliki sindrom badai sitokin (cytokine storm syndrome).