Djoko Santoso Meninggal Dunia
Profil Jenderal (Purn) TNI Djoko Santoso, Alumni SMAN 1 Solo yang Berhasil Jadi Panglima TNI
Djoko Santoso dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (10/5/2020) di RSPAD Gatot Subroto pada pukul 06.30 WIB.
Penulis: Naufal Hanif Putra Aji | Editor: Ryantono Puji Santoso
TRIBUNSOLO.COM - Kabar duka datang dari mantan Panglima TNI Jenderal (Purn), Djoko Santoso.
Djoko Santoso dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (10/5/2020) di RSPAD Gatot Subroto pada pukul 06.30 WIB.
• Sosok Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso di Mata Menhan Prabowo Subianto
Mengenai penyebab meninggalnya Djoko Santoso dikabarkan sempat menjalani operasi pendarahan otak di RSPAD Gatot Subroto Jakarta pada awal Mei 2020.
Jenderal TNI (Purn.) Djoko Santoso, M.Si. merupakan purnawirawan Panglima TNI yang menjabat pada 2007-2010.
Djoko Santoso menggantikan Panglima TNI sebelumnya yang disandang oleh Marsekal TNI Djoko Suyanto.
Setelah purna, pada 2015, Djoko Santoso bergabung ke Partai Gerindra dan menjabat sebagai Anggota Dewan Pembina.
Profil Djoko Santoso
Pria asal Solo ini lahir pada 8 September 1952.
Djoko Santoso terlahir dari keluarga guru dan menghabiskan masa kecilnya di Surakarta, Jawa Tengah.
Anak pertama dari sembilan bersaudara ini hidup penuh keserhanaan di masa kecilnya lantaran kehidupan keluarganya hanya mengandalkan gaji pensiunan ayahnya sebagai guru SMA.
Lulus dari SMA di Surakarta, Djoko Santoso melanjutkan pendidikannya di Akademi Militer.
Diketahui Djoko Santoso merupakan putra daerah Surakarta yang termasuk alumni dari SMA N 1 Surakarta.
Hal ini dibenarkan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Solo, Harminingsih.
"Secara detail belum begitu mengerti dari teman-teman pengurus komite, beliau memang alumni, untuk tahun berapa belum sempat dicari," tutur Harminingsih kepada TribunSolo.com, Minggu (10/5/2020).

Hal senada disampaikan Ketua Kominte SMA Negeri 1 Solo, Syamsul Bahri.
"Benar, beliau alumni SMA Negeri 1 Solo, insyaAllah angkatan 1971," kaya Syamsul.
"Kalau tidak salah beliau mengambil jurusan Paspal (Ilmu Pengetahuan Alam)," imbuhnya membeberkan.
Mendiang Djoko Santoso juga sempat berkunjung ke SMA Negeri 1 Solo semasa masih aktif menjadi Panglima TNI.
"Saat beliau masih aktif jadi panglima pernah datang ke sekolah kita antara tahun 2009-2010," kata Syamsul.
"Itu waktu reuni, beliau menyempatkan hadir," tambahnya.
Djoko Santoso selalu mendukung kegiatan-kegiatan diselenggarakan SMA Negeri 1 Solo.
"Banyak mensupport kita, dalam artian ketika ketemu murid-murid memberikan motivasi supaya belajar yang rajin untuk meraih cita-cita," tandasnya.
• Pernah Sekolah di SMAN 1 Solo, Begini Sosok Mantan Panglima TNI Djoko Santoso di Mata Para Alumni
Lahir dan Menginjak Dewasa di Solo
Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Djoko Santoso ini merupakan anak sulung dari 10 bersaudara.
Ia lahir dari keluarga yang sederhana, ayahnya seorang guru SMA dan ibundanya ibu rumah tangga pada umumnya.
Rumah orang tuanya kala itu masih berbentuk joglo di lingkungan RW II Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo.
Gaji ayahnya menjadi andalan keluarga Djoko Santoso untuk bertahan hidup dan membuat mereka menjalani hidup prihatin.
• Penampakan Rumah Masa Kecil Mantan Panglima TNI Djoko Santoso, Sederhana di Kampung Baru Solo
• Kisah Djoko Santoso saat Tinggal di Solo, Prihatin Jual Kartu Lebaran, Tapi Takdir Jadi Panglima TNI
Adik keempat Djoko Santoso, Tutik Suyono (63) menuturkan masa kecil mendiang sama seperti kebanyakan anak-anak.
"Hidup prihatin dilakukan, kadang makan nasi kadang tidak, bapak-ibu saya itu ingin kesepuluh anaknya jadi orang hebat semua," tutur Tutik kepada TribunSolo.com di lingkungan RW II Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Minggu (10/5/2020).
Waktu menginjakan jenjang pendidikan SMP, Djoko Santoso ikut membantu keuangan keluarga dengan menjual kartu ucapan hari raya.
"Waktu hari libur, beliau beli kartu ucapan hari raya terus dijual di Sriwedari, kartu itu berbagai macam," ujar Tutik.
Tutik lupa harga kartu-kartu ucapan itu dijual kakak pertamanya tersebut.
"Saya lupa untuk harganya berapa pada waktu itu," katanya.
• Inilah Nasihat yang Terus Diingat Sandiaga Uno dari Almarhum Djoko Santoso Sampai Sekarang
• BREAKING NEWS : Djoko Santoso Mantan Panglima TNI dan Ketua Kampanye Prabowo-Sandi Meninggal Dunia
Djoko kadang juga mengajak teman-teman dikampungnya untuk belajar bersama di rumahnya yang sederhana.
"Waktu SMP-SMA, belajar mengumpulkan teman-teman di sini, bapak sampai menyiapkan meja besar panjang," ujar Tutik.
"Ya, karena anaknya segitu banyaknya, paling ya seminggu sekali, bapak juga menemani waktu belajar," tambahnya.
Tutik tidak menampik cara mendidik kedua orang tuanya saat masih hidup menjadi satu di antara faktor kesuksesan yang diterima anak-anaknya kini, tak terkecuali Djoko Santoso.
Ditambah lagi, kedua orang tuanya memiliki tanggungan 10 anak dan tidak ingin merepotkan tetangga.
"Bapak-ibu hebat, beliau orang tidak mampu selalu berusaha untuk membiayai kesepuluh anaknya, tidak merepotkan orang sekitar, itu luar biasa," ucap Tutik.
"Ternyata bisa jadi orang semua," tandasnya.
Dia menyebut usai kakaknya baru mulai merantau untuk mengawali karier militer dari pendidikan Akademi Militer (Akmil) di Magelang sekitar tahun 1970-an.
"Sampai akhirnya Mas Djoko jadi Panglima TNI," jelasnya.
• Saksi Mata Ungkap Kronologi Kebakaran Indomaret Laweyan Solo, Sempat Terdengar Ledakan Keras 6 Kali
Perjalanan Karier Djoko Santoso
Dikutip dari TribunnewsWiki Djoko Santoso mengawali karier militernya setelah lulus dari pendidikan Akademi Militer di magelang pada 1975.
Pria kelahiran Surakarta, 8 September 1952 ini banyak mengikuti kursus kemiliteran di antaranya, mengikuti Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (Sussarcabif) pada 1976.
Setelah itu mengikuti Kursus Lanjutan Perwira Tempur (Suslapapur) pada 1987.
Pada 1990, dilanjutkan bergabung dengan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad).
Kemudian di tahun 2005, Djoko Santoso ikut kursus Lemhannas.
Dalam kariernya di dunia militer, Djoko Santoso lebih sering ditugaskan pada bidang intelijen.
Pria kelahiran Solo ini diangkat sebagai Wakil Asisten Sosial Politik untuk Kaster sekaligus Kasospol ABRI pada 1998.
Pada tahun 2000, Djoko Santoso diangkat sebagai Kepala Staf Kodam IV/Diponegoro dan setahun kemudian dipercaya menduduki jabatan Panglima Divisi II/Kostrad.
Kemudian Djoko Santoso menjabat sebagai Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Pattimura pada 2002.
Saat bertugas sebagai Pangdam XVII/Pattimua, Djoko Santoso berhasil menangani kerusuhan di Maluku.
Selain bertugas sebagai Pangdam Pattimura, Djoko Santoso juga sebagai Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) pada 2002-2003.
Seiring berjalannya waktu, karier Djoko Santoso di dunia militer semakin melejit.
• Kehidupan Dul Rohmat Kini: Tak Lagi Tinggal di Becak, Pemdes Pastikan Keluarga Dapat Bantuan Sosial
Pada 2003, Djoko Santoso diangkat sebagai Panglima Kodam Jaya, kemudian di tahun yang sama diangkat sebagai Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
Dua tahun setelah itu, Djoko Santoso menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Ryamizard Ryacudu.
Selain itu, Djoko Santoso pernah bertugas dalam Operasi Seroja pada 1976, 1981, dan 1988.
Karier militer Djoko Santoso tidak hanya urusan dalam negeri.
Djoko Santoso pernah mendapat penugasan ke luar negeri seperti ke Malaysia pada 1990, Australia pada 1990, Singapura pada 1991, RRC pada 1994, Thailand pada 1994, Amerika Serikat pad 2006, Vietnam pada 2006, India pada 2007, Pakistan pada 2007, dan Kamboja pada 2007.
Djoko Santoso diangkat oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia pada 28 Desember-28 September 2010.
Djoko Santoso menjabat sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia untuk periode 2007-2010 menggantikan Marsekal TNI Djoko Suyanto yang memasuki masa purna tugas.
Djoko Santoso, Ketua BPN Prabowo-Sandiaga Uno (tribunnews.com)
Serah terima jabatan Panglima TNI berlangsung di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.
Saat itu, Djoko Santoso merupakan calon tunggal Panglima TNI yang diusulkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui surat Nomor 65 yang diajukan kepada pimpinan DPR.
Karena dedikasi dan prestasinya, Djoko Santoso mendapatkan sejumlah bintang jasa seperti Bintang Dharma, Bintang Kartika Eka Paksi Utama, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Pingat Jasa Gemilang, Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama, Bintang Jalasena Utama, dan Medali Sahametrei Tingkat Theoupdin.
• Polisi Duga Kejadian Pecah Kaca Mobil di Karanganyar Karena Pantulan Batu, Bukan Lemparan Orang
Pada Pemilu Pemilihan Presiden 2009, Djoko Santoso diminta Megawati Soekarnoputri untuk mendampinginya sebagai calon wakil presiden, namun Djoko Santoso menolak tawaran ini.
Djoko Santoso ingin berfokus pada tugasnya sebagai seorang prajurit TNI daripada terjun ke ranah politik.
Setelah purna dari jabatannya sebagai Panglima TNI, pada 2013 Djoko Santoso mendeklarasikan organisasi masyarakat Gerakan Indonesia Adil Sejahtera dan Aman (ASA) di Balai Kartini Jakarta.
Gerakan Indonesia ASA didirikan oleh Djoko Santoso sebagai Ketua Dewan Pembina bersama Mayjen TNI (Purn) Kurdi Mustofa sebagai Sekretaris Dewan Pembina dan Usamah Hisyam sebagai Direktur Dewan Pengurus Harian.
Gerakan Indonesia ASA bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa, agar berdaulat di bidang politik, mandiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang sosial budaya, guna mencapai cita-cita bangsa Indonesia.
Selain itu gerakan ini mengajak bangsa untuk bangkit, bersatu, bekerja keras, dan besama-sama menuju Indonesia lebih maju.
Saat peresmian Gerakan Indonesia ASA tersebut juga diluncurkan buku berjudul ‘Jenderal TNI (Purn) H Djoko Santoso: Bukan Jenderal Kancil’.
Buku ini berisi riwayat hidup, perjuangan, dan prestsi yang dicapai Djoko Santoso dalam perjalanan karier militernya.
‘Jenderal TNI (Purn) H Djoko Santoso: Bukan Jenderal Kancil’ ditulis oleh dua wartawan senior Perum LKBN ANTARA, Aat Surya Safaat dan Edi Utama.
Pada 2015, Djoko Santoso bergabung dalam Partai Gerindra dan menduduki jabatan Anggota Dewan Pembina.
Pada Pilpres 2019, Jenderal TNI (Purn) H Djoko Santoso ditunjuk oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno untuk memimpin Badan Pemenangan Nasional (BPN) mereka.
BPN merupakan sebuah tim pemenangan dari kubu Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
(TribunSolo/ naufalhpa) (TribunNewsWiki)