Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Ilmuwan Hong Kong: Jika Manusia Menggunakan Masker, Mereka Sebenarnya Melindungi Orang Lain

Profesor Yuen Kwok-yung dari Universitas Hong Kong membahas bagaimana partisi masker bedah secara efektif mengurangi penularan virus corona.

Penulis: reporter | Editor: Tribun Network
(shutterstock)
Ilustrasi mengenakan masker 

TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini seorang ilmuwan Hong Kong melakukan penelitian yang melibatkan binatang hamster.

Penelitian ini menjadi bukti apa yang diyakini selama ini oleh masyarakat.

Hasil penelitian membuktikan, penggunaan masker bedah dapat secara signifikan mengurangi tingkat penularan Covid-19 di udara.

Dalam studi ini ditemukan tingkat penularan non-kontak (di mana virus ditularkan melalui tetesan pernapasan atau partikel di udara, red) turun hingga 75 persen ketika mengenakan masker.

Kendati demikian, sang ilmuwan, Dr Yuen Kwok-yung dari Universitas Hong Kong, memperingatkan risiko akan infeksi tetap ada sekalipun memakai masker.

"Temuan yang tersirat ke dunia dan publik adalah efektivitas memakai masker terhadap pandemi virus corona sangat besar," ungkap Dr Yuen Kwok-yung pada Minggu (17/5/2020), dikutip dari SCMP.

Profesor Yuen Kwok-yung dari Universitas Hong Kong membahas bagaimana partisi masker bedah secara efektif mengurangi penularan coronavirus.
Profesor Yuen Kwok-yung dari Universitas Hong Kong membahas bagaimana partisi masker bedah secara efektif mengurangi penularan coronavirus. (SCMP/May Tse)

Peneliti Ungkap Temuan Baru, Ternyata Virus Corona Menyebar ke Penjuru Dunia Lewat 3 Jalur Ini

Ahli mikrobiologi terkemuka ini mengatakan, timnya melakukan penelitian karena ingin mengetahui perlunya memakai masker.

Karena menggunakan masker adalah hal yang telah lama dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam percobaan mereka, partisi yang terbuat dari masker bedah dipasang di antara kandang yang terisolasi.

Di dalamnya terdapat satu hamster yang terinfeksi virus, terdapat pula tiga hamster sehat ada di sisi lain.

Kemudian, sebuah kipas ditempatkan di antaranya.

Hal ini untuk memastikan apakah virus akan "menularkan" antara satu kandang dengan kandang lain.

Ada sekitar lima puluh dua hamster digunakan dalam percobaan ini.

Dr Yuen Kwok-yung (kiri) dan Dr Jasper Chan dari Departemen Mikrobiologi Universitas Hong Kong membahas bagaimana partisi masker bedah mengurangi penularan Sars-CoV-2 di antara hamster.
Dr Yuen Kwok-yung (kiri) dan Dr Jasper Chan dari Departemen Mikrobiologi Universitas Hong Kong membahas bagaimana partisi masker bedah mengurangi penularan Sars-CoV-2 di antara hamster. (SCMP/May Tse)

Respons Jokowi Soal Penelitian Jika Suhu Tinggi dapat Matikan Corona: Berita Ini Menggembirakan Kita

Percobaan pun dilakukan di bawah tiga skenario yang dirancang untuk mereplikasi situasi di kehidupan nyata.

Yaitu dengan penghalang masker hanya ditempatkan pada kandang yang menampung hamster yang terinfeksi.

Setelah tujuh hari, 10 dari 15 hamster sehat, atau 66,7 persen, ditempatkan di kandang tanpa partisi yang terinfeksi.

Tetapi ketika penghalang masker bedah diletakkan di sisi hamster yang terinfeksi, hanya dua dari 12 hamster di kandang yang bersebelahan, atau 16,7 persen, dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

Angka pun naik menjadi empat dari 12 ketika partisi hanya ditempatkan di kandang dengan hamster sehat.

"Dalam percobaan hamster kami, terlihat sangat jelas jika hamster atau manusia yang terinfeksi ((terutama yang asimptomatik (orang tanpa gejala) atau simtomatik)) mengenakan masker, mereka sebenarnya melindungi orang lain."

"Itu hasil terkuat yang kami tunjukkan di sini," kata Yuen.

Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul.
Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul. (Hector RETAMAL / AFP)

Penelitian Monash University Sebut Obat Kutu Bisa Hancurkan Virus Corona, Dijual Bebas di Apotek

"Penularan virus corona dapat dikurangi hingga 50 (poin persentase, red) saat masker bedah digunakan."

"Terutama ketika masker dikenakan oleh orang yang terinfeksi virus," tambahnya.

Studi ini juga menemukan bahwa hamster yang terinfeksi Covid-19 melalui injeksi langsung memiliki gejala yang lebih parah daripada yang tertular melalui partisi masker.

Kelompok yang terakhir mengalami skor klinis yang lebih rendah, perubahan histopatologis yang lebih ringan.

Termasuk juga viral load yang lebih rendah di jaringan saluran pernapasan.

"Hingga tahap ini, kami tidak memiliki vaksin yang aman dan efektif."

"Yang tetap praktis adalah tindakan yang sosial distancing atau memakai masker," terang Yuen.

Petugas mengenakan masker dan hazmat suit sebelum melakukan evakuasi WNI yang tiba dari Wuhan di lokasi observasi Hangar Lanud Raden Sajad, Natuna, Kepri, Minggu (2/2/2020). WNI yang sebelumnya transit terlebih dahulu di Batam tersebut dievakuasi dari Wuhan, China, akibat merebaknya wabah Virus Corona.
Petugas mengenakan masker dan hazmat suit sebelum melakukan evakuasi WNI yang tiba dari Wuhan di lokasi observasi Hangar Lanud Raden Sajad, Natuna, Kepri, Minggu (2/2/2020). WNI yang sebelumnya transit terlebih dahulu di Batam tersebut dievakuasi dari Wuhan, China, akibat merebaknya wabah Virus Corona. (tribunnews.com)

Akhir-akhir ini, Yuen juga mengatakan dia telah memperhatikan masyarakat menjadi kurang berhati-hati.

Kini persentase warga Hong Kong mengenakan masker turun dari 97 persen menjadi kurang dari 90 persen dalam beberapa hari terakhir.

Ia pun memperingatkan agar masyarakat harus tetap waspada, karena virus bisa memiliki banyak penularan secara "diam-diam".

"Saya tahu memakai topeng akan sulit selama musim panas."

"Saran saya, terutama ketika berada di lingkungan indoor atau tertutup di mana tidak ada pertukaran udara gratis, di tempat-tempat ramai atau di transportasi umum, harus tetap mengenakan masker," tegasnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved