Virus Corona
Tanggapi Berakhirnya PSBB di Tegal, Ganjar Beberkan Potensi Penularan Corona Masih Bisa Terjadi
PSBB Kota Tegal yang telah berlangsung selama sebulan tersebut, diakhiri dengan suara sirine megaphone yang dibunyikan oleh Wali Kota Tegal
Penulis: Naufal Hanif Putra Aji | Editor: Ryantono Puji Santoso
Ia menilai, masyarakat di Kota Tegal selama ini sudah patuh dengan kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah.
Reni mencontohkan, di Kota Tegal tidak ada penolakan pemakaman jenazah positif Covid-19 maupun jenazah pasien dalam pengawasan (PDP).
"Segalanya surgalah pahalanya. Kalau untuk duka sebagai tim medis tidak ada. Kita sebagai profesi seorang dokter harus sama saja, baik ini pasien Covid-19 atau bukan," ungkapnya.
• Kunjungi Klaten, Anggota DPR RI Ini Minta Pemerintah Pusat Tegas Soal Payung Hukum Covid-19
Ganjar Pranowo Angkat Bicara
Sementara itu dikutip dari Kompas TV, Gubernur Ganjar Pranowo pun angkat bicara soal pencabutan PSBB ini.
"Mereka merasa ini sudah cukup, kalau mereka dengan segala pertimbangannya sudah cukup, kami persilahkan saya memang kemarin menyarankan, hati-hati karena kabupaten sebelahnya masih rame, malah kemarin saya usulkan kalau mau perpanjang saja tapi ternyata mau dicabut" ujarnya.
"Malah pas pencabutan akan ada seleberasi itu ya, saya bilang jangan ada seleberasi, dan Alhamdulillah Walikota komprominya bagus, ingin membuka pantai untuk pariwisata, namun saya katakan jangan dulu juga, Alhamdulillah diikuti jadi setelah ini ya harus kita jaga agar titik masuk masih bisa dikontrol karena kalau satu kota sudah merasa bagus, tapi kota sekitarnya belum bagus, terus nanti bisa berlalu lintas, ya itu akan ada potensi" tambah Ganjar.
Ganjar juga menghimbau agar masyarakat bisa tertib dan beradaptasi dengan kondisi yang baru ini.
"Ketika masyarakat sudah memahami, semua seperti ini ya harus dikotrol nanti cara kebiasaan baru yang musti disiapkan oleh pemerintah Kota Tegal" ujarnya.
Jejak Kota Tegal Hadapi Corona.
Bukan hanya sekali ini saja Kota Tegal mencuri perhatian publik di tengah pandemi corona ini.
Sekitar akhir bulan Maret 2020 silam, Kota Tegal menjadi sorotan karena wal kotanya, Dedy Yon Supriyono, memutuskan untuk mengambil kebijakan local lockdown setelah kasus pertama virus corona muncul.
Ia mengaku mengambil keputusan local lockdown dengan menutup akses keluar masuk kota selama empat bulan ke depan.
• Isi Naskah Surat Instruksi Bupati Karanganyar Batalkan Izin Salat Id di Tempat Umum
Langkah kontroversial Dedy itu diambil menyusul munculnya kasus pertama warga Kota Tegal yang terkonfirmasi positif terjangkit virus corona (Covid-19) pada Rabu (25/3/2020).
Mengutip dari Kompas.com, "Warga harus bisa memahami kebijakan yang saya ambil."
"Kalau saya bisa memilih, lebih baik saya dibenci warga daripada maut menjemput mereka," kata Dedy, saat konferensi pers terkait satu warganya yang positif corona, di Balai Kota Tegal, Rabu (25/3/2020) malam.
Dedy menjelaskan, pihaknya akan menutup Kota tegal dengan beton movable concrete barrier (MBC).