Malioboro Menggeliat Ada yang Buka Lapak, PKL Curhat: Sejak Covid-19 Masuk Penjualan Turun 95 Persen
Seorang PKL Malioboro, Ilyas atau sering disapa Welly mengatakan jumlah kaki lima yang membuka kios belum sampai seperempat dari kondisi normal.
TRIBUNSOLO.COM - Menjelang penerapan new normal yang digaungkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), sebagian pertokoan dan lapak para pedagang kaki lima (PKL) di Malioboro Yogyakarta kembali membuka dagangannya.
Namun, pedagang kaki lima yang membuka toko terpantau tidak terlalu banyak di tengah situasi pandemi Covid-19.
Seorang PKL Malioboro, Ilyas atau sering disapa Welly mengatakan jumlah kaki lima yang membuka kios belum sampai seperempat dari kondisi normal.
Welly yang juga anggota persatuan pelukis, perajin, pedagang kaki lima Malioboro-Ahmad Yani (Pemalni) itu baru membuka dagangan pada Selasa (26/5/2020) setelah sebelumnya meliburkan diri selama satu pekan.
• Ratusan Pedagang di Pasar Ini Jalani Rapid Test Massal, Hasilnya Bikin Kaget, Belasan Orang Reaktif
• Potret Tampan Putra Maudy Koesnaedi yang Sudah Remaja, Ibunda Merasa Kini Mirip Kakak dan Adik
“Libur seminggu sebelum lebaran. Karena barang kalau nggak dibuka bisa rusak. Walaupun tamu belum ada, sambil angin-anginan dibuka dulu,” ujar pria asal Sumatera Barat ini.
Dia mengklaim bahwa penurunan penjualan dagangannya sejak Covid-19 masuk ke Indonesia mencapai 95 persen.
“Setelah lebaran ini sedikit ada perubahan pengunjung. Tapi yang membeli nggak pengaruh. Sama saja, paling 1-2 orang yang membeli per hari,” ungkap pedagang tas, dompet, dan asesori itu.
Menurutnya, para pedagang atas inisiatif sendiri telah mengikuti imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah. Meskipun tidak diperintahkan.
“Inisiatif rakyat Jogja yang sudah mematuhi sendiri. Meskipun Jogja belum PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Kita katanya akan menjadi daerah percontohan itu karena rakyatnya belum disuruh sudah patuh duluan,” bebernya.
Selama ini, ungkap Welly, dia bersama istri dan seorang putranya dapat bertahan hidup karena bantuan sembako yang seringkali datang dari berbagai pihak.
Sementara, dirinya belum pernah merasakan bantuan sosial dari pemerintah.
“Ada yang menyumbang dari teman-teman pedagang, dari asosiasi lain. Semuanya sembako. Dari pemerintah belum dapat sama sekali,” tuturnya.
• Jelang New Normal, Kasus Covid-19 Masih Begerak Naik,Total Ada 214 Orang di Solo Raya Positif Corona
• UPDATE Coron Jawa Tengah, Rabu 27 Mei 2020: Ada 11 Kasus Baru, Total 1.326 Positif
Dia pun menyayangkan ketiadaan bantuan dari pemerintah itu.
Menurutnya, pedagang kaki lima banyak yang sangat membutuhkan bantuan itu, namun tidak terdata.
“Kaki lima itu ditaruh di kelompok mana? Apakah kelompok atas, menengah, atau UMKM? Yang jelas ekonomi nonformal. Kenapa kaki lima tidak dihiraukan? Padahal kami berusaha tidak pernah meminta modal. Bahkan, membuka lapangan kerja untuk 2-3 orang yang ikut bekerja,” sesalnya.