Virus Corona
Kisah Penyintas Covid-19 Asal Bogor, Mulai Sedihnya Jauh dari Keluarga Sampai Mandi 4 Kali Sehari
Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah membangun Rumah Lawan Covid-19 untuk mengarantina warganya yang terpapar penyakit dari virus Corona.
TRIBUNSOLO.COM, TANGERANG SELATAN - Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah membangun Rumah Lawan Covid-19 untuk mengarantina warganya yang terpapar penyakit dari virus Corona.
Saat ini, sudah ada beberapa warga yang masuk dalam orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) hingga positif dinyatakan sembuh setelah menjalani proses karantina.
Tidak terkecuali Nurlaili (37), seroang perawat di salah satu Puskesmas di Tangerang Selatan.
Penyintas Covid-19 itu sembuh setelah menjalani karantina selama dua pekan di rumah lawan Covid-19.
• Ratusan Knalpot Brong yang Bikin Telinga Sakit di Karanganyar Dimusnahkan dengan Mesin Potong Besi
• Update Corona Indonesia, Rabu (10/6/2020): Kasus Positif Covid-19 Bertambah 1.241 Orang
Nurlaili pun tak kuasa ketika mengingat masa isolasi yang dijalani kala itu.
Meski tidak merasakan sakit karena masuk dalam status orang tanpa gejala (OTG), namun tak sebentar rasa kesedihan yang dialami harus ketika jauh dengan keluarga.
"Sedihnya jauh dari keluarga, biasa saya masakin anak-anak tetapi harus jauh dari mereka," kata Nurlaili saat dihubungi Kompas.com, Rabu (10/6/2020).
Kesedihan yang Nurlalili bertambah setelah munculnya trauma yang dirasakan belakangan ini.
Salah satunya soal kebersihan diri.
Tak jarang warga Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini harus rela mandi 4 kali dalam satu hari.
"Jadi saya selalu takut sekarang. Saya sampai mandi 4 kali sehari, harusnya normal hanya dua kali," ucap Nurlaili.
Di saat Nurlaili dilanda ketakutan kembali terpapar virus corona, dia pun terheran dengan banyaknya warga yang mengabaikan imbauan pemerintah untuk mengedepankan protokol kesehatan saat beraktivitas.
Dia melihat banyak warga masih tidak mengenakan masker, jaga jarak dan berkerumun.
"Yang bahaya itu, masyarakat tidak pakai masker kemudian kumpul. Sudah kumpul tidak pakai masker. Apalagi mereka tidak periksa," ucap dia.
Nurlaili berpesan agar masyarakat dapat mematuhi untuk mengedepankan protokol kesehatan.
Sebab, jika sudah terpapar dan masuk dalam penyintas Covid-19 bukan tidak mungkin stigma negatif dari sejumlah orang bahkan tetangga akan menerpa.
"Pesan saya yang sebagai alumni rumah lawan covid Tangsel yang pernah merasakan dirawat di sana, jangan kumpul-kumpul. Karena jika sudah kena itu dia pasti dikucilkan orang. Stigma-stigma itu pasti ada," ucapnya.
Meski perundungan itu tidak terjadi olehnya, namun Nurlaili sempat mendapatkan kisah rekannya yang dikucilkan oleh tetangga.
"Kalau saya kan memang tidak ada yang tahu kalau saya dirawat. Tapi teman saya orang Pondok Jagung, cerita ada stigma itu," tutupnya.
(KOMPAS.COM / Muhammad Isa Bustomi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penyintas Ingatkan Masyarakat Hati-hati, Sakitnya Terkena Covid-19".