Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Sejarah Kota Solo

Asal-usul Pasar Gede Hardjonagoro Solo : Inilah Sosok Hardjonagoro yang Diabadikan Jadi Nama Pasar

Asal-usul Pasar Gede Hardjonagoro Solo : Inilah Sosok Hardjonagoro yang Diabadikan Jadi Nama Pasar

Penulis: Muhammad Irfan Al Amin | Editor: Aji Bramastra
TRIBUNSOLO.COM/Muhammad Irfan Al Amin
Pasar Gede Hardjonagoro Solo. 

Maka timbullah lapak pedagang yang tumbuh satu persatu bak cendawan yang tumbuh subur di musim hujan.

Lalu di masa kekuasaan Pakubuwono X, dibangunlah dua buah gedung yang terpisah oleh jalan guna mengakomodasi kegiatan para pedagang.

Maka dimintalah Thomas Karsten, seorang arsitek berkebangsaan Belanda untuk merancang serta menyusun bangunan yang bersifat permanen dengan gaya rancangan perpaduan antara nuansa Jawa dan Eropa.

Jokowi saat diajak selfie warga di Pasar Gede Solo, Minggu (9/6/2019).
Jokowi saat diajak selfie warga di Pasar Gede Solo, Minggu (9/6/2019). (Youtube Sekretariat Presiden)

Pakubuwono X menganggarkan biaya pembangunan sebesar 650.000 gulden atau setara dengan 2,47 miliar apabila mengikuti kurs rupiah saat ini.

Pembangunannya sendiri membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk menyelesaikan seluruh bagian dari pasar.

Maka jadilah Pasar Gede Hardjonagoro sebagai pasar terbesar di masa Hindia Belanda, lalu kemudian diikuti dengan Pasar Beringharjo di Yogyakarta dan Pasar Johar di Semarang Jawa Tengah. 

Asal usul Nama Hardjonagoro 

Ada nama Hardjonagoro yang melekat di belakang nama Pasar Gede Hardjonagoro.

Banyak masyarakat mengira bahwa nama tersebut merupakan adaptasi dari sosok pengusaha batik nasional, K.R.T Hardjonagoro atau yang memiliki nama asli Go Tik Swan.

Namun ternyata bukan sosok tersebut yang menjadi cikal bakal nama Pasar Gede Hardjonagoro, mengingat Go Tik Swan lahir pada 11 Mei 1931.

Sedangkan bangunan Pasar Gede telah ada sejak 12 Januari 1929, atau dua tahun sebelumnya.

Wiharto, mengatakan, nama Hardjonagoro sebenarnya berasal dari sosok tokoh masyarakat Tionghoa yang hidup di sekitar Pasar Gede.

Tokoh tersebut memiliki jabatan sebagai Babah Mayor atau pun sosok penguasa yang bertugas memungut uang sapon atau uang kebersihan dari para pedagang sekitar.

Sejumlah lampion telah dipasang di kawasan Pasar Gede Solo, difoto Sabtu (7/1/2017).
Sejumlah lampion telah dipasang di kawasan Pasar Gede Solo, difoto Sabtu (7/1/2017). (TRIBUNSOLO.COM/INDITA KAMESWARI)

Karena tugasnya tersebut, Hardjonagoro diangkat menjadi abdi dalem oleh Kasunanan Surakarta dan memiliki derajat atau tingkat yang sama dengan para bangsawan keraton lainnya.

Selain pemungut uang kebersihan juga bertugas menjadi pengawas keamanan dan jalannya ketertiban pasar.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved