Solo KLB Corona
Kisah Tenaga Kesehatan Ditengah Pandemi, dari Tak Dibukakan Pintu hingga Dituding Cari Insentif
Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo, Siti Wahyuningsih menyampaikan persoalan insentif tenaga kesehatan menjadi satu singgungan yang kerap mengusik telin
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Agil Trisetiawan
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Peluh para tenaga kesehatan (nakes) yang keluar selama berjibaku memutus mata rantai penularan Covid-19 terkadang tak setimpal.
Bagaimana tidak, sejumlah tantangan harus dihadapi mereka selama bertugas di lapangan.
Cibiran hingga keraguan masyarakat menjadi santapan yang harus mereka santap setiap harinya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo, Siti Wahyuningsih menyampaikan persoalan insentif tenaga kesehatan menjadi satu singgungan yang kerap mengusik telinga.
Meski mereka hanya menjalankan tugas seprofesional, termasuk soal tracing dan mengedukasi masyarakat.
"Mereka sempat mengirim pesan Whatsapp dengan emotion nangis ke saya," kata Siti dengan suara bergetar, Kamis (6/8/2020).
"Dengan emotion nangis itu mereka sampaikan, kita tracing malah dikira mencari dana insentif Rp 100 juta," tambahnya.
• Rem Blong, Sebuah Truk Pengangkut Herbel Nyaris Terjun ke Jurang di Tawangmangu Karanganyar
• Kronologi Pencurian Mobil Kijang Inova Milik BRI Slamet Riyadi Solo, Pelaku Datang Sejak Malam Hari
• Diduga Mengantuk, Truk Pengangkut Puluhan Sepeda Motor Tabrak Median Jalan di Demak
• Sebut Pengawasan Terhadap Gugus Tugas Lemah, Wakil Ketua DPRD Solo Desak Pembentukan Pansus
Siti tidak habis pikir dengan pemikiran mencari dana insentif itu.
Toh, para tenaga kesehatan, lanjut Siti, sampai saat ini belum ada yang mengantongi dana insentif itu.
"Itu sesuatu yang menyakitkan padahal mereka juga belum dapat sampai sekarang," tuturnya.
Di tengah belum dikantonginya insentif, para tenaga kesehatan itu tetap harus berjibaku memutus mata rantai Covid-19.
Mereka bahkan juga berisiko tertular lantaran sering berinteraksi dengan orang-orang yang kontak erat.
"Saya sebagai orang tua sedih juga," ujar Siti.
"Anak-anak di puskesmas kalau tracing dia juga berisiko, karena begitu ada keluarga positif, dia harus tracing, masuk lokasi yang pernah positif," papar dia.
"Orang kontak dekat juga ada kemungkinan positif, itu juga harus dipastikan lewat swab, mereka berisiko," tekannya.
Terkadang, beberapa orang yang didatangi para tenaga kesehatan tidak percaya bila mereka positif Covid-19.
Mereka bahkan ada yang enggan membukakan pintu hingga bersembunyi entah di mana.
"Belum tentu, saat datang, orang itu mau membukakan pintu langsung, itu juga dirasakan anak-anak," ungkap Siti.
"Mereka sudah ketuk pintu, kulo nuwun, tapi orangnya tidak keluar, malah pembantunya mengintip saja, ada juga yang sampai anjingnya keluar," tambahnya.
Meski begitu, Siti meyakini para tenaga kesehatan sudah bekerja secara profesional dan baik.
"Kita bekerja yang, spesimen kita kirin ke lab, lab juga bekerja dengan baik, karena kita sudah disumpah," ucap dia.
"Kasihan teman-teman, ini seperti beban," pungkasnya. (*)