Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kisah Asep Juru Kunci Makam Tjut Nyak Dien: Telaten Rawat Makam Pahlawan Meskipun Tak Dapat Honor

Untuk kehidupan sehar-hari, istilahnya saya ini mengikuti Ibu Tjut Nyak Dien," kata Asep (56), juru kunci makam Tjut Nyak Dien

Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNNEWS/FEBBY MAHENDRA PUTRA
Staff to Director Cecep Burdansyah (kanan) mewawancarai penjaga makam pahlawan nasional Cut Nyak Dhien, di Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (10/8/2020). (TRIBUN/FEBBY MAHENDRA PUTRA) 

TRIBUNSOLO.COM -- Sosok Inggit Garnasih dan Tjut Nyak Dien banyak diceritakan dalam buku sejarah.

Namun berbeda dengan Tjut Nyak Dien, Inggit sampai sekarang belum menyandang status sebagai pahlawan nasional.

Di antara orang yang sedikit mengenal kedua sosok wanita tangguh ini, selalu saja ada beberapa orang yang berkunjung ke makam Inggit dan Tjut Nyak Dien.

Setiap hari, meski terbilang sedikit.

Tanggapi Aksi Penyerangan di Pasar Kliwon Solo, Habib Syech: Kita Serahkan ke Pihak Kepolisian

Seorang Pasien Covid-19 Dimakamkan di Jatisrono, Gugus Tugas Sebut Domisili Luar Wonogiri

Makam Inggit berada di Pemakaman Umum Caringin, Jalan Makam Caringin, Kelurahan Margahayu Utara, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung.

Hanya memerlukan waktu kurang dari sepuluh menit dari Alun-alun Kota Bandung.

Sementara makam Tjut Nyak Dien berada di kompleks pemakaman anggota keluarga milik Siti Khodijah, tidak jauh dari pusat Pemerintahan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, di Desa Sukajaya, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang.

Dari Kota Bandung butuh waktu sekira 30 menitan. Dari Alun-Alun Sumedang hanya sekira tiga menitan.

Kehadiran para peziarah inilah yang membawa rezeki bagi juru kunci yang merawat makam orang-orang yang berjasa bagi republik ini.

Masyarakat mungkin mengira para juru kunci ini mendapat gaji dari pemerintah setempat untuk keperluan hidupnya.

Pada kenyataannya, tidak semuanya mendapatkan gaji atau honor. Sekali pun dapat honor, seperti yang diterima juru kunci makam Inggit, hanya Rp 1,5 juta.

Honor sebesar itu sangat jauh dari cukup. Apalagi, sang juru kunci menggunakan honor yang kecil itu untuk merawat makam dan area sekitarnya supaya tetap bersih, rapi dan nyaman.

Seorang penari memegang bingkai foto Inggit Garnasih diiringi tarian oleh sejumlah penari lainnya di Jalan Ibu Inggit Garnasih, Kota Bandung, Minggu (2/2/2020). Pementasan street art performance dari Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sampai Sakola Ra'jat Iboe Inggit Garnasih itu, sebagai pembuka rangkaian kegiatan Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih Ke-6. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)
Seorang penari memegang bingkai foto Inggit Garnasih diiringi tarian oleh sejumlah penari lainnya di Jalan Ibu Inggit Garnasih, Kota Bandung, Minggu (2/2/2020). Pementasan street art performance dari Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sampai Sakola Ra'jat Iboe Inggit Garnasih itu, sebagai pembuka rangkaian kegiatan Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih Ke-6. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

"Untuk biaya perawatan makam Tjut Nyak Dhien, sama sekali tak ada biaya dari mana pun, termasuk tak ada honor untuk juru kunci yang menunggu dan merawat. Untuk kehidupan sehar-hari, istilahnya saya ini mengikuti Ibu Tjut Nyak Dien," kata Asep (56), juru kunci makam Tjut Nyak Dien, saat ditemui Tribun Network di Sumedang, Senin (10/8/2020).

Asep menjaga dan mengurus makam Tjut Nyak Dien sudah enam tahun, bersama ayahnya, Dadan.

Sejak ayahnya meninggal satu setengah tahun lalu, Asep tinggal di area pemakaman sendirian.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved