Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kisah Asep Juru Kunci Makam Tjut Nyak Dien: Telaten Rawat Makam Pahlawan Meskipun Tak Dapat Honor

Untuk kehidupan sehar-hari, istilahnya saya ini mengikuti Ibu Tjut Nyak Dien," kata Asep (56), juru kunci makam Tjut Nyak Dien

Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNNEWS/FEBBY MAHENDRA PUTRA
Staff to Director Cecep Burdansyah (kanan) mewawancarai penjaga makam pahlawan nasional Cut Nyak Dhien, di Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (10/8/2020). (TRIBUN/FEBBY MAHENDRA PUTRA) 

Dengan telaten tiap hari ia menyapu, mengecat pagar, melap batu marmer makam, membabat pohon yang sekiranya bakal ambruk dan mengancam ke gazebo makam.

Hal yang sama dilakukan oleh Abah Oneng Rohiman, dibantu beberapa temannya yang lebih muda.

Pria berusia 80 tahun itu sudah bertugas di pemakaman umum Caringin sejak sebelum Inggit Garnasih wafat.

Pada saat istri kedua Soekarno itu wafat, pada 1984, Bah Oneng kemudian bergeser secara khusus menjaga dan merawat makam Inggit.

Abah Oneng, terbilang beruntung dibanding Asep, sebab ia menerima honor Rp 1,5 juta dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Sebetulnya honor Rp 1,5 juta itu jauh dari cukup, karena pemerintah tak memberi biaya perawatan untuk makam Bu Inggit. Jadi kalau ada kerusakan, cat yang mengelupas, atau tiang gazebo yang lapuk, ya uang saya sendiri yang mengeluarkan biaya. Tiap hari ada pengunjung yang memberi sedekah dan kami gunakan untuk merawat," kata Bah Oneng kepada Tribun Network, di Bandung, Senin (10/8/2020).

Sebagai kuncen makam Inggit, Bah Oneng melaksanakan tradisi Inggit, yaitu menyuguhkan kopi kepada setiap pengunjung, dan sebagai tanda penghormatan, pengunjung wajib meminumnya.

Semasa hidupnya, kata Bah Oneng, Inggit selalu menyuguhkan kopi kapada tamu yang datang ke rumahnya saat bersama suaminya, Bung Karno.

Makam pahlawan nasional Cut Nyak Dhien, di Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (10/8/2020). TRIBUNNEWS/FEBBY MAHENDRA PUTRA
Makam pahlawan nasional Cut Nyak Dhien, di Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (10/8/2020). TRIBUNNEWS/FEBBY MAHENDRA PUTRA (TRIBUN/FEBBY MAHENDRA PUTRA)

"Sudah kebiasaan Bu Inggit kalau ada teman Bung Karno, pasti menjamu kopi, dan saya harus meneruskan tradisi itu ke setiap penziarah," kata Bah Oneng yang ditemani beberapa temannya yang ikut menjaga dan merawat makam Inggit.

Karena kesetiaan dan ketelatenan juru kunci, tak heran makam Inggit dan makam Tjut Nyak Dien tampak bersih, pagar gazebo dan catnya tampak terang, sekeliling rapi, bahkan lantainya bening.

Peziarah pun bisa merasakan kenyamanan. Hanya saja, umbul-umbul kemerdekaan berwarna merah putih di makam Tjut Nya Dien tampak kusam seperti kain yang sudah lama.

"Itu sumbangan dari luar, entah umbul-umbul yang dipakai HUT kemerdekaan kapan, memang kelihatannya kumal," kata Asep, tersenyum.

Tak Ada Pejabat

Para peziarah ke makam Inggit dan Tjut Nyak Dien didominasi masyarakat biasa. Tak pernah ada pejabat tinggi datang ke kedua makam tersebut.

Para pentolan PDIP dari tingkat pusat pun, kata Bah Oneng, tak pernah ada yang berziarah. Hanya ada satu anggota DPRD Kabupaten dari Fraksi yang pernah berziarah.

"Kalau Pak Ridwan Kamil pernah datang sewaktu jadi Wali Kota Bandung," kata Bah Oneng.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved