Operator Ekskavator Cantik Kemalang
Kisah Devita Wati Gadis Cantik Operator Ekskavator & Truk Lereng Merapi Asal Kemalang Klaten
"Dulu setelah lulus sekolah, saya menganggur setahun. Lalu, paman saya beli alat berat dan saya coba bantu-bantu,"
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Adi Surya Samodra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Tangannya begitu lihai mengoperasionalkan ekskavator di Depo Pasir Jalan Deles-Kemalang, Dukuh Krancah, Desa Bumiharjo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.
Meski perempuan, kemampuannya tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dialah, Devita Wati (22), gadis cantik asal Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.
Devita telah menggeluti profesi sebagai operator ekskavator sudah hampir 2 tahun.
Itu bermula setelah dirinya lulus sekolah dan menganggur selama setahun.
"Dulu setelah lulus sekolah, saya menganggur setahun. Lalu, paman saya beli alat berat dan saya coba bantu-bantu," kata Devita kepada TribunSolo.com, Selasa (1/9/2020).
"Ya, hampir 2 tahunan saya bekerja di sini," tekannya.
Orang tua, lanjut Devita, tidak melarangnya dirinya menjadi operator ekskavator.
Meski awalnya mereka sempat memintanya untuk kuliah.
"Saya dari dulu, kata orang sudah tomboi, tapi saya sejak dulu memang suka tantangan," ujar dia.
"Kalau soal kuliah diserahkan sama aku, orang tua mau membiayai tapi saya tidak tertarik," imbuhnya.
• Penjual Bakso Pentol Punya 7 Stel Kemeja & Dasi Warnanya Beda-beda untuk Berdinas Keliling Kampung
• Cerita Sedih Pak Sakir : Jualan Cilok Pakai Kemeja dan Dasi Malah Dianggap Orang Gila
Devita mengungkapkan dirinya tidak serta merta langsung mengoperasionalkan alat berat itu.
Ia terlebih dulu menjalankan tugas di bagian administrasi sebelum akhirnya menjadi operator ekskavator.
"Ibu malah menyuruh saya latihan mengoperasionalkan alat berat. Akhirnya, saya belajar," tutur dia.
"Tidak ada sekolah khusus tapi belajar dari teman operator lain," tambahnya.
Devita tidak menampik sempat ketakutan saat awal belajar.
Namun, karena dirinya suka hal-hal yang ekstrem, ketakutan itu berhasil dipatahkannya.
"Setelah itu paling sebulan akhirnya bisa mengemudikan dan tidak pernah ada kendala," katanya.
Tak hanya ekskavator berukuran kecil, Devita kini bisa mengoperasionalkan ekskavator besar.
Pengerjaan proyek di daerah Gunung Kidul, misalnya, ia dipasrahkan untuk mengoperasionalkan ekskavator besar.
• Kisah Sakir Penjual Bakso Pentol di Klaten Berpakaian Rapi dan Necis Ala Kantoran, Ini Penampakannya
• Kisah Ngatimin, Dulu Mata-mata Indonesia sampai Rela Makan Daun, di Usia Tua Jual Mainan
"Saya mengemudikan yang besar sekarang sudah biasa, umumnya di proyek," ujar dia.
"Belum lama ini ikut proyek jalan. Saya mengemudikan ekskavator yang besar di wilayah Gunung Kidul," imbuhnya.
Setelah menguasai ekskavator, Devita pun gatal untuk belajar mengemudikan truk pasir.
"Intinya yakin dan fokus. Saat dalam truk ada sensai tersendiri. Saya menikmatinya, sebab truk muatan pasir jalannya pelan," katanya.
Kini, jika tidak mengemudikan ekskavator, waktu luangnya digunakan untuk ikut mengambil pasir dan batu dengan truk.
Anak ke dua dari tujuh bersaudara itu mengaku penghasilannya cukup.
"Penghasilan pokoknya ya alhamdulilah cukup, bapak juga senang," tambah Devita. (*)