Breaking News
Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pilkada Solo 2020

Berpakaian Lurik, Tim Pemenangan Gibran - Teguh Terinspirasi Ki Gede Sala : Pemimpin Tak Lupa Rakyat

Perpaduan busana itu memberikan kesan sederhana, merakyat, dan njawani terhadap pasangan yang diusung PDI Perjuangan itu.

Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
TRIBUNSOLO.COM/RYANTONO PUJI SANTOSO
Selvi Ananda, terlihat cantik memakai baju kebaya Jawa bersama Gibran, Jumat (4/9/2020). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Beskaf bermotif lurik yang dipadukan dengan celana kain hitam, serta ikat kepala dan jarik batik menjadi busana yang dipilih pasangan Gibran Rakabuming Raka - Teguh Prakosa saat pendaftaran peserta Pilkada Solo 2020.

Perpaduan busana itu memberikan kesan sederhana, merakyat, dan njawani terhadap pasangan yang diusung PDI Perjuangan itu.

5 Fakta Menarik Gibran - Teguh Daftar Calon Wali Kota & Wakil Wali Kota ke KPU Solo, Gowes 3,5 Km

Wakil Ketua Tim Pemenangan Gibran - Teguh, YF Sukasno menyampaikan busana Gibran - Teguh terinsipirasi dari tokoh Ki Ageng Sala.

"Ki Gede Sala sederhana tapi sangat bijak juga kharismatik karena di-suyuti kawulo (dihormati rakyat) dan seluruh penderek-nya (pengikutnya)," terang Sukasno, Sabtu (5/8/2020).

"Kesederhanan Ki Gede Sala juga tercermin dalam hal berpakaian semuanya penuh makna yang mencerminkan hubungan Sang Pencipta Umat Manusia dan Alam," tambahnya.

Tiap unsur busana yang dikenakan Gibran - Teguh saat pendaftaran peserta Pilkada Solo 2020 bermakna filosofis.

Misalnya, ikat kepala yang bermotif batik sido mukti.

"Itu melambangkan, jangan lupa akan Sang Pencipta maka akan terwujud semua gegayuhan atau keinginan yang baik," jelas Sukasno.

"Beskaf lansung bermotif lurik yang merupakan pakaian rakyat jaman dulu. Lurik artinya lurus dan ikhlas dalam pengabdian," tuturnya.

Baju Lurik yang Dikenakan Gibran-Teguh saat Mendaftar Bukan Khas Solo, Ini Maknanya

Kemudian, jarik yang dipakai pasangan penghimpun 40 kursi parlemen Solo itu memiliki motif sido luhur.

"Tercapainya keinginan Luhur berbudi bowo leksono sebagai pemimpin harus bisa mewujutkan rasa ayem tentrem bagi semua-nya," ujar Sukasno.

"Kemudian srandal trumpah yang dipakai itu biasanya zaman dulu terbuat dari kulit kerbau yang tipis tapi kuat. Artinya sebagai pemimpin harus mampu dan kuat menjalankan mandat peraturan," tambahnya.

Sukasno mengatakan kesemuanya itu memiliki satu inti yang menjelaskan seorang pemimpin jangan pernah melupakan Tuhan.

"Apabila disimpulkan sebagai pemimpin jangan pernah melupakan Tuhan sang pencipta, dan jangan pernah melupakan rakyat," tandasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved