Awas Salah Kaprah, Inilah Waktu dan Durasi yang Tepat untuk Bayi Berjemur
Dokter Filsuf dan Ahli Gizi Komunitas, dr Tan Shot Yen menjelaskan bagaimana cara agar tubuh mendapatkan vitamin D yang benar.
Penulis: Naufal Hanif Putra Aji | Editor: Hanang Yuwono
Dikutip dalam webinar PB IDI Indonesia, Prof. dr. Iris Rengganis., sp. PD-KAI menjelaskan bahwa vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak yang berperan dalam banyak fungsi tubuh yang penting.
Vitamin D memiliki beberapa bentuk yaitu vitamin D2 dan vitamin D3.
"Saat ini, tidak kita sangka vitamin D menjadi primadona. Vitamin D yang aktif adalah vitamin D3. Vitamin D dari matahari ini sebetulnya disintesis pada kulit dan diabsorsi dari makanan atau suplemen," jelasnya, Kamis (13/8/2020).
Selanjutnya, vitamin D akan diubah di dalam liver menjadi caldiciol.
Caldiciol kemudian dimetabolisme di dalam ginjal.
"Vitamin D yang sudah aktif akan dialirkan ke semua sistem imun dan organ kita. Selain untuk tulang, ternyata sekarang, vitamin D ini juga untuk sistem imun, usus, penyerapan di usus, dan otot," paparnya.
• Cara Daftar dan Mengurus BPJS Kesehatan Secara Online, Dijamin Tidak Ribet
Fungsi vitamin D yang paling dikenal adalah untuk regulasi pembentukan dan mempertahankan tulang kuat.
Fungsi proliferasi diferensiasi sel, membentuk sistem kekebalan tubuh dan membantuk dalam pencegahan kanker.
Tempat bekerjanya vitamin D ada pada gigi, saluran pencernaan, tulang, otak, payudara, prostat, plasenta, prankeas, dan beberapa organ lainnya.
"Jika kekurangan vitamin D maka penyakit akan muncul pada orang yang sudah disebutkan. Betapa luar biasanya vitamin D itu. Asupan vitamin D yang paling baik adalah dari matahari. Tetapi jika terlalu lama berjemur tanpa pelindung bisa bersifat karsinogenik," sambungnya.
Lebih lanjut dijelaskan, durasi terbaik untuk berjemur adalah selama 2 jam.
Sementara, rata-rata kadar vitamin D orang Indonesia kurang dari 20 ng/ml yang bisa menyebabkan beberapa penyakit.
Seperti depresi, diabetes, hepatitis B, gangguan sistem imun, hingga gangguan sistem pernafanasan.
"85 persen ibu hamil, 44 persen anak-anak, 63 persen wanita biasa, dan 78,2 persen lansia di Indonesia kekurangan vitamin D. Kenapa? mungkin karena kurang berjemur, selalu di tempat ber-AC, kerja pagi pulang malam, penggunaan pakaian tertutup, dan lain sebagainya," imbuhnya.
Adapun gejala tidak khas ketika tubuh kekurangan asupan vitamin D di antaranya sulit tidur, nyeri punggung bawah, kelemahan otot, mialgia, artralgia, mudah sakit, mudah lelah, gangguan mood, keringat berlebih, rambut rontok, dan disfungsi ereksi.
Ideal pemeriksaan vitamin D dilakukan sepanjang musim.
Tdak ada aturan baku yang menganjurkan frekuensi pemeriksaan konsentrasi vitamin D.
Namun, direkomendasikan setiap 3-6 bulan sekali.
(*)