Anak Pemulung di Boyolali Berprestasi
Bikin Merinding, Lulusan Terbaik di Kampus Perawat Asal Boyolali Ini Tak Malu Bapaknya Jadi Pemulung
Di balik prestasi yang tidak semua orang bisa mendapatkannya, Nurpitasari ternyata sosok anak berbakti kepada orangtuanya.
Penulis: Ilham Oktafian | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ilham Oktafian
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Di balik prestasi yang tidak semua orang bisa mendapatkannya, Nurpitasari ternyata sosok anak berbakti kepada orangtuanya.
Gadis 21 tahun itu menjadi wisudawan terbaik Jurusan D3 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo (UNW) Ungaran.
Selama ini, kondisi keluarga dan ekonomi yang serba pas-pasan justru melecut impiannya.
"Saya harus bekerja keras karena orangtua saya seperti ini, di luar sana juga ada orang yang lebih lari dari dari saya," katanya saat ditemui di rumahnya di Dukuh Banjarsari RT 18 RW 09 Desa Gubug, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jumat (18/9/2020).
• Potret Rumah Anak Pemulung Boyolali yang Jadi Lulusan Terbaik, Masih Lantai Tanah & Tiang dari Bambu
• 5 Fakta Anak Pemulung Asal Boyolali Jadi Lulusan Terbaik Kampus, Jalan Berliku Dilakukan Demi Kuliah
Saat pulang ke rumah kala masih menamatkan D3-nya, Sari sering membantu bapaknya Juman (55) yang selama ini bekerja menjadi pemulung, sementara ibunya Tumiah (45) buruh momong hingga pembantu rumah tangga.
"Tidak malu, bangga karena pekerjaan halal dan berkah," aku dia.
Bapaknya Juman menimpali, karena mempunyai cerita yang membuat merinding, di antaranya saat anaknya praktek kesehatan di Magelang.
Ya, kali itu Juman mengaku hanya memegang uang Rp 20 ribu.
"Jujur saat itu saya menangis tidak tahu harus bagaimana, saya tidak mempunyai uang lagi untuk mengirimkan ke anak saya," katanya.
Apalagi saat yang sama ia ditagih utang oleh 'Bank Tithil' mingguan.
"Yang datang sampai mengancam mau membawa saya ke penjara," ungkapnya sambil tersedu.
Ia pun meminjam uang ke tetangga dan mengirimkan beberapa ratus ribu untuk kebutuhan Nurpitasari di Magelang.
Tukang rosok itu tak mempermasalahkan harus menahan lapar bersama adik Nurpitasari dan sang Istri Tuminah (45).
"Yang penting anak saya maju, jangan sampai putus kuliah," ujarnya.
Jalan Panjang Anak Pemulung
Sebelumnya, sang anak Nurpitasari dikukuhkan menjadi wisudawan terbaik Jurusan D3 Keperawatan UNW Ungaran.
Jalan berliku pun ditempuh Nurpitasari.
• 5 Tanda Kulit Kepala Kering yang Bisa Sebabkan Masalah Rambut : Kusam hingga Rontok
Ia pun mencoba beragam cara agar cita citanya menjadi perawar tak kandas di tengah jalan.
Saat masih duduk di bangku SMK Annur Ampel Boyolali, Nurpitasi mencari informasi agar orangtuanya tak mengeluarkan ongkos untuk biaya kuliahnya.
Bermacam beasiswa ia coba, namun sempat gagal lantaran terganjal seleksi.
"Saya tidak menyerah, saya mencoba ikut beasiswa Bina Lingkungan, alhamdulillah saya diterima dan dibiayai gratis sampai wisuda," katanya.
Usai diterima di UNW, Nurpitasari tak berhenti mengalami kesulitan.
Meski biaya ditanggung beasiswa, namun untuk makan dan urusan kuliah ia harus mengeluarkan biaya tambahan.
Ia dan orangtuanya berbagi tugas agar kuliah Nurpitasi tak mandeg ditengah jalan.
Nurpitasari mendapat biaya tambahan membantu dosennya, sementara orangtua semakin giat mengumpulkan rosokan.
Namun saat pertengahan semester, rupanya hasil penjualan rosokan orangtuanya tak mampu menambal biaya tambahan Nurpitasari.
"Orangtua hanya mengambil rosokan, modalnya dari orang lain," aku dia.
"Kalau orangtua ngambil rosokan harga Rp 1.000 nanti dijual seharga Rp 1.200, untungnya Rp 200, untuk biaya sehari mepet, belum lagi untuk ongkos saya," tambahnya.
Di pertengahan jalan, Juman pun sempat putus asa lantaran kemiskinannya itu.
Di satu sisi ia ingin tetap membiayai Nurpitasari sampai lulus, namun baru menginjak beberapa semester ia merasa sangat pontang panting.
• Kisah Mbah Dasah, Empu Gamelan Tersisa di Solo: Sampai Kini Masih Jalani Semedi Demi Gamelan Terbaik
Akhirnya "Bank Tithil" mingguan menarwakannya pinjaman dengan syarat yang mudah.
Juman pun tergiur meski ia harus membayar bunga melebihi 15 persen.
"Yang penting anak saya tetap kuliah," kata Juman saat ditemui TribunSolo.com.
Dalam perjalanan waktu, Juman pun mengangsur biaya tersebut setiap minggu.
Rupanya, 1 "Bank Tithil" tak cukup untuk membiayai ongkos Nurpitasari, ia pun mencoba mencari pinjaman lain hingga lebih dari 10 tempat.
Bunganya yang bermacam macam membuat hutang Juman makin menggunung.
• Buka Pendidikan Setukba ke-37, Danlanud Adi Sumarmo : Bintara Harus Miliki Sikap Ksatria & Militan
"Kalau ditotal mungkin ada sekitar Rp 30 juta lebih, setelah wisuda akan saya lunasi satu persatu, saya tidak masalah meminjam sana sini, yang penting tidak mencuri," katanya sambil menahan airmata
Sejatinya, seusai lulus wisuda Nurpitasari berkeinginan untuk menjadi dosen.
Namun keinginan tersebut sepertinya batal mengingat utang biaya ongkos kuliah Nurpitasi selama 3 tahun belum jua lunas.
"Sebenarnya hati saya miris, tapi mau bagaimana lagi," katanya tersedu. (*)