Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Karanganyar Terbaru

Awan Lenticularis Muncul di Gunung Lawu, Cantik Tapi Bahaya Bagi Penerbangan dan Pendaki

Awan Lenticularis tersebut berbahaya untuk penerbangan dan pendaki. Menurut Kepala Seksi Data Informasi dan Komunikasi BMKG Jateng, Iis Widya Harmoko,

Penulis: Ilham Oktafian | Editor: Agil Trisetiawan
ISTIMEWA / @energysolo
Penampakan Awan Lenticularis di Gunung Lawu (@energysolo) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ilham Oktafian

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Fenomena kemunculan awan kerap terjadi di Gunung Lawu, mulai dari yang berbentuk menyerupai topi dan kini berbentuk seperti pusaran angin.

Kedua awan yang nampak cantik tersebut disebut Awan Lenticularis.

Meski terlihat cantik, awan tersebut berbahaya untuk penerbangan dan pendaki.

Menurut Kepala Seksi Data Informasi dan Komunikasi BMKG Jateng, Iis Widya Harmoko, hal itu disebabkan lantaran kemunculan Awan Lenticularis erat kaitannya dengan gelombang gunung.

"Ini akan dapat menyebabkan terbentuknya turbulensi yang berbahaya bagi penerbangan," katanya Kamis (5/11/2020).

Baca juga: Viral Kemunculan Awan Berbentuk Pusaran Angin di Gunung Lawu, Ini Penjelasan BMKG

Baca juga: Terkonfirmasi Covid-19, Kades di Karanganyar yang Meninggal Juga Memiliki Penyakit Komorbit

Baca juga: Penyebaran Demam Berdarah di Karanganyar Menurun Drastis, 2019 Ada 838 Kasus, Kini Hanya 282 Kasus

Baca juga: 3 Pesan Rudy untuk Gibran - Teguh saat Debat Pilkada Solo 2020 : Jangan Saling Bantai

Selain membahayakan pesawat, Awan Lenticularis juga bisa mengancam para pendaki yang tengah muncak.

Mengingat, gelombang yang dihasilkan dari Awan Lenticularis menandai pusaran angin yang cukup kuat.

"Diwaspadai angin yang semakin kencang, semakin tinggi semakin kencang," tandasnya.

Penampakan Awan Lenticularis  di Gunung Lawu (@energysolo)
Penampakan Awan Lenticularis di Gunung Lawu (@energysolo) (ISTIMEWA / @energysolo)

Diketahui jika asal mula terbentuknya Awan Lenticularis sendiri yakni ketika arus angin yang mengalir sejajar permukaan bumi mendapat hambatan dari objek tertentu seperti pegunungan.

"Akibat hambatan tersebut, arus udara tersebut bergerak naik secara vertikal menuju puncak awan," katanya.

Iis menambahkan, mengapa kemunculan awan Lenticularis, baik yang berbentuk topi maupun pusaran angir seperti terlihat seolah olah diam ditempat.

"Jika udara naik mengandung banyak uap air dan bersifat stabil, maka saat mencapai suhu titik embun di puncak gunung uap air tersebut mulai berkondensasi menjadi awan mengikuti kontur puncak gunung," paparnya.

"Saat udara tersebut melewati puncak gunung dan bergerak turun, proses kondensasi terhenti," imbuhnya.

"Inilah mengapa awan Lenticularis terlihat diam karena awan mulai terbentuk dari sisi arah datangnya angin di puncak gunung kemudian menghilang di sisi turunnya angin," terangnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved