Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Penanganan Covid

Ini Alasan Negara Berkembang Sulit Dapat Vaksin Pfizer dalam Waktu Dekat, Faktor Fasilitas Kesehatan

Pejabat kesehatan dunia pun berharap bisa mulai memvaksinasi beberapa warga Amerika dalam beberapa bulan ke depan.

Editor: Hanang Yuwono
DOK.BioNTech
Perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech mengklaim kandidat vaksin covid 19 yang mereka uji 90 persen efektif bisa melawan virus corona. 

TRIBUNSOLO.COM -- Pengembangan vaksin Covid-19 mulai menemui titik menggembirakan.

Pada hari Senin lalu, perusahaan farmasi Pfizer dan mitranya BioNTech, menyampaikan bahwa vaksin eksperimental mereka tampaknya bekerja cukup baik.

Baca juga: Kondisi 1.620 Relawan Usai Jalani Uji klinik 1 dan 2 Vaksin Covid-19 Sinovac, Adakah Efek Samping?

Baca juga: Update Covid-19 Indonesia 12 November 2020 : Bertambah 4.173 Kasus, Kini Total 452.291 Kasus

Analisis awal menunjukkan vaksin itu memiliki efektivitas lebih dari 90 persen dalam mencegah gejala covid-19.

Pejabat kesehatan dunia pun berharap bisa mulai memvaksinasi beberapa warga Amerika dalam beberapa bulan ke depan.

Seperti yang disampaikan dokter sekaligus ahli imun Amerika Serikat yang telah menjabat sebagai Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases sejak 1984 silam, Dr Anthony Fauci.

"Vaksin ini sedang dalam perjalanan, teman-teman," kata Fauci, melalui tautan video yang ditayangkan di luar Brooklyn Borough Hall, Selasa lalu.

Namun bagaimana dengan belahan dunia lainnya, terutama warga yang tinggal di negara berkembang maupun miskin, Apakah vaksin itu sedang dikirim juga untuk mereka?.

Dikutip dari laman npr.org, Kamis (12/11/2020), sebagai permulaan, Pfizer hanya dapat memproduksi vaksin dalam jumlah terbatas pada tahun depan, sekitar 1,3 miliar dosis.

AS, Inggris, Kanada, dan Jepang telah mengklaim pembelian melalui perjanjian di muka, yakni sekitar 1,1 miliar dosis, atau lebih dari 80 persen pasokan.

"Yang tersisa itu tidak banyak, untuk kebanyakan orang di negara berpenghasilan rendah dan menengah, vaksin ini kemungkinan tidak akan tersedia, setidaknya, pada akhir tahun depan," kata Rachel Silverman, di Pusat Pengembangan Global nirlaba di Washington.

Bahkan jika Pfizer dapat memproduksi lebih banyak dosis, vaksinnya mungkin tidak akan berfungsi di banyak belahan dunia.

"Itu perlu dirawat, disimpan dan dibawa pada suhu yang sangat rendah, saat saya mengatakan sangat rendah, maksud saya itu minus 80 derajat Celcius," jelas Silverman.

Itu setara dengan minus 176 derajat Fahrenheit dan jauh lebih dingin dibandingkan freezer biasa, yang beroperasi pada sekitar 0 derajat Fahrenheit.

Vaksin Pfizer memerlukan freezer ultra-dingin khusus yang tidak dimiliki oleh kebanyakan rumah sakit dan klinik di AS.

"Di AS, mereka menilai akan sangat sulit bagi vaksin ini untuk diberikan hanya di ruang praktek dokter biasa. Jadi vaksin ini mungkin tidak akan menjadi pilihan yang bagus untuk kebanyakan negara berpenghasilan rendah dan menengah," tegas Silverman.

Kendati demikian, pengumuman dari Pfizer ini memang menawarkan kabar baik bagi negara berkembang.

Banyak vaksin lain yang saat ini sedang dikembangkan menggunakan mekanisme yang sama dengan vaksin Pfizer.

Mereka menargetkan protein lonjakan virus SARS-CoV-2.

"Jadi keefektifan vaksin Pfizer adalah pertanda baik bahwa vaksin lain juga akan efektif. Dan mudah-mudahan, beberapa dari vaksin tersebut akan mudah disimpan dan dibawa juga," pungkas Silverman. 

Catatan Redaksi: Bersama-kita lawan virus corona. TribunSolo.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Ini Alasan Negara Berkembang Tak Mungkin Dapat Vaksin Pfizer Dalam Waktu Dekat

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved