Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pembukaan Pasar Budaya Sangiran

Warga Dusun Sangiran Sragen Bangkit di Tengah Pandemi, Buat Pasar Budaya Demi Jadi Desa Wisata

Warga di Dusun Sangiran, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen menggagas pasar budaya. 

Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Rahmat Jiwandono
Warga di Dusun Sangiran, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen menggagas pasar budaya untuk meningkatkan perekonomian, Jumat (13/11/2020). 

Laporan TribunSolo.com, Rahmat Jiwandono 

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Warga di Dusun Sangiran, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen menggagas pasar budaya. 

Pasar budaya akan mulai dibuka hingga sampai Minggu (15/11/2020). 

Lurah Pasar Budaya Sangiran, Putut Ari Wibowo menjelaskan, tujuan dari adanya pasar budaya adalah untuk menjadikan Dusun Sangiran sebagai desa budaya. 

"Kami ingin membuat desa budaya Sangiran," paparnya saat pembukaan, Jumat (13/11/2020). 

Baca juga: Letak Museum Purbakala Ada di Daerah Lain, Warga Asli Sangiran Ungkap Tak Kena Dampak Ekonominya

Baca juga: Sejarah PG Gondang Baru Klaten : Didirikan Belanda 1860, Berhenti Operasi 2017 karena Kalah Bersaing

Ke depannya, ia mentargetkan dari desa budaya menjadi desa wisata. 

Diakuinya, gagasan ini sudah ada sejak lama namun karena belum menemukan konsep pasar budaya yang berbeda dengan lainnya maka sempat tertunda. 

"Sekarang baru bisa terealisasi," ujarnya. 

"Sebenarnya sudah mau membuat acara seperti ini sejak 2016 lalu," katanya. 

Warga Sangiran, Paryanti mengatakan, pasar budaya kali baru pertama kali dibuat. 

Jika acara ini sukses maka akan diselenggarakan setiap 35 hari sekali. 

"Ini baru pertama kali dibuat," tuturnya.

Tak Dongkrak

Keberadaan Museum Purbakala Sangiran ternyata tidak memberi dampak ekonomi terhadap warga sekitar. 

Kenapa begitu?

Ya, menurut penuturan warga, museum tersebut ternyata berada di Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

Bukan di Padukuhan Sangiran, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen.

"Nama Sangarin, tapi letaknya di daerah lain," kata Paryanti warga Padukuhan Sangiran saat pembukaan pasar budaya, Jumat (13/11). 

Baca juga: Kpw BI Solo Gulirkan Rencana Pengembangan Sistem Non Tunai di Umbul Ponggok dan Sangiran

Baca juga: PG Gondang Baru Bangkit dari Kubur Jadi Pusat Agrikultur, Tol Solo-Jogja Bisa Mendukung Lalu Lintas

Paryanti mengungkapkan, selama ini nama besar Sangiran tidak berdampak pada perekonomian warga sekitar. 

"Nama Sangiran itu tidak membawa income untuk warga, karena letaknya di daerah lain," katanya. 

Menurut dia, nama Sangiran adalah tempat ia tinggal. 

"Yang asli nama Sangiran itu ya di sini," tuturnya. 

Oleh karena itu, warga setempat berinisiatif untuk mengadakan festival desa budaya. 

Harapannya mampu mengudang wisatawan untuk berkunjung ke Padukuhan Sangiran yang asli. 

"Kami ingin ada penghasilan tambahan bagi warga sekitar," kata dia. 

"Khususnya untuk para pedagang," tambahnya.

Luas Sangiran

Situs Manusia Purba Museum Sangiran memiliki luas 59,2 kilometer persegi.

Di dalamnya, juga terdapat hunian hingga 100 ribu lebih warga yang mendiami kawasan yang masuk dalam empat kecamatan dari Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar.

Warga pun mendapat kesempatan mencari fosil di kawasan situs untuk menambah koleksi purbakala Museum Sangiran.

Demikian disampaikan oleh Kepala Seksi Pemanfaatan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Museum Sangiran (BPSMP), Iwan Setiawan Bimas, dalam kunjungan peserta pelatihan Tribun Editorial Development Programme (TEDP) Batch V di Museum Sangiran, Sragen, Kamis (1/11/2018) siang.

Ini Alasan Cucu Pendiri NU Bergabung Jadi Juru Bicara Pasangan Prabowo-Sandiaga

Dalam kesempatan itu, Iwan menerangkan, sudah sejak lama masyarakat dilibatkan dalam proses pencarian fosil.

"Pencarian (fosil, Red) melibatkan masyaralat setempat," jelasnya.

"Kita juga melakukan upaya-upaya agar masyarakat berpartisipasi menunjang pelestarian situs Sangiran."

Hal tersebut, kata dia, juga sejalan dengan status yang disandang Sangiran sebagai situs warisan dunia alias World Heritage Unesco pada 1996.

Di lokasi seluas 59,2 kilometer persegi itu, warga juga tak boleh sembarangan mendirikan bangunan.

Best Western Premier Solo Baru Raih Certificate Excellent dari TripAdvisor

Karena seluruh area berstatus situs fan diduga menyimpan segala fosil  yang dapat diungkap seluk-beluknya.

Justru, Pemerintah menggaet masyarakat untuk menjadi honorer serta peneliti dan pencari fosil sebagai upaya pelestarian situs Sangiran.

Adapun, kunjungan 48 calon editor perwakilan Tribun se-Indonesia itu dipimpin oleh General Manager Tribunnews Solo, Vovo Susatyo.

Para peserta pelatihan mendapat kesempatan menonton film pendek awal mula situs Sangiran ditemukan hingga ditetapkan sebagai situs serta lokasi penelitiam benda purbakala.

Dinas Perdagangan Solo Kunci Data Pedagang Pasar Legi Demi Hindari Pedagang Siluman

Setelah mengikuti pemaparan dan sesi tanya jawab dengan pengelola museum, peserta pelatihan berkeliling melihat koleksi museum.

Terdapat ratusan fosil, satu di antaranya adalah fosil Homo Erectus, sebagai penemuan fosil terlengkap di situs Sangiran.

Sebagai informasi, Museum Sangiran berada di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen.

Dari Kota Solo, Museum Sangiran dapat ditempuh sekitar 30 menit melalui Jalan Solo-Purwodari.

Atau berkisar 20 menit jika ditemouh via Jl Ngemplak, Boyolali. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved