Berita Sukoharjo Terbaru
Ciu Bekonang Bisa 'Keras' karena Hasil Rendaman Cindil Alias Bayi Tikus? Ini Fakta Sebenarnya
Di balik tersohornya ciu Bekonang, ada cerita yang masih menjadi simpang siur selama ini.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
Ciu sendiri terbuat tetes tebu yang difermentasikan selama 5 hingga 7 hari lamanya.
Sebagai produk legendaris, ciu sendiri berada paling banyak ditemui di Kecamatan Polokarto, dan Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
Bahkan ciu memiliki kadar alkohol yang cukup tinggi berkisar 30 sampai 35 persen.
Baca juga: Fermentasi Ciu Bekonang Sukoharjo Bisa Jadi Alkohol 95 Persen untuk Medis, Ini Fungsinya
Baca juga: Jika RUU Minuman Beralkohol Disahkan, Puluhan Perajin Ciu Bekonang Gelisah : Kami Nanti Kerja Apa?
Menurut Ketua Paguyuban Etanol Bekonang, Sabariyono, bahan dasar yang digunakan untuk membuat ciu berasal dari tetes tebu.
Tetes tebu itu didapat perajin dari sejumlah pabrik gula yang ada di Pulau Jawa.
"Tetes tebu sebagai bahan dasar, kemudian ada proses peragian, untuk menumbuhkan benih-benih mikroba," jelasnya kepada TribunSolo.com.
Fermentasi pembuatan ciu ini sendiri hampir mirip dengan pembuatan tape.
Mikroba ini nanti yang akan memakan kadar gula yang ada pada tetes tebu.
Fermentasi ini dilakukan selama satu minggu.
"Hasil fermentasi itu kemudian diproses sehingga menjadi ciu," tandasnya.
Ada Zejak Zaman Belandan
Ciu sendiri sudah dibuat oleh masyarakat di Bekonang dan di Polokarto (kecamatan di sebelah Mojolaban) sejak sebelum zaman penjajahan Belanda.
Dia mengatakan, zaman dahulu, produksi ciu memang digunakan untuk minuman tradisional.
"Dahulu ciu ini biasa diminum oleh menir-menir Belanda, dan dikirim untuk acara di keraton." jelasnya.
"Tapi saya tidak tahu, di sana (keraton) apakah ciu diminum atau untuk hal yang lain," imbuhnya.