Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Penanganan Covid

Epidemiolog Ingatkan Potensi Mismanajemen Data Angka Kematian di Jateng, Ini Jawaban Satgas Covid-19

Dicky mengingatkan, pencatatan data pasien yang meninggal dunia tidak bisa dianggap remeh. Sebab, hal tersebut berkaitan dengan nyawa manusia.

Editor: Hanang Yuwono
Tribunnews/Irwan Rismawan
ILUSTRASI Petugas penggali makam Covid-19 memakamkan korban Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Selasa (22/9/2020). Selain tenaga medis, penggali kubur makam Covid-19 menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. 

TRIBUNSOLO.COM --  Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman berkomentar terkait perbedaan jumlah data pasien meninggal dunia akibat Covid-19.

Perbedaan itu sebelumnya dilaporkan Satgas Penanganan Covid-19 dengan data dari Pemprov Jawa Tengah.

Perbedaan data tersebut terpaut hingga lebih dari 1.000 kasus kematian.

Baca juga: Satgas Penanganan Covid: Masa Inkubasi Virus Corona Rata-rata 5 Hari

Baca juga: Satgas Covid-19 Tak Izinkan Jazz Gunung Digelar Meski Kawasan Bromo Zona Hijau, Ini Penjelasannya

Menurut Dicky, temuan itu harus ditelusuri lebih lanjut.

"Apakah ini kesengajaan atau tidak, ini harus ditelusuri. Kalau terjadi dalam waktu lama ya ini berarti ada persoalan di manajemen data," ujar Dicky ketika dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (27/11/2020).

"Tetapi, yang jelas apabila ada mismanajemen data, maka itu berbahaya. Mismanajemen data dalam wabah apalagi saat kondisi pandemi itu memiliki implikasi yang serius," lanjutnya.

Dicky mengingatkan, pencatatan data pasien yang meninggal dunia tidak bisa dianggap remeh.

Sebab, hal tersebut berkaitan dengan nyawa manusia.

Selain itu, ada persoalan ekonomi yang harus diatasi sebagai dampak pandemi.

"Bagaimana kita bisa cepat pulih apabila pengendaliannya tidak didasarkan dengan pengelolaan data yang baik?" tegas Dicky.

Lebih lanjut, dia menyebut, angka kematian merupakan indikator sangat valid untuk melihat performa pengendalian pandemi di suatu wilayah.

Dicky mengingatkan, apabila ada kematian, maka pengendalain di wilayah atau negara itu tidak berhasil.

"Ya tidak optimal, tidak akan disebut sukses. Tak ada negara yang disebut sukses menangani pandemi apabila ada kematian," katanya.

"Jadi kalau ke arah sukses itu ada penurunan angka kematian. Kemudian ketika disebut sukses itu angka kematian nol. Ini yang harus dipahami," tambahnya.

Sebelumnya, pemerintah mengungkap bahwa jumlah pasien meninggal dunia akibat Covid-19 mencapai 16.352 orang pada Kamis (26/11/2020) atau kemarin.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved