Berita Sragen Terbaru
Nestapa Pedagang Kedelai di Sragen : Kios Sepi Pembeli, Banting Harga Jadi Pilihan Terakhir
Kenaikan harga kedelai yang menyentuh angka Rp 9.200 per kilogram berdampak terhadap para pedagang kedelai di Kabupaten Sragen.
Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Adi Surya Samodra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rahmat Jiwandono
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Kenaikan harga kedelai yang menyentuh angka Rp 9.200 per kilogram berdampak terhadap para pedagang kedelai di Kabupaten Sragen.
Kios-kios dagangan mereka kini sepi pembeli.
Kondisi tersebut dirasakan salah seorang pedagang kedelai, Tutik Warsono.
"Sejak harga kedelai naik, kios saya jadi sepi pembeli," tuturnya kepada Tribunsolo.com, Selasa (5/1/2021).
Baca juga: Harga Kedelai Mencekik Perajin Tempe Tahu, Mentan Ungkap Alasan Indonesia Sulit Swasembada Kedelai
Baca juga: Perajin Protes Kedelai Impor AS Mahal Minta Ampun, Pemkab Sukoharjo Ungkap karena Diborong China
Bahkan, Tutik pun harus menutup kiosnya lebih awal daripada biasanya.
"Saya mulai jualan biasanya jam 08.00 WIB sampai 16.00 WIB, tapi sekarang jam 13.00 WIB saya sudah tutup kios," ucapnya.
Diakuinya, kenaikan harga kedelai sudah ia rasakan sejak September 2020.
"Pas Agustus harga kedelai per kilonya masih sekitar Rp 7.000, setelah itu langsung naik harganya," katanya.
Kedelai-kedelai yang ia beli dari tengkulak hanya disimpan di kiosnya.
"Ya cuma disimpan saja, nunggu kalau ada yang beli," katanya.
Ia menambahkan, apabila kedelainya tak kunjung laku, Tutik terpaksa banting harga.
"Saya jual per kilonya Rp 7.500, tentu rugi tapi mau bagaimana lagi," paparnya.
Kecilkan Ukuran
Sementara itu, kenaikan harga kedelai impor berimbas pada produsen tahu maupun tempe.