Berita Karanganyar Terbaru
Sejarah Astana Giribangun 45 Tahun Berdiri: Dibangun di Pucuk Gunung, Pakai Konsep Joglo
Selama 45 tahun sudah Astana Giribangun berdiri yang mana di dalamnya merupakan kompleks pemakaman keluarga Presiden Kedua Indonesia, Soeharto.
Penulis: Muhammad Irfan Al Amin | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan Tribunsolo.com, Muhammad Irfan Al Amin
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR -Selama 45 tahun sudah Astana Giribangun berdiri yang mana di dalamnya merupakan kompleks pemakaman keluarga Presiden Kedua Indonesia, Soeharto.
Selama perjalanan itu, Astana Giribangun tetap bertahan dengan konsep joglo dengan cungkup yang menjulang ke atas.
Menurut penjaga makam Astana Giribangun, Sabar, pembangunan pertama berada di bagian inti makam yang diberinama Cungkup Argosari.
Baca juga: Cerita Dibalik Pembangunan Astana Giribangun Karanganyar, Makam Keluarga Presiden Soeharto
Baca juga: Kunjungan Astana Giribangun Karanganyar Melonjak pada Oktober 2019, Karena Pendaftaran CPNS?
Di bangunan inti tersebut terdapat lima makam, yaitu Ibu Tin Soeharto, Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto, kemudian ibunda dari Ibu Tin Soeharto, Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo, lalu ayahnya Ibu Tin, KPH Soemoharjomo, dan terakhir di paling pojok sebelah barat ada kakak tertua dari Ibu Tin, Siti Hartini Oudang.
Dirinya menuturkan, bahwa Astana Giribangun didirikan dari sebuah gunung yang dipotong bagian pucuknya agar bisa dibuat sebuah bangunan yang memiliki luas 8 hektar.
"Ketika membangun Astana Giribangun membutuhkan waktu sekitar satu tahun karena harus menggali batu dan semua dilakukan secara manual," katanya kepada TribunSolo.com pada Minggu (17/01/2021).
Selanjutnya di era 1980-an, Astana Giribangun dipugar lebih lebar di beberapa sisi dan kemudian diberi nama Argokembang dan disini keluarga sanak kerabat dari Ibu Tin dimakamkan.
Baca juga: Kunjungan Astana Giribangun Karanganyar Melonjak pada Oktober 2019, Karena Pendaftaran CPNS?
Selama puluhan tahun berdiri, Astana Giribangun tidak memungut biaya retribusi kepada setiap peziarah, hanya menulis nama di buku tamu sebelum masuk.
Peziarah juga akan disuguhi dengan sajian oleh-oleh di pasar yang terletak tepat setelah pintu keluar dari Astana Giribangun.
Sabar menuturkan, selama 43 tahun dia bekerja sebagai penajaga makam, peziarah terbanyak hadir ketika wafatnya Ibu Tin Suharto pada 28 April 1996.
"Pada saat itu seperti lautan manusia, karena beliau meninggalnya mendadak dan protokol tidak bisa mengendalikan kehadiran massa," terangnya.
Mengapa Hanya Lima Makam di Ruang Intinya?
Astana Giribangun memiliki lima makam di ruang intinya.
Ada masyarakat yang bertanya apa alasan hanya ada lima makam di ruang utama kompleks pemakaman keluarga besar Presiden Kedua Indonesia, Soeharto, yang berada di Astana Giribangun, Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar.