Update Gunung Merapi
Meski Merapi Terus Keluarkan Lava Pijar, Warga di Kawasan Barat Belum Diarahkan untuk Mengungsi
Warga di kawasan barat belum diminta mengungsi meski ancaman lava Gunung Merapi gergeser ke barat data.
TRIBUNSOLO.COM - Warga di kawasan barat belum diminta mengungsi meski ancaman lava Gunung Merapi gergeser ke barat data.
Hal ini seperti yang terjadi di titik rawan daerah selain Klaten dan Boyolali.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman, Makwan mengatakan pemukiman warga di wilayah barat masih di luar jarak bahaya ancaman Gunung Merapi.
Menurut rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), daerah bahaya berada di 5 km dari puncak.
Baca juga: Merapi Muntahkan Lava Pijar, 241 Warga Tlogolele Bertahan di Pengungsian, Ronda Malam Diintensifkan
Baca juga: Perjalanan Karier Farida Pasha, Pemeran Mak Lampir dalam Sinetron Kolosan Misteri Gunung Merapi
"Belum ada instruksi untuk menurunkan warga di sisi barat, karena rekomendasi masih 5 km. Warga diminta untuk meningkatkan kewaspadaan. Paling dekat dengan puncak adalah Turgo, jaraknya 6,5 km, Tunggularum masih 7,5 km, sehingga masih di luar 5 km,"katanya, Minggu (17/01/2021).
Pihaknya masih mengikuti rekomendasi dari BPPTKG, untuk itu warga di sisi barat tidak perlu mengungsi.
Apalagi di tengah pandemi COVID-19, potensi penularan justru bisa meningkat jika warga buru- buru mengungsi.
"Selama rekomendasinya masih 5 km ya kita patuhi. Kecuali nanti rekomendasi BPPTKG jadi 6 km, ya langsung berangkat. Di bawah itu ada COVID-19, itu yang harus hati-hati. Jadi bertahan dulu, apalagi dari zona hijau,"ujarnya.
Ia menegaskan tidak ada warga yang tinggal di radius 5 km dari puncak Gunung Merapi.
Untuk sisi barat daerah terdekat dengan Merapi adalah Turgo jarak 6,5 km dengan jumlah KK sebanyak 182, sedangkan Ngandong Tritis ada 243 KK, dan Tunggularum ada 195 KK.
Sementara itu, Kasi Mitigasi Bencana BPBD Kabupaten Sleman, Djokolelana menambahkan selain ancaman awan panas, pihaknya mewaspadai adanya potensi banjir lahar dingin.
Untuk itu, pihaknya mulai menyiagakan pemantau-pemantau sungai.
"Karena banyak material endapan, kami mewaspadai jika puncak atau lereng terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Kami menyiagakan pemantau-pemantau sungai, sehingga mendukung sistem EWS ( Early Warning System) yang ada,"tambahnya.
Sudah Ratusan Kali Berguguran
Sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat selama 8-14 Januari 2021 sudah sebanyak 128 kali lava pijar berguguran.
"Dalam satu minggu ini guguran lava pijar teramati sebanyak 128 kali dengan jarak luncur maksimal 900 meter arah barat daya ke hulu Kali Krasak," ujar Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, melalui keterangan resminya, Jumat (15/1/2021).
Hanik melanjutkan, dalam minggu ini, awan panas guguran terjadi sebanyak 2 kali dengan jarak luncur maksimal 600 meter arah barat daya ke hulu Kali Krasak dan terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimal 45 mm dan durasi 120 detik.
Baca juga: Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas Guguran Terjauh Sejak Desember 2020, Warga Diminta Tak Panik
Baca juga: Belasan Kali Merapi Muntahkan Lava Pijar, BPPTKG : Secara Umum Jarak Luncur Masih Kurang dari 1 Km
Selain itu, analisis morfologi area puncak berdasarkan foto dari sektor barat daya tanggal 14 Januari terhadap tanggal 7 Januari 2021 menunjukkan adanya perubahan morfologi area puncak karena aktivitas guguran dan perkembangan kubah lava baru.
"Kubah lava baru yang selanjutnya disebut sebagai kubah lava 2021 berada di sektor barat daya Gunung Merapi di sekitar tebing Lava-1997."
"Pada tanggal 14 Januari 2021 volume kubah lava terukur sebesar 46.766 m3 dengan laju pertumbuhan sekitar 8.500 m3/hari," papar Hanik.
Berdasarkan aktivitas kegempaan, intensitas kegempaan internal Gunung Merapi pada minggu ini menurun signifikan dibandingkan minggu lalu.
Sedangkan, gempa RF yang mencerminkan aktivitas guguran lava dari erupsi cenderung tinggi.
Dalam minggu ini kegempaan Gunung Merapi tercatat 2 kali awan panas guguran (AP), 208 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 803 kali gempa Fase Banyak (MP), 1.056 kali gempa Guguran (RF), 172 kali gempa Hembusan (DG), dan 16 kali gempa Tektonik (TT).
Sementara, deformasi atau penggembungan tubuh Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan electronic distance measurement (EDM) pada minggu ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 6 cm/hari.
"Dalam dua minggu ini laju pemendekan jarak menunjukkan penurunan yang signifikan," ungkap Hanik.
Hanik menambahkan, pada minggu ini terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi sebesar 60 mm/jam selama 80 menit di Pos Babadan pada 12 Januari 2021 dan dilaporkan terjadi penambahan aliran di Kali Gendol.
Baca juga: Relawan Merapi : Siang Lava Pijar Sering Berguguran Tapi Tak Terlihat, Kini Ada 270 Warga Mengungsi
Baca juga: Merapi Muntahkan Lava Pijar, Warga Sidorejo Klaten Belum Mengungsi, Pilih Terapkan Sister Family
Secara visual, cuaca di sekitar Gunung Merapi minggu ini umumnya cerah pada pagi hari, sedangkan siang hingga malam hari berkabut.
Asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah.
Tinggi asap maksimum 650 m teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Selo pada 11 Januari 2021 pukul 05.00 WIB.
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental tersebut, Hanik menyimpulkan, aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif.
Status aktivitas masih ditetapkan dalam tingkat siaga.
"Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km," imbuh Hanik.
"Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak," sambungnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Arah Luncuran Lava Pijar ke Barat Daya BPBD Sleman Belum Instruksikan Warga Barat Merapi Mengungsi