Geger di Keraton Solo
Konflik Keraton Solo Sejak 2004 hingga 2021 Ini, Budayawan UNS : Warga Kota Bengawan Tak Diuntungkan
Budayawan Universitas Sebelas Maret (UNS), Tundjung W Sutirto mengatakan, krisis kepemimpinan Keraton Solo belum bisa diselesaikan secara internal.
Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Asep Abdullah Rowi
Sebab, semuanya ada di dawuh dalem.
"Kalau dawuh dalem seperti apa harus diikuti tapi memang tidak mudah," katanya.
Warga Solo Tidak Diuntungkan
Tundjung menilai warga Solo tidak ada yang diuntungkan dengan adanya konflik di lingkup internal Keraton Solo.
"Solo ini kan digaungkan sebagai pusat kebudayaan tapi ada peristiwa-peristiwa yang secara budaya masih belum selesai," tuturnya.
Menurut dia, Solo sedang dalam suasana keprihatinan, baik Keraton Solo itu sendiri dari Sentono atau abdi dalem merasa prihatin.
"Abdi dalem tidak ada yang merasa bangga dengan krisis kepemimpinan ini," tegasnya.
Meski Gusti Moeng akhirnya bisa keluar dari di keraton, sambungnya, hal itu belum menyelesaikan konflik internal Keraton Solo.
Ihwal klaim dari dua pihak, masyarakat tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana.
"Klaim mana yang benar secara pasti saya tidak tahu namun masalahnya belum selesai," tambahnya.
Mau Keluar Keraton
Rombongan adik dan anak raja sudah keluar dari kompleks Keputren Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton Solo, Sabtu (13/2/2021).
Di antaranya adik Raja Hangabehi atau Putri Paku Buwono (PB) XII GKR Wandansari alias Koesmoertiyah (Gusti Moeng) dan Putri Raja PB XIII GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani.
Mereka keluar melalui pintu Kori Kamandungan sekira pukul 14.48 WIB.
Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, KRA Dany Narsugama mengatakan pihaknya yang merupakan perwakilan Raja Solo Paku Buwono XIII Hangabehi sudah berkomunikasi dengan mereka sejak Jumat (12/2/2021) sore.