Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Mengenal Burung Jalak yang Memandu Pendaki Gunung Lawu Tersesat : Mitos Muncul Sejak Era Majapahit

Pendaki Gunung Lawu yang konon bisa pulang dituntun oleh burung Jalak masih misteri.

Penulis: Muhammad Irfan Al Amin | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Istimewa
Fenomena pendaki Gunung Lawu yang tersesat, kemudian dituntun burung Jalak viral media sosial. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Muhammad Irfan Al Amin

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Pendaki Gunung Lawu yang konon bisa pulang dituntun oleh burung Jalak masih misteri.

Tak sedikit warganet yang mengaitkannya dengan hal gaib dan mistis yang melekat kuat dengan Gunung Lawu.

Namun tak sedikit yang menganggap bahwa itu hal biasa dan hanya kebetulan saja.

Menanggapi hal itu salah seorang relawan Anak Gunung Lawu, Budi Santosa, mengisahkan mengenai keberadaan Jalak Lawu tersebut.

Dirinya menyebut bahwa Jalak Lawu sendiri merupakan istilah penamaan dari masyarakat.

Baca juga: Perusahaan Agra Mas Baru Beri Uang Tabur Bunga, Disebut Belum Bahas Santunan Korban Tewas Tertabrak

Baca juga: Viral Burung Jalak Tuntun Pendaki yang Tersesat di Gunung Lawu, Mitos Atau Fakta? Ini Kata Relawan

Namun apabila dilihat secara spesifik burung itu lebih memiliki ciri khas sebagai kategori burung Anis.

"Julukan Jalak Lawu itu pemberian dari masyarakat, karena habitat dan jumlahnya banyak di Gunung Lawu," katanya kepada TribunSolo.com pada Sabtu (20/2/2021).

"Itu masuk dalam kategori burung Anis tapi saya kurang tahu spesifikasinya masuk ke Anis Merah, Anis Kembang, atau Anis Batu," jelasnya.

Budi mengisahkan bahwa mitos mengenai Jalak Lawu sendiri sudah ada sejak era Kerajaan Majapahit.

Sehingga burung itu dianggap keramat dan menjadi pantangan untuk diburu.

"Dahulu ada yang namanya Kiai Jalak, di zaman Majapahit yang bersemayam di Gunung Lawu, masyarakat banyak yang percaya bahwa burung jalak itu sebagai representasi sang kyai," tuturnya.

Terlepas hal itu mitos atau nyata, Budi bersyukur karena dengan cerita rakyat itu banyak masyarakat sekitar atau pendaki lebih menjaga dan tidak menggangu ekosistem burung tersebut.

"Ekosistem lebih terjaga dan tidak ada niatan dari pendaki atau masyarakat untuk berburu atau merusak habitatnya," terangnya.

"Burung itu juga cukup akrab dengan manusia, sehingga cerita ada pendaki yang dituntun oleh Jalak Lawu bukan hanya sekali atau dua kali tapi sudah sering," imbuhnya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved