Berita Solo Terbaru
Tak Mau Berhenti Jualan, Nenek Korban Penipuan Amplop Berisi Potongan Koran: Mau Cari Uang Sendiri
Dia tidak mau berpangku tangan dan memutuskan tetap berjualan piring di lampu merah Patung Tembak, Jalan Veteran, Kecamatan Serengan, Kota Solo.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Semangat Nenek Sariyo tak luntur meski sudah makin menua.
Dia tidak mau berpangku tangan dan memutuskan tetap berjualan piring di lampu merah Patung Tembak, Jalan Veteran, Kecamatan Serengan, Kota Solo.
Pekerjaan itu sudah dilakukannya kurang lebih 20 tahun lamanya.
Baca juga: Kesaksian Nenek Penjual Piring di Solo, Dapat Amplop: Dikira Segepok Uang, Ternyata Potongan Koran
Baca juga: Kronologi KPK Amankan Uang dalam 7 Koper, 3 Ransel, dan Amplop Kasus Suap Bansos Covid-19
Itupun sudah diketahui keempat anaknya yang kini berada di luar Kota Solo.
Anak-anak, sambung Sariyo, sebenarnya sudah memintanya berhenti untuk berjualan piring.
Ia juga sudah diminta untuk tinggal bersama anak-anaknya.
"Sebenarnya sudah diminta berhenti. Tapi saya tidak mau, saya merasa tidak bebas," ucap Sariyo kepada TribunSolo.com, Sabtu (20/2/2021).
Sariyo mengaku dirinya masih ingin mencari uang sendiri dan tidak ingin berpangku tangan dengan mereka.
Baca juga: Penampakan Rumah Nenek Sariyo Korban Penipuan Amplop Berisi Koran: Di Gang Sempit, Minim Penerangan
"Masih senang mencari sendiri," katanya.
Terlebih bila tidak bekerja, Sariyo merasa badannya tidak enak.
"Rasanya badan itu tidak enak. Rasanya pegal-pegal," ucapnya.
Rumah Sederhana
Nenek Sariyo ternyata tinggal bersama cucu perempuannya di sebuah rumah, Pringgolayan RT 02/ RW 10, Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan, Kota Solo.
Suaminya sudah lama meninggal kurang lebih 20 tahun yang lalu.
Korban penipuan amplop berisi potongan kertas koran pemberian pembelinya tersebut tinggal di kediaman berwarna putih berukuran 55 meter persegi.
Baca juga: Kesaksian Nenek Penjual Piring di Solo, Dapat Amplop: Dikira Segepok Uang, Ternyata Potongan Koran
Baca juga: Nasib Pilu Nenek Penjual Piring di Solo Ditipu Pembeli, Amplop yang Diterima Berisi Potongan Koran
Rumah tersebut berada di gang sempit di daerah Pringgolayan hanya bisa dimasukki sepeda angin atau sepeda motor.
"Saya tinggal di sini bersama cucu perempuan saya yang sekarang duduk di bangku SMK," ucap Sariyo kepada TribunSolo.com, Sabtu (20/2/2021).
Cucunya tersebut tinggal bersamanya karena tengah menimba ilmu di Kota Solo.
Sebelum bersama Sariyo, ia tinggal di rumah kontrakan daerah Kabupaten Klaten bersama ayahnya. Ibunya sudah meninggal dunia.
"Ini tinggal sementara bersama saya kalau sekolah sudah masuk. Keluarga saya tidak punya apa-apa," ucap dia.
"Yang penting cucu saya bisa sekolah," tambahnya.
Rumah hunian Sariyo minim properti. Hanya ada dua kasur dan beberapa bantal, televisi satu, alat penanak nasi, dan jemuran dari tali.
Baca juga: Viral Video Pria Bagi Amplop Isi Uang dan Gambar Paslon di Gunungkidul, Begini Respons Bawaslu
Beberapa boneka beruang dan panda tergantung rapi di salah satu sudut ruang.
Pakaian Sariyo dimasukkan ke dalam boks. Hanya ada satu kursi panjang di luar rumah.
Penerangan lampu begitu minim. Itu hanya ada di lokasi tempat tidur cucunya yang dekat dengan jendela.
Jika itu tak dihidupkan, ruangan dalam hunian Sariyo begitu gelap gulita.
"Rumah ini sebenarnya saya beli sejak tahun 1982. Itu karena saya ingin ikut anak saya ke Solo pada waktu itu," ucap Sariyo.
Demi itu, Sariyo rela menjual rumahnya yang berada di Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri sebagai modal awal perantauan.
Seiring berjalannya waktu, rumah tersebut kemudian ia jual dan dibeli oleh keponakannya.
Keputusan menjual rumah karena Sariyo sudah tua dan hasil jualnya langsung ia bagikan ke anak-anaknya.
"Tapi saya diperbolehkan tinggal di sini seumur hidup saya. Untuk air dan listrik, biayanya ditanggung keponakan saya," ujarnya. (*)