Jeritan Petani Sragen di Tahun 2021, saat Harga Gabah Turun Hingga 30 Persen
Para petani di Sragen saat ini masih belum bisa menikmati hasil panen mereka di awal tahun 2021 karena harga gabah anjlok hingga 30 persen
Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Muhammad Irfan Al Amin
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rahmat Jiwandono
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Memasuki bulan Februari dan Maret para petani di Sragen banyak yang mengeluh akan rendahnya harga gabah.
Para petani asal Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Sragen Karno, mengeluhkan turunnya harga gabah per kilonya hingga 30 persen.
"Sekarang harga per kilonya Rp 4.000, padahal biasanya per kilo dihargai Rp 5.200 atau Rp 5.300," ujarnya,, Minggu (28/2/2021).
Menurut Karno, anjloknya harga GKP disebabkan ketakutan dari tengkulak beras untuk menjualnya lagi.
"Otomatis tengkulak juga mau membelinya di harga kisaran Rp 4.000," ujarnya.
Baca juga: Bocah Korban Kekerasan Seksual asal Sragen akan Dibawa ke Panti, Dinas: Tunggu Persetujuan Orangtua
Baca juga: Relawan Tingkat Desa di Sragen Turun Tangan, Kini Belajar Jadi Petugas Pemulasaran Jenazah Covid-19
Baca juga: Harga Cabai Rawit di Sragen Makin Pedas, Kini Rp 90.000 Per Kg, Pembeli Menurun
Baca juga: Zonasi dalam PPKM Mikro Dikhawatirkan Bikin Stigmatisasi, Pemkab Sragen : Sudah Enggak Ada Itu
Kondisi ini memaksa para petani di Sragen yang sedang memasuki masa panen menjual GKP dengan harga murah.
"Ya terpaksa lagi kami jual," ucapnya.
"Karena untuk modal tanam padi lagi, walau jelas kami rugi," papar dia.
Karno menyebutkan, untuk satu hektare sawah bisa menghasilkan untung sekitar Rp 37 juta.
"Sekarang satu hektare dapat Rp 20 juta sudah berat untuk modal tanam lagi," jelasnya.
Sementara untuk lahan yang tidak mencapai satu hektare hanya memperoleh untung Rp 17 sampai Rp 19 juta.
"Keuntungan yang kami dapat turun sekitar 60 persen," tambahnya.
Harga Beras di Indonesia Lebih Mahal
Dilansir dari Kompas.com, harga beras dari Indonesia lebih mahal dibandingkan negara lainnya.