Berita Karanganyar Terbaru
Hari Raya Nyepi di Karanganyar, Candi Cetho Diserbu Wisatawan, Ini Penjelasan Pengelola
Suasana Candi Cetho pada perayaan Hari Raya Nyepi, Minggu (14/3/2021) terlihat ramai oleh wisatawan.
Penulis: Muhammad Irfan Al Amin | Editor: Adi Surya Samodra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Muhammad Irfan Al Amin
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Suasana Candi Cetho pada perayaan Hari Raya Nyepi, Minggu (14/3/2021) terlihat ramai oleh wisatawan.
Umat Hindu yang berada di Dukuh Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar lebih memilih melaksanakan ibadah Nyepi atau Catur Brata Penyepian di rumah mereka masing-masing.
Menurut petugas jaga Candi Cetho, Maryoto, meski sedang memasuki Hari Raya Nyepi namun candi peninggalan agama Hindu itu masih dibuka untuk umum.
"Setiap tahun selalu dibuka untuk umum, meskipun dalam perayaan Hari Raya Nyepi," katanya.
"Walaupun 80 persen warga Dukuh Cetho beragama Hindu mereka tidak menuntut untuk bisa menjalankan Nyepi secara eksklusif di Candi Cetho," ujarnya.
Baca juga: Potret Toleransi Hari Raya Nyepi di Mutihan Solo : Saling Terbuka, Tidak Merasa Terganggu
Baca juga: Perayaan Nyepi di Solo : Diawali Prosesi Penyucian Diri di Rumah, Ibadah di Pura Pakai Prokes Ketat
Maryoto menerangkan bahwa pengelolaan Candi Cetho berada di bawah langsung Kemendikbud.
"Sehingga otoritas untuk buka maupun tutup ada di tangan pemerintah pusat melalui BPCB yang ada di Klaten," terangnya.
Sebagai candi peninggalan agama Hindu, ada banyak perayaan Agama Hindu yang digelar seperti Saraswati yang dilaksanakan pada Sabtu (13/3/2021) lalu.
"Selain itu waktu Galungan juga dipakai untuk ritual namun wisatawan juga masih diizinkan untuk masuk," imbuhnya.
Dalam data tiket masuk tercatat ada 500 pengunjung yang telah terdaftar di Candi Cetho.
Perayaan Nyepi di Solo
Sebelumnya, Perayaan Nyepi begitu berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya, termasuk di Kota Solo.
Ya, perayaan salah satu hari raya umat Hindu yang dirayakan 14 Maret 2021 tersebut hanya dihadiri sejumlah orang saja mengingat pandemi Covid-19 belum juga mereda.
Kondisi tersebut, salah satunya nampak di Pura Indra Prasta, Kampung Mutihan RT 5 RW 11, Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.
Ketua Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Kota Surakarta, Ida Bagus Omang Suarnawa mengatakan pengelola pura membang membatasi jumlah umat yang hadir dalam rangkaian perayaan Nyepi tahun ini.
Termasuk, saat prosesi Mecaru yang merupakan ritual ibadah untuk menetralisir seisi manusia yang ada di bumi, micro makro kosmos antara dirinya dan seluruh dunia.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Hari Raya Nyepi dalam Berbagai Bahasa, Cocok untuk Dibagikan ke Facebook & Instagram
Baca juga: Kumpulan Ucapan Hari Raya Nyepi yang Cocok Jadi Status di Media Sosial
Ritual tersebut biasanya dilakukan di umbul atau candi sebagai penanda dimulainya perayaan Nyepi.
Sebanyak 50 orang datang ke Pura Indra Prasta di kegiatan Mecaru, Sabtu (13/3/2021)
“Nyepi tahun ini diawali hari Sabtu kemarin, umat hindu melakukan Ibadah Mecaru Agung. Mecaru agung diselenggarakan tepat jam 12.00 WIB," kata Bagus kepada TribunSolo.com, Minggu (14/3/2021).
“Ya biasanya banyak ratusan orang datang ke Pura ini, tapi karena pandemi, kita batasi dengan adanya protokol kesehatan," tambahnya.
Adapun pada hari-H atau Hari Raya Nyepi 14 Maret2021 Merupakan masuk Tahun Caka 1943.
Umat Hindu melanjurkan dengan Catur Brata Penyepian di pura kawasan permukiman atau di rumah masing-masing.
Ia sampaikan tahun ini, tidak ada penyambutan pergantian tahun keagamaan yang mengundang banyak masa.
“Gak ada arak-arakan atau peringatan apa disini,”
"Yang terpenting khusuk sembayang dan esensi peribadatannya tetap khidmat ,"
Lebih lanjut, ia paparkan hal-hal yang dilarang saat peringatan Nyepi.
“Ada empat yang tidak boleh kita kerjakan seperti tidak bekerja, tidak menyalakan api amarah,berdiam diri dan menetralkan fikiran serta tidak bersenang-senang atau lelanguan,”
Ida berharap ,di peringatan Hari Raya Nyepi tahun ini banyak hal baik dan pandemi cepat berlalu.
“Mudah-mudahan di tahun berikutnya, anugrah kesehatan, ketentraman dan rezeki untuk masyarakat umumnya.” tutup Ida. (*)