Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Puluhan Guru untuk Anak Berkebutuhan Khusus di Solo Dapat Pelatihan 3 Tahun, Biaya Ditanggung Jepang

Adapun pelatihan dilakukan oleh team trainers dari Jepang sebanyak 40 kali selama tiga tahun yang ditanggung oleh JICA.

Penulis: Fristin Intan Sulistyowati | Editor: Asep Abdullah Rowi
TRIBUNSOLO.COM/RYANTONO
Anak berkebutuhan khusus yang mendaftar dalam PPDB ABK Kota Surakarta di UPT Pusat Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusif, Rabu (12/6/2019). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Fristin Intan Sulistyowati

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Puluhan guru bagi anak berkebutuhan khusus di Kota Solo mendapatkan pelatihan dari ahli asal Jepang.

Pelatihan tersebut merupakan kerjasama antara Pusat Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusi (PLDPI) Solo dengan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA), Kamis (18/3/2021).

Menurut Koordinator PLDPI Solo, Hasto Daryanto, ada 30 peserta yang mengikuti pelatihan dengan kategori di antaranya pernah mengajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Adapun pelatihan dilakukan oleh team trainers dari Jepang sebanyak 40 kali selama tiga tahun yang ditanggung oleh JICA.

Baca juga: Potret Anak Temani Ayahnya Jualan Siomay di Klaten, Berjibaku Duduk di Jok Menghadap Arah Berlawanan

Baca juga: Selang 19 Menit Pamit Istri, Pak Guru di Solo Meninggal, Jatuh Ke Sungai di Karanganyar saat Gowes

Baik berupa seminar, training di kelas, studi kasus hingga on the job training.

"Nanti semua pelatihan dilatih pihak jepang, durasi 40 kali," ujar dia kepada TribunSolo.com.

Akan tetapi selama pandemi, pelatihan di lakukan secara daring oleh team trainers dari Jepang.

Dia berharap dengan itu, bisa menghasilkan SDM yang kreatif dan mampu mengajar dengan baik ABK.

"Solo kan sebagai kota layak anak, maka hal ini sebagai bentuk pelatihan dan perlindungan atau kesetaraan ABK," harap dia.

Janji Gandeng Difabel

Sebelumnya, Gibran Rakabuming Raka - Teguh Prakosa sempat menyinggung soal keterlibatan para kaum difabel dalam peningkatan pariwisata Kota Solo.

Mereka bakal dilibatkan dalam pengembangan satu sektor pariwisata, yakni wellness tourism.

Satu rencana yang disiapkan yakni sertifikasi pemijat.

Itu disampaikan dalam perhelatan debat publik antar pasangan calon dalam Pilkada Solo 2020, Jumat (6/11/2020) di The Sunan Hotel Solo.

Baca juga: Punya Video Syur Mirip Gisel? Ini yang Harus Dilakukan Seperti Saran Pakar Telematika Roy Suryo

Baca juga: Heboh Video Syur Mirip Gisel, Roy Suryo : Cek Kebenaran Melalui Banyak Aspek, Tak Buru-buru Memvonis

Rencana pasangan yang diusung PDI Perjuangan itu mendapat tanggapan minim dari lawan debatnya, Bagyo Wahyono - FX Supardjo.

Menurut mereka, janji-janji semacam itu sudah sering didengar apalagi soal memberdayakan kaum difabel.

"Mudah-mudahan, apa yang disampaikan mas Gibran itu betul-betul nanti nyata," kata Bagyo.

Bagyo mengaku hal serupa sering didapatkannya dan Supardjo kala melakukan door to door selama kampanye Pilkada Solo 2020.

"Doakan saja, mudah-mudahan nanti betul terlaksana," ucapnya.

Tingkatkan Pariwisata Kesehatan

Sebelumnya, kaum Difabel menjadi satu perhatian Pasangan Gibran Rakabuming Raka - Teguh Prakosa bila kelak terpilih nantinya.

"Prinsip saya dan pak Teguh, semakin terbawah semakin terpuruk semakin diprioritaskan," kata Gibran.

Kaum Difabel akan diajak terlibat dalam peningkatan sektor pariwisata Kota Solo.

Wellness tourism atau pariwisata di bidang kesehatan menjadi satu diantaranya.

Kaum Difabel yang berprofesi menjadi tukang pijat, misalkan bisa ikut terlibat di dalamnya.

Itupun harus melalui sertifikasi terlebih dulu.

"Selain pemijat nanti ada juga pengobatan alternatif dan juga jamu," tutur Gibran.

Itu dinilai Gibran menjadi peluang yang harus diambil.

Terlebih di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

"Yang namanya berlibur saat ini, yang dinomorsatukan adalah masalah kesehatan," ucap Gibran.

Menurut Gibran, wellness tourism menjadi satu diantara banyak sektor yang menjanjikan ke depannya pasca pandemi Covid-19.

"Ke depan, ini menjadi sektor pariwisata yang menjanjikan," katanya.

Sempat Terpancing Emosinya

Calon Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka nyaris terpancing emosinya saat mendapatkan pertanyaan dari Bagyo Wahyono soal perannya untuk milenial.

Dalam sesi debat perdana Pilkada Solo 2020 di The Sunan Hotel Solo pada Jumat (6/11/2020), anak Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu giliran menjawab pertanyaan pesaingnya.

Saat itu pasangan independen, Bagyo tukang jahit menanyakan, "Saya hanya pengen tanya, saya mau tanya, njenengan (kamu) jargonnya milenial, lha apa yang pernah njenengan lakukan untuk pembangunan di Kota Solo tentang milenal?," kata Bagyo.

Baca juga: Pernyataan Kontroversial Bajo Bikin Gibran Keheranan : Bangun Rumah kok di Bantaran Sungai?

Baca juga: Selvi Ananda Tak Ikut Antar Gibran ke Arena Debat Pilkada, Ketua PDIP Solo FX Rudy Juga Tak Terlihat

Calon AD 1 yang berpasangan dengan Teguh Prakosa itu lantas menjawab jika di era kini sudah 4.0 dan disrupsi, maka akan membangun kreatif art hingga hard skill dengn menyediakan fasilitas sablon, mesin jahit dan 3D.

"Juga soft skill melalui pengembangan marketing dan membantu perolehan izin usaha," aku dia.

Bahkan menurut dia, anak muda di Solo potensial dan mampu membuat ekosistem bisnis.

"Sebenarnya bukan hanya anak-anak milenail saja," jelasnya.

Namun Bagyo menyela dan tampak tak puas sehingga mempertanyakan maksud yang dijelaskan Gibran kepadanya.

"Itu nanti apa yang sudah? Maksud saya yang sebelum ini, apa mas Gibran lakukan? sebelum ini, bukan nanti," katanya melempar lagi pertanyaan kepada Gibran.

Gibran tampak buru-buru menjawab dengan nada tinggi sempat terpancing pertanyaan menggelitik Bagyo.

"Terima kasih Pak Bagyo," tuturnya.

"Yang sebelum ini, saya memulai usaha umur 23 tahun, di media orang tahunya saya jualan martabak," ungkap dia dengan berapi-api.

"Saya punya bisnis-bisnis lain, kalau dihitung pegawai saya banyak sekali, makanya saya nyemplung ke politik agar bisa bermanfaat untuk orang yang lebih banyak lagi," terangnya.

"Mungkin konribusi saya belum banyak, ke depan bisa lebih lagi, mohon doanya!," papar Gibran dengan menggelegar.

Kontroversi Bajo Independen

Debat Calon Wali Kota Solo antara paslon Gibran Rakabuming - Teguh Prakoso dan Bagyo Wahyono - FX Supardjo diwarnai sejumlah pertanyaan menarik.

Dari salah satu pertanyaan itu, paslon Bagyo-Supardjo melontarkan keinginan yang kontroversial, bila terpilih menjadi pemimpin Kota Solo nantinya.

Baca juga: Selvi Ananda Tak Ikut Antar Gibran ke Arena Debat Pilkada, Ketua PDIP Solo FX Rudy Juga Tak Terlihat

Baca juga: Pertanyaan dan Jawaban Pertama Gibran di Debat Calon Wali Kota : Narkoba di Solo Harus Disikat!

Para paslon itu menjawab keluhan warga Solo yang belum punya rumah.

Nah, mewakili pasangan Teguh-Gibran, Teguh Prakosa menjawab rusunawa atau rumah susun sederhana sewa menjadi pilihan pas bagi warga Solo yang belum punya rumah.

"Solo itu terlalu sempit. Kalau bangun rumah datar ya tidak bisa, jadi rusunawa adalah jawabannya,"

"Ke depan kita bisa membangun lagi di wilayah Mojosongo. Rusunawa bis ajadi jawaban untuk keluhan warga yang belum punya rumah," kata Teguh.

Nah, saat diberi gantian menjawab, Supardjo yang mewakili pasangan Bagyo-Supardjo atau Baji mengatakan, bila rusunawa merupakan model rumah yang terlalu tinggi untuk Kota Solo yang sempit.

Supardjo mengatakan, daerah bantaran sungai di Solo bisa dibangun untuk pemukiman penduduk.

"rusunawa terlalu tinggi, sehingga bisa ditambahkan di bantaran sungai. Sungai diberi talud dan sebagainya, sehingga bisa dibuatkan rumah di bantaran sungai, sehingga ada ruang bagi keluarga yang belum punya tempat tinggal," kata Supardjo.

Bagyo juga menambahkan.

"Saya sudah survey, ke daerah Semanggi. Itu kan masih luas sekali tanahnya,"

"Kita akan rembug bareng dengan warga Solo. Tanah seluas ini bisa didirikan rumah," kata Bagyo.

Jawaban paslon Bajo ini pun membuat Gibran dan Teguh keheranan.

Gibran pun mengungkapkan keheranannya saat diberi kesempatan untuk mengomentari jawaban pasangan Bajo.

"Baik Pak Bagyo, kembali ke masalah rumah yang didirikan di bantaran Sungai. Ini semua kota sudah membersihkan,"

"Ini kok Pak Bagyo akan membangun di bantaran sungai, ini apa nggak melanggar regulasi yang ada?," tanya Gibran.

Meski demikian, pertanyaan ini tidak bisa lagi dijawab oleh paslon Bagyo-Supardjo karena waktu yang sudah habis. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved