Berita Solo Terbaru
Tegas, Ada Guru Solo Tolak Divaksin Covid-19, Sekolah Tidak Boleh Adakan Pembelajaran Tatap Muka
Beberapa tenaga pendidik di Kota Solo masih menolak vaksinasi Covid-19. penolakan tersebut ditemukan di 2 sekolah.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Ryantono Puji Santoso
Ini tidak hanya dialami Indonesia, banyak negara di dunia turut mengalami keterbatasan vaksin.
Baca juga: Apa Itu Vaksin Covid-19 AstraZeneca? Kenali Kandungan hingga Efek Sampingnya
Baca juga: Vaksinasi Bulan Ramadhan Diperbolehkan, Kemenkes Akan Kebut Hingga 30 Juta Dosis
"Bayangkan, kalau bulan Januari kita hanya punya 3 juta vaksin kemudian suntiknya sehari satu juta (orang), artinya 3 hari habis. Kemudian selama 27 hari berikutnya semua rakyat marah sama kita karena tidak ada yang bisa disuntik lagi, jadi memang laju dan kecepatan penyuntikan vaksin harus disesuaikan dengan ketersediaan vaksinnya," ujar Budi Gunadi, dalam agenda #Vaksinesia, Minggu (11/4/2021).
Selain itu, ia menjelaskan saat ini sedang terjadi gelombang ketiga kasus Covid-19 yang melanda banyak negara di dunia, seperti negara di Eropa, Asia, Amerika Selatan, termasuk India yang terletak di kawasan Asia Selatan.
"Saya mesti sampaikan di sini bahwa di 2 minggu yang lalu karena terjadi third wave atau gelombang ketiga di banyak negara di Eropa, Asia, Amerika Selatan, termasuk India," kata Budi Gunadi.
Perlu diketahui, India melalui Serum Institute of India (SII) merupakan salah satu produsen vaksin terbesar di dunia.
Karena lonjakan kasus Covid-19 juga terjadi di negara itu, maka mereka pun melakukan embargo vaksin AstraZeneca yang mereka produksi dan diberi nama vaksin Covishield.
Langkah embargo ini tentunya berdampak pada pasokan vaksin ke banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.
"India sebagai salah satu produsen vaksin yang terbesar di dunia melakukan embargo, akibatnya supply vaksin yang masuk ke Indonesia terganggu," jelas Budi Gunadi.
Pada periode Maret dan April 2021, pemerintah rencananya akan memiliki tambahan 20 juta dosis vaksin Sinovac yang diproduksi perusahaan pelat merah Bio Farma dari bulk vaksin.
Serta lebih dari 10 juta vaksin AstraZeneca yang diproduksi SII dan akan dikirim melalui Fasilitas COVAX yang diinisiasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa lembaga lainnya termasuk GAVI.
"Yang tadinya di bulan Maret dan April rencananya kita akan mendapat 30 juta (dosis vaksin), sekitar 20 juta itu dari Sinovac produksi Bio Farma, dan 10 juta lebih sedikit itu dari AstraZeneca yang kita akan peroleh secara gratis melalui program multilateral melalui WHO dan GAVI," kata Budi Gunadi.
Embargo yang dilakukan India pun akhirnya membuat Indonesia hanya bisa memperoleh 1 juta dari sekitar 11 juta dosis vaksin yang dijanjikan.
Sedangkan 10 juta sisanya mengalami penundaan pengiriman.
Ia pun menyadari bahwa jumlah dosis vaksin yang diterima pada April ini tidak sesuai apa yang diharapkan sebelumnya.
"Nah yang multilateral ini hanya dapat 1 juta, jadi yang multilateral itu dari 11 juta hanya dapat 1 juta, 10 jutanya ditunda sampai waktu yang nanti ditentukan. Sehingga memang agak kurang vaksinnya di bulan April," kata Budi Gunadi Sadikin.