Berita Klaten Terbaru
Inilah Untung Raharjo, Warga Terdampak Tol Solo-Jogja yang Membuat Monumen Setum di Ngawen Klaten
Di balik sosok yang mencetuskan pembuatan replika tandem roller atau setum, ada Untung Raharjo (47).
Penulis: Azfar Muhammad | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Azhfar Muhammad Robbani
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Di balik sosok yang mencetuskan pembuatan replika tandem roller atau setum, ada Untung Raharjo (47).
Replika alat berat yang identik untuk meratakan tanah atau pengaspalan dipasang dii Dukuh Jetis RT 12 RW 05, Desa Gatak, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.
Untung merupakan salah satu warga terdampak proyek Tol Solo-Jogja.
Yang unik dari Untung, biasanya warga melakukan aksi protes besar-besaran kepada aparat dan pemerintah namun tidak dengan dirinya.
Baca juga: Digusur Tol Solo-Jogja Selama-lamanya, Warga Klaten Bikin Monumen Setum : Sedih Pergi dari Kampung
Baca juga: Ada Pintu Exit Tol Solo-Jogja di Klaten, Pengamat Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Meningkat
Dirinya lebih memilih untuk membuat replika monumen selamat jalan dengan bahan sederhana yang ia buat dari bambu.
Selama ini dia hidup di Jalan Pendawa Lima No 1 Dukuh Slametan.
"Saya tinggal di sini saat ini bersama satu istri dan 4 orang anak," kata Untung kepada TribunSolo.com (17/4/2021).
Diketahui sosok Untung merupakan mantan aktifis mahasiswa saat dulu berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Yogyakata.
"Saya dulu mantan pendemo, zaman mahasiswa saya turun kelapangan, aktifis reformasi koar-koar dan ya saya keras," katanya.
Hal tersebut ia ceritakan pengalaman hidupnya saat ikut demo pada zaman reformasi Presiden Soeharto.
"Dulu semasa masa turunkan Soeharto juga membuat replika ondel-ondel wajahnya dikasih wajah Soeharto," tambahnya.
Seusai lulus kuliah ia sampaikan pernah merantau ke ibu Kota Jakarta dan bekerja sebagai pegawai di salah satu pabrik.
"Sekitar kurang lebih tahun saya di Jakarta dan kembali berpulang ke kampung halaman di tahun 2009," tambahnya.
"Sudah puluhan tahun saya tinggal di sini dan saya sedih ketika rumah saya digusur oleh pemerintah," katanya.
Disamping itu, ia mengaku dirinya ternyata adalah seorang Guru SMK di salah sekolah swasta di Klaten.
"Harapan orang tua, jangan sampai tanah kampung halaman di bagi-bagi ke orang lain," ujarnya.
Ia pun mengaku tempat yang ditinggalinya banyak warisan dan bahkan dirinya telah berinvestasi di tanah kebun rumah yang terdampak.
"Ada pohon jati ada mengelola kebun, ada kolam lele dan tanaman-tamanan untuk masa depan," ujarnya.
Baca juga: Ada Pintu Exit Tol Solo-Jogja di Klaten, Pedagang Roti Bakar: Semoga Dagangan Saya Jadi Laris Manis
Baca juga: Ini Sosok Satpam Jadi Milyader Baru di Klaten, Tajir Melintir Dapat Uang Ganti Rugi Tol Solo-Jogja
"Setiap lahan ada cerita, nanti ke depan kami juga belum tahu akan diratakan atau dibuat jalan layang," tambahnya.
Ia mengaku kerugian yang ia dapatkan, rumahnya, warungnya, dan gudang bengkel nanti akan digusur.
Meskipun demikian dirinya sampaikan dengan adanya ini ke depan akan merubah banyak jalan hidupnya.
"Adanya proyek jalan tol ini berdampak kepada jalan hidup dan kelangsungan hidup saya," katanya.
"Nanti saya bagaimana istri saya jualan lagi, tinggal dimana dan kebun kebun ini diganti berapa kan semuanya dari awal lagi," tandasnya.
Luapkan Isi Hati
Tinggal menunggu waktu, sawah hingga permukiman warga di puluhan desa di Kabupaten Klaten tergilas proyek tol Solo-Jogja.
Ada yang biasa-biasa saja, ada juga yang berat meninggalkannya meski sudah mendapatkan ganti rugi karena alasan kenangan.
Ini yang dialami warga di Dukuh Jetis RT 12 RW 05, Desa Gatak, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.
Bahkan demi meluapkan perasaan hatinya, ada Untung Raharjo (47) membuat replika tandem roller atau setum bertuliskan 'Selamat Tinggal Rumah Kenangan' dan 'Selamat Datang Tol Jogja Solo'.
Baca juga: Delapan Desa di Jogonalan Lenyap Tergusur Tol Solo-Jogja, Tak Hanya Rumah, Sekolah & Masjid Pindah
Baca juga: Imbas Tol Solo-Jogja Terjang Ratusan Hektare Sawah Penghasil Beras Pulen di Klaten, Ini Kata Pemkab
Apa pesan yang akan disampaikan Untung?
Menurut Untung, replika tersebut dibuat untuk menuangkan aspirasi dan meluapkan curahan seorang warga terdampak dengan adanya proyek tol.
Ada sebanyak 10 rumah terdampak di kawasan tempat tinggalnya.
"Ya saya sebenarnya hanya ingin meluapkan curahan hati saya saja, saya ingin mengenang kampung halaman ini," ujar dia kepada TribunSolo.com (17/4/2021).
"Kenangan ini tidak bisa dikenang dengan uang, saya memilih untuk mengabadikan kesedihan saya dengan membuat ini," tambahnya.
Ia sampaikan kenangan tersebut digambarkan untuk mengenang beberapa bangunan yang akan ditinggalkan, termasuk rumah, kebun, bengkel di kampungnya.
Mengingat selama puluhan tahun lahir dan menua di kawasan tersebut.
Namun adanya proyek tol, dirinya bersiap-siap pindah selama-lamanya.
"Saya terinspirasi dengan alat berat yang menjadi ikon pembangunan yaitu setum, agar menjadi perhatian," ujarnya.
"Pasti kalau orang-orang lihat setum tersebut fikirannya, oh ada pembangunan jalan dan bisa menghaluskan serta meratakan jalanan," tambah dia.
Ia mengaku dalam proses pengerjaan monumen tersebut ia mengerjakannya sendiri dengan bahan yang seadanya.
"Sekitar 2 bulan yang lalu dan baru dipasang baru- baru minggu ini," katanya.
"Bambu dan kerangka saya rancang sendiri, tulisan saya membuat dari spon atau karet," ujarnya.
Hanya saja sebagai pertanda biar semua mata tahu, dia memajang karyanya di pinggiran jalan masuk kampung di samping sawah milik orang lain.
Baca juga: Ada Pintu Exit Tol Solo-Jogja di Klaten, Pengamat Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Meningkat
Baca juga: Tanpa Basa-basi Sekolah di Sragen Lockdown, Imbas 7 Guru Positif, 2 Orang di antaranya Meninggal
Untung pun mengeluh saat dirinya mendengar bahwa kampung halamannya akan digusur dan diratakan dengan adanya pembangunan tol Trans Jawa ini.
"Relokasi ada tapi berbeda-beda belum ada bahasan," tambahnya.
Mengingat kini, hingga ini pemerintah setempat dan pihak pengelola proyek tol belum memberikan kepastian lebih jelas.
"Belum ada tindak lanjut lagi, kapan akan dieksekusinya," tutur dia.
Untung mengatakan dirinya bersama keluarga serta warga setempat belum ada persiapan untuk pindah, mengingat belum mendapatkan ganti rugi.
Rencana ke depan Untung bersama warga setempat akan melakukan orasi atau penyampaian aspirasi di jalanan.
"Bukan mengecam, setidaknya ada woro-woro dan komunikasi dengan pihak desa," tambahnya.
Jadi Miliarder
Roda nasib memang tidak ada yang tahu, bakal jadi apa kedepannya nanti.
Seperti nasib seorang Satpam Pabrik bernama Wahyu Tri Hananto (38) warga RT 01 RW 02, Dukuh Mendak, Desa Mendak, Klaten.
Bagai mendapatkan durian runtuh, Wahyu bakal mendapat ganti rugi karena lahan miliknya terdampak proyek Tol Solo - Jogja.
Baca juga: Bakal Kaya Mendadak, Warga Klaten ini Dapat Ganti Rugi Tol Ratusan Juta, Mau Naik Haji Sekeluarga
Baca juga: Proyek Tol Solo - Jogja Melintas Desa Kranggan Klaten: Makam hingga Bekas Gedung SD Ikut Tergusur
Jumlahnya tidak sedikit, mencapai Rp 2,5 miliar.
Wahyu mengatakan, sawah milik keluarganya yang terdampak proyek tol sekitar 2.283 meter persegi.
"Syukur dapat rejeki nomplok," kata dia, Jumat (19/3/2021).
"Saya bekerja sebagai buruh pabrik garmen," ungkap Wahyu saat ditemui di kediamannya.
Dia mengatakan, uang ganti rugi sawah miliknya akan dibelikan sawah lagi.
"Nanti lainnya akan disimpan lagi kalau ada keperluan mendesak," jelas dia.
Sebelumnya, warga Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Klaten bakal mendapatkan ganti rugi proyek tol Solo - Jogja sampai ratusan juta rupiah.
Bila uang tersebut cair, warga sudah merencanakan naik haji sampai membeli sawah.
Seperti Mulyana (52) warga yang sawahnya terdampak proyek tol.
Baca juga: Proyek Tol Solo-Jogja Belum Clear, Ada Pemilik Tanah di Klaten Belum Mau Tandatangani Ganti Rugi
Baca juga: Malangnya Slamet, Truk yang Dibawanya Terguling di Pintu Tol Karanganyar, Bawa Tembakau Seorang Diri
Dia mengatakan, uang ganti rugi sawah miliknya diperkirakan mencapai Rp 724 Juta.
Nantinya, bila uang itu sudah cair akan digunakan untuk naik haji, sementara sisanya untuk menyekolahkan anak.
"Sawah saya ikut terdampak Tol Solo-Jogja sekitar 1.103 meter persegi dari total sawah saya sekitar 1.800 meter persegi," ucap Mulyana, Selasa (16/3/2021).
Mulyana mengatakan, sawahnya ditawar sekitar 600 ribu per meter, sudah lebih tinggi dari harga pasaran saat ini.
"Harga tawar disini lebih tinggi dibanding harga nila jual objek pajak (NJOP) Rp 250 ribu per meter, saya setuju dengan penetapan harga tersebut," ujar Mulyana.
Baca juga: Bermula Ibu Tolak Melayani, Ayah yang Sudah Minum Jamu Kuat Lampiaskan ke Anaknya hingga Hamil
"Nanti mau saya pakai naik haji sama istri dan 4 anak saya," papar dia.
Bahkan, untuk mengurus ganti rugi tanahnya tersebut, dia sampai mengambil cuti kerja dari kantornya di Bekasi.
Sementara, warga lainnya, Sartono (49) akan menggunakan uang yang dia dapat untuk membeli sawah lagi.
"Tanah saya dihargai Rp 710 Juta, saya kalau dapat, beli tanah di sini lagi, kalau tidak di desa tetangga," kata dia. (*)