Racun Dalam Sate Maut di Bantul Berjuluk Silent Killer, Rasa Seperti Makanan Gosong dan Tak Berbau
Kasus yang menewaskan NFP, bocah berusia 8 tahun dari Bantul akhirnya terkuak, memunculkan sosok pelaku wanita berinisial NA(25).
TRIBUNSOLO.COM - Misteri kasus 'sate ayam maut' beracun di Bantul akhirnya terungkap.
Kasus yang menewaskan NFP, bocah berusia 8 tahun dari Bantul akhirnya terkuak, memunculkan sosok pelaku wanita berinisial NA(25).
Baca juga: Kepribadian NA, Pengirim Sate Sianida Bantul Diungkap Polisi : Ternyata Sosok Introvert
Hal ini diungkapkan Direskrimum Polda DIY, Kombes Pol Burkhan Rudy Satria mengatakan inisial perempuan tersebut itu adalah NA berusia 25 tahun.
Dia merupakan warga asal Majalengka, Jawa Barat dan telah ditahan di Polres Bantul.

Menurut Burkhan, kandungan racun yang ada di bumbu sate itu adalah Kalium Sianida (KCN). Racun yang dibeli secara daring itu sengaja ditaburkan di bumbu sate oleh tersangka.
“Makanya, kami sebut ini pembunuhan berencana karena racun sudah dibeli sejak tiga bulan lalu. Dia sengaja memesan ojek daring tanpa aplikasi karena dianggap lebih aman,” katanya.
Lantas, apa itu Kalium Sianida atau KCN?

Senyawa KCN ini merupakan salah satu alat yang digunakan di pertambangan emas, sintetis organik dan galvanisasi.
Penerapan lainnya meliputi penyepuhan dan pemolesan perhiasan.
Namun, itu akan menjadi racun apabila Kalium Sianida masuk ke dalam tubuh.
Secara singkat, racun ini mencegah sel tubuh menggunakan oksigen untuk menghasilkan molekul energi.
Di dalam racun itu, ada senyawa ion sianida yang bisa mengikat atom besi dalam sitokrom C oksidase yang ada di dalam sel mitokondria.
Nama lain dari Kalium Sianida ini adalah Potasium Sianida.
Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Arief Nurrochmad MSi MSc Apt menjelaskan terkait racun sianida ini.
Ia mengatakan, bentuk sianida bisa bermacam-macam, semisal gas, kristal, dan cair.
“Racun ini banyak ditemukan di masyarakat dan rumah tangga. Semisal di dalam pestisida, racun tikus, racun ikan, dan sebagai penyepuh emas atau perak,” katanya.
Meski begitu, banyak pula ditemukan secara alami di beberapa tanaman, semisal singkong, juga asap rokok.
Ditanya tentang sifat zat racun tersebut, Arief menjelaskan sianida tidak memiliki bau.
Namun, jika dicampur ke dalam makanan atau cairan, rasanya seperti kacang almond pahit atau seperti makanan gosong.
"Memang ini racun yang tidak berbau. Istilah umumnya disebut silent killer,” imbuhnya.
Ditanya tentang sifat zat racun tersebut, Arief menjelaskan sianida tidak memiliki bau.

Namun, jika dicampur ke dalam makanan atau cairan, rasanya seperti kacang almond pahit atau seperti makanan gosong.
"Memang ini racun yang tidak berbau. Istilah umumnya disebut silent killer," imbuhnya.
"Dosis mematikannya sangat kecil sekali. Hitungannya enggak sampai jam-jaman," sambungnya.
Arief menerangkan, dosis yang fatal atau bisa mengakibatkan kematian dari sianida hanya sekitar 0,1 gr.
"Itu sangat kecil sekali. Tablet paracetamol yang 500 mg, itu berarti seperlimanya. Itu untuk manusia 70 kg sudah cukup fatal bila tidak ditangani. Kalau sampai satu tablet, dalam hitungan menit 90 persen mengakibatkan kematian," bebernya.
Baca juga: Pria Asal Malang Jadi Korban Pembunuhan dan Perampokan, Mayatnya Membusuk di Tulungangung
Lantas, bagaimana cara kerja Potasium Sianida jika masuk ke dalam tubuh?

Ahli Forensik Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Lipur Riyantiningtyas BS SH SpF membenarkan, potasium sianida adalah jenis racun yang banyak beredar bebas.
“Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung gugus C dan N, dengan atom atom C terikat 3 atom N,” bukanya kepada Tribun Jogja, Sabtu (1/5/2021).
Dia mengatakan, jika sianida masuk ke dalam tubuh dalam jumlah besar, maka sianida itu akan mencegah sel menggunakan O2 atau oksigen.
Dari situ, sel-sel akan mati.
“Dalam jumlah yang kecil, sianida akan menimbulkan gejala mual, muntah, sakit kepala, pusing, gelisah, nafas sesak dan tubuh lemas,” paparnya.
Kemudian, jika sianida masuk ke dalam tubuh dengan jumlah besar, maka itu akan menyebabkan denyut nadi lambat dan hilang kesadaran.
“Korban juga bisa kejang, kerusakan paru, gagal napas yan akhirnya akan meninggal. Dosis letalnya 1,5mg/kg berat badan,” katanya lagi.
Dijelaskan dr Lipur, dosis letal merupakan dosis yang sudah di ambang batas atas tubuh orang yang mengonsumsi.
Hitungannya, jika si anak memiliki berat badan 30 kg, maka dosis letalnya sekitar 45 gram.
“Si ibu yang juga menyantap sate, kemungkinan dia makan dengan porsi sedikit. Sehingga, ibu selamat,” tambah Lipur.
Baca juga: Kepribadian NA, Pengirim Sate Sianida Bantul Diungkap Polisi : Ternyata Sosok Introvert
Adapun untuk tindakan pertolongan pertama jika orang terpapar sianida, bisa dilakukan dengan beberapa cara.
"Jika terjadi kebakaran, jauhi area tersebut agar tidak menghirup udara yang sudah tercemar," jelas Arief.
Segera keluar dari ruangan yang terkontaminasi gas sianida dan cari udara segar.
Jika tidak bisa keluar ruangan saat terjadi kebakaran, tiarap sedekat mungkin dengan tanah dan lindungi pernapasan Anda.
Jika mata terasa panas dan pandangan kabur akibat kebakaran, aliri mata Anda dengan air selama 10–15 menit, lalu cuci rambut dan tubuh Anda dengan air dan sabun selama 20 menit, lalu bilas.
"Jika Anda tidak sengaja menelan sianida, jangan minum sesuatu dan jangan berusaha membuat diri Anda muntah," bebernya.
Jika pakaian atau barang yang melekat di tubuh Anda terkena sianida, segera lepaskan dan masukkan ke dalam kantong plastik yang tertutup, lalu lapisi kembali dengan kantong plastik.
( Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari )
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Apa Itu Racun Kalium Sianida yang Ada di Bumbu Sate Misterius Menewaskan Bocah di Bantul?,