Berita Solo Terbaru
Penjual Bunga Tabur Solo Bersyukur, Dagangan Masih Diburu Saat Lebaran, Meski Masih Pandemi Covid-19
Penjual bunga tabur mendapatkan berkah saat momen Idul Fitri. Bunga tabur yang mereka jual laris manis diburu pembeli baik dari dalam maupun luar Kota
Penulis: Azfar Muhammad | Editor: Adi Surya Samodra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Azhfar Muhammad Robbani
TRIBUNSOLO.COM, SOLO – Penjual bunga tabur mendapatkan berkah saat momen Idul Fitri. Bunga tabur yang mereka jual laris manis diburu pembeli baik dari dalam maupun luar Kota Solo.
Kondisi tersebut dirasakan Siti Maryam (75), seorang penjual bunga tabur di kawasan Jalan Kapten Tandean, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.
“Ramai dan banyak dibelinya itu waktu momen seperti ruwah dan takziah lebaran,” kata Siti kepada TribunSolo.com, Jumat (14/5/2021).
Harga bunga tabur yang dijual Siti bervariatif mulai Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu per daun dan itu pun tergantung permintaan pembeli. Selain jual per daun, Siti juga menjual dalam bentuk borongan.
“Kalau ramai, ya, bisa dapat Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu. Kalau sepi bisa Rp 50 ribu, tapi kadang juga tidak ada yang beli,” ucap Siti.
“Dulu pernah, sehari ramau sekali, hingga dapat Rp 300 ribu sampai Rp 350 ribu. Tapi ya jarang kalau ada momen saja,” tambahnya.
Baca juga: Sungkem saat Lebaran, Momen yang Dikangeni Keluarga, Semasa Istri PB XII KRAy Retnodiningrum Hidup
Baca juga: Berharap Berkah Lebaran, Penyedia Sewa Kuda di Tawangmangu Harus Terima Pilu, Pengujung Wisata Sepi
Seperti halnya saat momen Idul Fitri, Siti bersyukur masih bisa mengantongi kurang lebih Rp 200 ribu per harinya. Apalagi, saat pandemi Covid-19 seperti ini.
Siti lalu menceritakan sudah puluhan tahun berjualan bunga tabur, kurang lebih sejak tahun 1980-an.
“Dari kecil umur 12 tahun sudah membantu ibu jualan kembang untuk menyekar. Biasanya hanya kamis saja, karena ini momen lebaran banyak yang ingin ziarah satu minggu ini saya jualan,” ujarnya.
Itu dilakukan karena berjualan bunga tabur sudah menjadi usaha turun temurun dari keluarganya. Ibunya dulu juga merupakan seorang penjual bunga tabur, sementara ayahnya seorang buruh.
“Banyak keluarga yang bisnis kembang. Saya tidak pernah bekerja lain lain selain berjualan bunga,” kata perempuan yang hanya tamatan kelas 3 SD itu.
Bila tidak berjualan bunga tabur, Siti biasanya berada di rumah dan membantu anaknya jualan angkringan. Untuk diketahui, Siti memiliki 6 orang anak dan semua kini sudah bekerja.
“Ya kalau tidak buka, di rumah saja saya bantu anak jualan HIK,” ungkap dia.
Nasib Penyedia Sewa Kuda
Berbanding terbalik, libur lebaran diharapkan menjadi angin segar bagi para pelaku usaha dan penyedia jasa pariwisata ditengah pandemi covid-19.
Namun, harapan tersebut seakan pupus, melihat sepinya wisatawan yang berkunjung di Kawasan Wisata Tawangmangu, kamis (13/05/2021).
Penyedia jasa sewa kuda hanya bisa duduk pasrah sembari menunggu wisatawan datang, sembari memakirkan kudanya di depan pintu loket Grojogan Sewu.
Salah satu penyedia jasa sewa kuda, Harso Wiyono menceritakan kondisi sepinya wisatawan tak jauh berbeda dengan lebaran tahun lalu.
"Sama saja, (lebaran) kemarin juga seperti ini, kemarin ya ada, tapi ya nggak seperti dulu-dulu," ungkapnya kepada TribunSolo.com, kamis (13/05/2021).
Baca juga: Tak Lazim, Tawangmangu Jadi Sepi di Hari Lebaran : Jalanan Lengang, Objek Wisata Merana
Baca juga: Pemkab Buka Wisata, Bikin Harga Hotel di Tawangmangu Merangkak Naik? Begini Tanggapan Dari PHRI
Dia mengaku, pendapatan yang dihasilkan, hanya sekitar 20 persen jika dibandingkan dengan sebelum menyebarnya virus corona.
"Ada beberapa, ya hanya 20 persen, sebelum covid sehari bisa dapat Rp 500 ribu, sekarang Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu saja," jelasnya.
Menurutnya, lebaran tahun ini lebih sepi, seiring dengan sedikitnya wisatawan yang menginap di hotel di sekitar Tawangmangu.
"Sebelum corona, pondok-pondok sudah dipesan, ini nggak ada sama sekali, jadinya lebih sepi," pungkasnya. (*)