Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Insiden di Kedung Ombo Boyolali

Bagaimana Nasib Pengelola Waduk Kedung Ombo? Polisi Ungkap Kemungkinan Tersangka Lebih dari 1 Orang

Berkaca dari keterangan saksi dan temuan barang bukti di lapangan, tak menutup kemungkinan polisi akan menetapkan tersangka lebih dari satu orang.

Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/Agil Tri
Suasana Waduk Kedung Ombo yang menjadi primadona wisatawan di Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Sabtu (15/5/2021). 

Morry Ermond mengungkapkan, sebelumnya sempat beredar ada 16 orang, tetapi yang benar adalah 20 orang wisatawan.

"Jadi 20 orang menaiki kapal, sedangkan kapal maksimal memuat 12 orang," jelasnya.

Menurutnya, korban yang hilang bukan 5 orang, tetapi 9 orang masih dalam pencarian oleh petugas yang diduga kuat tenggelam.

"11 yang kita diselamatkan, 9 orang masih dicari (hilang)," terang dia menekankan.

Adapun operasi pencarian menurut dia, dibantu oleh berbagai petugas dan relawan mulai dari BPBD Boyolali, Polair Polda Jateng, Basarnas Pos Surakarta hingga lainnya.

"Operasi (pencarian) sampai 5 hari ke depan," jelasnya.

Proses Evakuasi hingga 5 Hari

Kepala Pelaksana Harian BPBP Boyolali Bambang Sinung mengatakan, selama lima hari kedapan akan dilakukan pencarian korban yang tenggelam di Waduk Kedungombo Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Boyolali, Sabtu (15/5/2021).

Diketahui sembilan orang dinyatakan hilang, dari peristiwa terbaliknya perahu motor di Waduk Kedungombo.

Enam orang sudah ditemukan, sementara tiga orang lainnya masih dalam proses pencarian. 

"Selepas magrib, Basarnas akan menentepakan penjajakan lokasi atau penyisiran malam. Sementara kegiatan penyelamaan besok pagi jam 07.00 - 17.00 WIB," ujarnya. 

Dalam pencarian ini menggunakan lima perahu karet, dan melibatkan 15 tim penyelam. 

Koordinator Basarnas pos SAR Surakarta Arif Sugiarto, mengatakan adapun kendala dalam proses pencarian ini. 

"Kondisi dilapangan kedalaman 20-25 meter, kemudian luasnya area pencarian luas, dan viewnya akan kita observasi malam ini," Ujarnya. 

Kapolres Boyolali AKBP Morry Ermond mengatakan, sejak kejadian perahu tenggelam tersebut, objek wisata di Waduk Kedungombo di Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo ditutup sementara. 

Dia menuturkan, ada pelanggaran dalam kasus ini, yakni pelanggaran protokol kesehatan dan pelanggaran protokol keselamatan. 

"Melanggar protokol kesehatan karena penumpang dibiarkan berdesakan. Dan tidak memenuhi 50 persen dari kapasitas perahu," ujarnya.

"Selain itu juga melanggar protokol keselamatan, karena dibiarkan kelebihan muatan," tandasnya.

Kapolres Boyolali AKBP Morry Ermond bersama Dandim 0724/Boyolali, Letkol Inf Aris Prasetyo, di Waduk Kedungombo, atau tepatnya di Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Minggu (16/5/2021)
Kapolres Boyolali AKBP Morry Ermond bersama Dandim 0724/Boyolali, Letkol Inf Aris Prasetyo, di Waduk Kedungombo, atau tepatnya di Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Minggu (16/5/2021) (TRIBUNSOLO.COM/MARDON W)

Nakhoda Masih 13 Tahun

Polisi memeriksa sejumlah saksi terkait insiden maut perahu terbalik di Waduk Kedung Ombo Boyolali.

Mereka yang diperiksa di antaranya Nakhoda perahu.

Adapun Nakhoda tersebut diketahui masih berusia remaja.

Kapolres Boyolali, AKBP Morry Ermond mengungkapkan nahkoda kapal tersebut masih berusia 13 tahun.

"Nahkoda perahu atas nama inisial GH berusia 13 tahun," kata Morry saat meninjau evakuasi di waduk yang berada di Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Sabtu (15/5/2021).

"Ini nahkodanya masih dalam pemeriksaan," tambahnya. 

Saat kejadian itu, GH hendak mengantar 20 orang penumpangnya menuju warung makan apung yang berjarak 50 meter dari daratan. 

Sekira pukul 11.00 WIB, perahu sudah mendekati warung makan apung namun ada seorang penumpang yang tiba-tiba berjalan ke geladak depan.

"Ada penumpang yang mau foto selfie di bagian geladak depan, sehingga perahu oleng ke kanan dan terbalik," ucap Morry. 

Nahas, saat kejadian itu, Morry mengungkapkan alat keselamatan belum terpasang di tubuh para penumpang. 

"Setiap operator sebenarnya harus memiliki pelampung. Saat kejadian tidak menggunakan alat keselamatan," ungkapnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved