Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Klaten Terbaru

Ini Pak Cemplon, Pedagang Perkakas yang Melegenda di Klaten: Lapak Selalu Ramai, Ludes Hanya 1,5 Jam

Ada pemandangan berbeda ketika berkunjung ke Pasar Legen, Lapangan Bonyokan, Kecamatan Jatinom, Klaten.Banyak orang sedang berkerumun di sebuah lapak.

Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Rahmat Jiwandono
Lasono alias Pak Cemplon menjajakkan dagangannya di Pasar Legen, Lapangan Bonyokan, Jatinom, Klaten pada Rabu (9/6/2021). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rahmat Jiwandono

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Ada pemandangan berbeda ketika berkunjung ke Pasar Legen, Lapangan Bonyokan, Kecamatan Jatinom, Klaten.

Banyak orang sedang berkerumun di sebuah lapak.

Lapak tersebut adalah milik Lasono (60) alias Pak Cemplon warga Dusun Sendang, Desa Jetis, Karangnongko, Klaten yang berjualan aneka perkakas dan alat rumah tangga.

Baca juga: Pedagang Rica Guguk Masih Nekat Jualan, Satpol PP: Kami Dapat Laporan Masyarakat

Baca juga: Fakta Baru Pecel Lele di Malioboro Rp 37 Ribu, Ternyata Pedagang Baru, Kini Langsung Diberi Sanksi

Barang-barang yang dia jual antara lain gergaji, lampu, obeng, pisau cukur, kanebo, lampu, gunting, dan pulpen.

Benda-benda itu diletakkan dalam sebuah kardus.

Sementara sebuah tas plastik ia ikatkan di celananya sebagai tempat untuk mengumpulkan uang.

Kepada TribunSolo.com, Lasono mengungkapkan, lama dia berjualan sekitar 1-2 jam.

Baca juga: Ini Tanggapan Pedagang Kaki Lima Malioboro Soal Harga Makanan Mahal yang Viral di Media Sosial

"Biasanya cuma 1,5 jam saja barang dagangan saya sudah habis terjual," kata Lasono, Rabu (9/6/2021).

Ketika menawarkan dagangannya, dia memakai sistem lelang yang mana sebuah barang dijual dari harga tinggi ke rendah.

"Misalnya untuk lampu saya buka di harga Rp 50 ribu, lalu nanti pelan-pelan harganya turun."

"Yo rego lampu ne 50 ewu, 45, 40, 30, 25 ewu nyoh ngo koe (Dari harga Rp 50 ribu turun ke Rp 25 ribu baru barang itu laku dijual)," jelasnya.

Tak jarang terlontar banyolan dari mulutnya kepada pembeli.

Baca juga: Fakta Baru Pecel Lele di Malioboro Rp 37 Ribu, Ternyata Pedagang Baru, Kini Langsung Diberi Sanksi

"Lampu iki garansi 100 tahun (Lampu ini bergaransi selama 100 tahun)," ucapnya.

Hal itu membuat pedagang yang ada sekelilingnya tertawa.

Menurut dia, berdagang seperti ini dilakukan secara spontan saja.

"Enggak pernah direncanakan, spontan saja saya ngomongnya. Mungkin itu yang menarik pelanggan untuk berbelanja di tempat saya," katanya.

Omzet yang ia peroleh dalam sekali berjualan kurang lebih Rp 2 juta.

Baca juga: Audiensi Pedagang Daging Anjing dan Pemkab Sukoharjo: Diminta Segera Beralih Dagangan

"Kurang lebih dapat segitu, setiap saya jualan pasti ludes dibeli orang," papar pria yang sudah mulai berjualan sejak tahun 1990 tersebut.

Keuletannya dalam berdagang selama puluhan tahun mampu mengantar dua orang anaknya menjadi sarjana.

Lasono punya satu orang anak perempuan dan satu orang anak laki-laki.

"Semuanya sudah kerja dan menikah," terangnya.

Berjualan Sesuai Kalender Jawa

Dalam berjualan pun Lasono mengikuti penanggalan pada kalender Jawa.

"Kalau Legi di Pasar Jatinom, Klaten; Wage di Pedan, Klaten; Pon di Pasar Ambarawa; dan Kliwon di Pasar Bantul, DIY," ujarnya.

Lasono menuturkan bahwa dia berpindah-pindah tempat jualan karena bekerja sebagai pedagang kaki lima (PKL).

Baca juga: Pedagang Pasar di Karanganyar Peringati Hari Kebangkitan Nasional, Menyanyikan Lagu Indonesia Raya

"Wong namanya juga PKL, enggak menetap di suatu tempat," tuturnya.

Namun demikian, mengingat usianya yang tak lagi muda, Lasono berencana untuk membuka toko untuk berjualan.

"Ada sih rencana seperti itu tapi uangnya belum ada," katanya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved