Berita Sragen Terbaru
Penyesalan Para Ibu Guru di Sragen, Selfie Ramai-ramai Tak Pakai Masker, 13 Guru Tertular Covid-19
Sebanyak 13 guru MI di Sragen terpapar covid-19. Penyebabnya, diduga berawal saat mereka selfie tanpa mengunakan masker.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Aji Bramastra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Sebanyak 13 guru MI di Sragen terpapar covid-19.
Penyebabnya, diduga berawal saat mereka selfie tanpa mengunakan masker.
Baca juga: Dua Warga Klaten Positif Covid-19 Usai dari Kudus, Tolak Dibawa ke Donohudan Kini Isoman di Rumah
Hal tersebut diketahui saat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengunjungi pusat isolasi mandiri di Technopark Sragen, Sabtu (12/6/2021).
Dalam perbincangan antara Ganjar dan pasien covid-19, penularan berawal dari seorang guru MI yang terpapar lebih dulu.
Bu Guru ini ternyata tertular dari suaminya.
Kemudian, guru ini mengikuti kegiatan Hari Lahir Pancasila di sekolah.
Lantaran dirayakan dengan menggunakan kebaya, maka semua larut dalam acara dan abai protokol kesehatan.
Termasuk, saat sejumlah ibu guru berselfie tanpa pakai masker.
Kemudian satu persatu guru mulai jatuh sakit dan setelah di swab, total terdapat 13 guru yang positif covid-19.
Kasus tersebut, menjadi perhatian khusus Ganjar Prabowo, yang bisa dijadikan contoh masyarakat.
"Sebenarnya ini contoh yang bagus, biasanya mereka disiplin, ternyata pada saat perayaan, mereka berfoto-foto dan membuka masker, penularannya sesederhana itu," jelasnya kepada TeibunSolo.com, Sabtu (12/6/2021).
Penularan yang semakin cepat, Ganjar menyebutkan bahwa covid-19 varian baru memang sudah masuk di Jawa Tengah.
"Kita mulai berfikir, jangan-jangan virusnya virus mutan, virus yang sudah mutasi, yang semakin ganas, itu sebuah peringatan," ujarnya.
Untuk itu, Ganjar meminta Kabupaten/Kota di Jawa Tengah untuk meningkatkan testing kepada masyarakat.
"Dari pemerintah kita minta testing tracingnya ditambah, sekali lagi jangan takut dengan citra, semakin banyak testing kita acungi jempol," pintanya.
Hajatan Penyebar Virus
Hajatan dan acara perayaan memang kerap menjadi penyebar virus Corona di Jawa Tengah.
Hal yang sama terjadi di Kudus.
Sebanyak 18 warga Desa Desa Saradan, Kecamatan Baturetno, Wonogiri terpapar Covid-19 usai jagong di Kabupaten Kudus.
Akibatnya, isolasi lokal diterapkan Satgas Covid-19 di Dusun Gedawung, Desa Saradan, Kecamatan Baturetno, Wonogiri.
Kepala Desa Saradan, Suparjo, mengatakan isolasi lokal yang diterapkan di Gedawung bertujuan untuk mengawasi warga yang akan berpergian atau keluar-masuk dusun.
Baca juga: Akibat Jagong ke Kudus, Delapan Orang Warga Paranggupito Wonogiri Positif Covid-19
Baca juga: Ini Pesan Satgas Covid 19 Kepada Masyarakat yang Telah Divaksin : Tetap Jaga Protokol
Pos penjagaan dan pos logistik didirikan di jalan masuk dusun.
"Jalan-jalan terobosan itu diberi palang, agar warga tidak nekat melintas," katanya, Jumat (11/6/2021).
Suparjo menuturkan, sejumlah jalan desa ditutup untuk memudahkan pemantauan.
Hanya ada satu jalan yang dibuka, untuk keluar masuk mobilitas masyarakat.
Kendati demikian, ia mengatakan jika penjagaan di Dusun tersebut tidak seketat seperti lockdown.
"Pos pengawas juga bertujuan untuk mengawasi warga yang menjalani isolasi mandiri kedapatan keluar rumah. Kebetulan yang terpapar Covid-19 berada di satu RT," ungkap dia.
Suparjo menuturkan, pos penjagaan itu dijaga oleh warga dan sukarelawan secara bergiliran.
Mereka bertugas mencatat warga yang keluar-masuk dusun selama isolasi lokal diterapkan di Gedawung.
Sementara itu, lanjut dia, pos logistik didirikan untuk memberi bantuan logistik bagi warga yang isolasi mandiri.
"Hal tersebut kami lakukan bukan untuk menakuti warga, tapi untuk mencegah penularan Covid-19," ujarnya.
"Kami juga sebisa mungkin agar warga yang isolasi mandiri tidak tekanan psikis," kata Suparjo.
Terpisah, Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengatakan, kasus tersebut berawal dari warga yang mengantar jagong ke Kudus.
"Awalnya ada warga yang grubyukan (mengantar rombongan pengantin) dari Dusun itu ke Kudus. Setelah pulang ikut rewang di rumah yang punya hajat. Nah, terjadilah penularan," paparnya.
Menurut Bupati Wonogiri, awalnya dari rombongan warga yang berangkat jagong ke Kudus hanya dua orang diantaranya yang positif corona baru-baru ini.
Namun setelah dilakukan tracing hingga saat ini, 18 warga setempat terkonfirmasi positif corona.
"Satgas Penanganan Covid-19 Kecamatan Baturetno saat ini sudah berinisiatif untuk menunda agenda hajatan yang akan dilangsungkan dalam waktu dekat terlebih dahulu setelah ditemukannya kasus tersebut," ujarnya.
"Jadi,seluruh kepala desa disana, sudah berkomitmen untuk mensukseskan hal itu demi kepentingan bersama," tuturnya.
Atas kondisi itu, pihaknya berencana mengevaluasi adanya pelonggaran kegiatan masyarakat, khususnya izin hajatan yang dalam pelaksanannya sangat sulit dikontrol penerapan protokol kesehatannya.
"Ini efek adanya mobilitas warga yang masif. Pergerakan masyarakat perjalanan antardaerah cukup tinggi," jelasnya.
Joko Sutopo menambahkan,beberapa waktu lalu pasca lebaran juga pihaknya masih menunggu sekitar 285 sampel swab warga Wonogiri.
Hasil uji swab itulah yang ikut menyumbang banyaknya penambahan kasus baru dalam beberapa hari terakhir.
Saat ini, pihaknya menyatakan masih menunggu 211 sampel swab. Diantaranya juga termasuk pengambilan sampel lendir di Baturetno.
"Intinya,Isolasi lokal perlu dilakukan, hal ini demi mencegah adanya aktivitas masyarakat setempat yang tidak terkontrol dan bisa berpotensi menimbulkan penularan bahkan klaster baru," tandasnya. (*)