Sri Sultan HB X Buka Opsi Jogja Lockdown Total, Imbas Tingginya Kasus Covid-19
Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, membuka opsi lockdown total untuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sementara analisanya, grafik penularan COVID-19 saat ini cenderung fluktuatif. Berbeda dengan awal virus tersebut muncul.
"Mungkin grafiknya fluktuatif tidak ada peak gitu. Tapi nyatane ora mung (tidak hanya) Indonesia. Seluruh dunia ya turun begitu semua," jelasnya.
"Nah, tapi saya enggaktahu. Sekarang yang mestinya BOR rumah sakit itu 36 koma sekian persen, sekarang kira-kira 75 persen," tandasnya.
Minta Warga Jangan Panik
Dengan adanya peningkatan kasus COVID-19 yang masif, Gubernur DIY mewacanakan lockdown.
Namun demikian, untuk menerapkan hal tersebut, diperlukan peraturan yang menyeluruh agar semua pihak dapat memanfaatkan dan menaatinya.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menyatakan bahwa lockdown adalah warning atau peringatan jika imbauan protokol kesehatan tidak dilaksanakan dan kebijakan yang digunakan untuk meredakan sebaran COVID-19 sudah tidak efektif lagi.
Heroe menyatakan bahwa keputusan terkait lockdown atau tidak akan dilakukan dengan mengkaji potensi sebaran COVID-19 dan kecepatannya.
Baca juga: UNS Solo Berduka Cita: 3 Dosen dan 1 Alumni Meninggal Usai Terpapar Covid-19, Kini Kampus Lockdwon
Baca juga: Gibran Tolak Lockdown Seluruh Jawa, Sebut Tak Mau Tetapkan Status Siaga Satu: Solo Aman
Selain itu juga atas pertimbangan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien dan kapasitas BOR rumah sakit yang ada di Yogyakarta.
Dan yang lebih penting adalah bagaimana dukungan masyarakat yang lebih, dalam menekan peningkatan kasusnya.
"Warning Ngarsa Dalem adalah terkait upaya untuk menekan sebaran. Jadi masyarakat tidak perlu panik, apalagi terus berbondong membeli sembako dan sebagainya. Sebab yang diperlukan adalah kepatuhan menjalankan prokes COVID-19 dan menghindari kerumunan. Hal ihwal terkait lockdown akan dibahas secara mendalam," ujarnya Sabtu (19/6/2021).
Karena jika terjadi panic buying, maka yang terjadi adalah kerumunan terutama di pasar-pasar atau pusat perbelanjaan yang akan berpotensi menambah angka penyebaran COVID-19.
Ia pun meminta agar masyarakat tidak panik tapi justru lebih mengupayakan untuk menjaga prokes di lingkungan masing-masing.
Di mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan sosial dan kantor.
Pemerintah tidak berhenti dan tidak bosan dalam mengimbau agar protokol kesehatan dilakukan dengan sungguh-sungguh.